NovelToon NovelToon
Salah Kamar

Salah Kamar

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta setelah menikah / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Wardha

Salah masuk kamar, berujung ngamar ❌ Niat hati ingin kabur dari Juragan Agus—yang punya istri tiga. Malah ngumpet di kamar bule Russia.

Alizha Shafira—gadis yatim piatu yang mendadak dijual oleh bibinya sendiri. Alih-alih kabur dari Juragan istri tiga, Alizha malah bertemu dengan pria asing.

Arsen Mikhailovich Valensky—pria dingin yang tidak menyukai keributan, mendadak tertarik dengan kecerewetan Alizha—si gadis yang nyasar ke kamarnya.

Siapa Arsen sebenarnya? Apakah dia pria jahat yang mirip seperti mafia di dalam novel?

Dan, apakah Alizha mampu menaklukkan hati pria blasteran—yang membuatnya pusing tujuh keliling?

Welcome to cerita baper + gokil, Om Bule dan bocil tengilnya. Ikutin kisah mereka yang penuh keributan di sini👇🏻

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

hampir dikokop

Arsen kembali menenggak isi gelasnya, wajahnya mulai terlihat memerah. Alizha yang dari tadi mengawasi semakin risih, apalagi sekarang dia sadar pria itu adalah suaminya.

"Sudah Mister! Jangan tambah dosa!" sergah Alizha, langsung meraih botol di tangan Arsen.

Arsen menahan, walau sorot matanya sedikit kabur tapi genggamannya masih kuat. "Lepaskan. Itu ... my habit."

"Habit apaan? Habit merusak diri sendiri namanya!" Alizha tidak mau kalah. Dia menarik botol itu dengan kedua tangan, berusaha merebutnya.

Alhasil, mereka berdua saling tarik menarik, sampai Alizha bangkit dari duduknya. Arsen ikut menahan, tubuh mereka makin dekat, napas bercampur.

"Astagfirullah! Jangan keras kepala begitu!" Alizha mendengus, menarik sekuat tenaga.

Tapi karena Arsen sudah mabuk dan keseimbangannya buruk, tarikan terakhir membuat tubuh Alizha oleng. Dia terjatuh—langsung ke pangkuan Arsen.

Seketika wajah Alizha memanas. "Ya Allah, kenapa jatuhnya harus begini," batinnya kalut.

Sementara Arsen hanya menatapnya dengan intens. "You ... stubborn goat," katanya lirih, tangannya tanpa sadar menahan pinggang Alizha agar tidak jatuh ke bawah.

Napas Arsen terengah, bau alkohol samar terasa di penciuman Alizha. Dari jarak sedekat itu, Alizha bisa merasakan hangat hembusan napas Arsen di wajahnya.

Jari telunjuk Arsen terangkat, menyentuh lembut dagu Alizha. Sentuhan yang pelan, tapi cukup membuat seluruh tubuh gadis itu menegang. Dengan gerakan perlahan, Arsen mengusap garis dagunya. Sorot matanya tajam menelusuri setiap detail wajahnya.

Alizha nyaris lupa cara bernapas. Dadanya berdebar kencang, seolah jantungnya ingin meloncat keluar. "Astaghfirullah, ya Allah. Saya sedang di depan buaya darat versi internasional," batinnya, ngeri sendiri.

"Pretty." Suara Arsen begitu berat, lirih, seolah bergema tepat di telinganya. Senyum tipis muncul di bibirnya.

Alizha menelan ludah susah payah, tangannya refleks mendorong dada bidang Arsen, tapi tubuhnya tetap terperangkap di pangkuannya. Semakin dia ingin menjauh, semakin erat genggaman Arsen menahan pinggangnya.

"Jangan-jangan Mister mau ... astaghfirullah, jangan sampai!" pikir Alizha panik, wajahnya semakin panas dibuatnya.

Bibir Arsen hanya sejengkal dari wajahnya. Napas hangatnya menyapu pipi Alizha, membuat jantungnya berdegup tak karuan. Mata Alizha merem-melek, antara panik dan pasrah. "Astaghfirullah ... ya Allah, kami ini sudah halal. Tapi, tapi kok rasanya kayak sedang berbuat dosa besar banget?!" batinnya kalut.

Tangannya gemetar di dada bidang Arsen, namun lelaki itu justru semakin menunduk, menatap wajahnya lekat-lekat. Tepat saat Alizha merasa dirinya akan habis, suara berat Arsen terdengar lirih.

"She ... she told me once," bisiknya dengan bahasa campuran. "That she wanted ... to be the mother of my child."

Alizha membuka mata perlahan, masih bingung. "Hah?"

Arsen tersenyum miring, senyum pahit yang membuat wajahnya semakin suram. "She seduced me ... many times. She said she wanted a family, a child ... with me. I believed her. I wanted to marry her ... I prepared everything. That’s why I came here."

Alizha menelan ludah, matanya melebar. "Ke—ke Indonesia?!"

Tatapan Arsen mengeras, senyum tipisnya memudar. "But she married someone else. Just like that. Gone. Everything I built ... worthless."

Hanya suara detak jantung Alizha yang terasa memekakkan telinga sendiri. Dia refleks mengusap wajahnya yang hampir ditempel bibir Arsen tadi, lalu mundur sedikit sambil menahan napas.

"Hampir saja lambeku dimakan sama dia! Dasar gila!" batinnya mendesis, wajahnya panas karena malu dan kesal.

Dia mendelik tajam ke Arsen, yang kini hanya duduk diam sambil memandang kosong ke arah meja. Laki-laki itu mabuk, setengah sadar, dan kalimat terakhirnya jelas sekali—Arsen datang jauh-jauh ke Indonesia bukan untuk bisnis, melainkan untuk melamar wanita lain. Dan malangnya nasib, keinginan untuk meminang sang pujaan hati, malah didahului pria lain.

Dan sekarang ... entah kenapa, justru Alizha yang jadi istrinya. Entah ini bentuk kesialan atau justru keberuntungan buat Alizha.

Alizha langsung melompat berdiri dari pangkuan Arsen, tangannya berkacak pinggang. Wajahnya merah padam karena kesal setengah mati.

"Astaghfirullah, Mister! Jadi saya ini apa?! Pelampiasan sakit hati kamu, hah?! Gila! Kalau mau nyari pelarian, cari perempuan karaoke aja, jangan malah maksa gadis jadi istri halal!" bentaknya, sampai membuat Arsen terdiam dengan tatapan sayu.

Arsen hanya menunduk. Mabuk jelas menguasai tubuhnya, tapi kata-katanya tadi nyata sekali. Dan justru itu yang membuat Alizha semakin sewot.

"Tega banget kamu, Mister. Hampir aja lambeku kau santap sambil nyebut-nyebut nama mantanmu! Hello? Saya ini istrimu, bukan dia! Dasar bule edan!"

Tapi di tengah amarahnya, Alizha tiba-tiba terdiam. Mulutnya refleks terkunci, matanya berkedip-kedip. Lalu, pelan-pelan, wajahnya berubah.

"Oh, iya," gumamnya lirih, matanya menatap kosong ke dinding. "Saya kan memang dari awal nikah ini bukan karena cinta. Cuma numpang ngabisin harta kamu. Jadi ... buat apa saya marah?"

Dia mendengus, lalu menepuk jidatnya sendiri. "Astaga ... saya ini kenapa drama banget. Udah jelas-jelas cuma jadi istri, eh malah baper. Hahaha ...."

Tawa kerasnya meledak, sampai membuat Arsen yang setengah mabuk menoleh. Lelaki itu menatapnya dengan wajah bingung. "Why laughing?"

Alizha masih cekikikan, sampai perutnya sakit. "Tidak, Mister. Saya baru sadar, ternyata saya ini lebih gila dari kamu. Udah tahu cuma istri bayaran, masih sempat marah. Hahaha!"

Arsen hanya diam, memandanginya cukup lama. Lalu, tanpa berkata apa pun, dia bersandar di sofa dengan tatapan kosong.

Alizha yang masih terpingkal-pingkal akhirnya duduk lagi di sampingnya, menatap wajah bule itu yang jelas-jelas masih terlihat rapuh meski berusaha terlihat kuat.

Alizha menghela napas. "Ya sudahlah, Mister. Saya nggak akan marah lagi. Kamu mau mabuk, mau ngelantur soal mantan, terserah. Yang penting malam ini, saya temenin kamu. Itu cukup, kan?"

Arsen tidak menjawab. Hanya senyum samar yang nyaris tidak terlihat, sebelum matanya kembali menatap kosong ke depan.

Alizha akhirnya berhenti ketawa. Senyumnya memudar, merasa aneh dengan suaminya. Dia menatap Arsen dengan lama, pria itu masih duduk bersandar dengan mata sayu. Wajahnya terlihat kosong, penuh luka sakit hati.

Pelan, Alizha menarik napas. "Mister, kalau saya boleh tanya. Saya harus melakukan apa, ya? Supaya kamu nggak terus-terusan begini."

Arsen perlahan menoleh. Tatapannya samar, matanya memerah karena efek alkohol dan perasaan yang dipendam terlalu lama.

Jemarinya bergerak. Arsen meraih tangan Alizha, menggenggamnya erat. Dia kemudian menuntun jemari itu ke dadanya sendiri.

Alizha terperanjat. Dia bisa merasakan detak jantung Arsen yang keras, jelas kacau sekali.

Arsen berbisik dengan suara serak, "Sakit rasanya ditinggal nikah."

Sekejap, Alizha membeku.

Arsen menutup matanya rapat, dan justru di situlah air mata itu jatuh, membasahi wajah bule itu yang biasanya datar seperti tembok. Tidak ada lagi tawa, tidak ada lagi ucapan sarkastis. Hanya pria yang patah hati, kehilangan, dan tidak tahu harus bagaimana.

Alizha menelan ludah, jantungnya sendiri berdebar aneh. Melihat sosok sekuat itu menangis, membuat dadanya ikut sesak.

"Mister," gumamnya lirih. Jemarinya yang masih di dada Arsen bergetar, bingung apakah harus menarik diri atau tetap tinggal di sana.

Arsen menggenggamnya lebih erat, seakan tidak ingin dilepaskan. Air matanya jatuh lagi, sambil terus bergumam, "Saya kira ... dia akan mengunggu. Saya kira, saya bisa wujudkan impian itu. Tapi ternyata ...."

Dia tidak sanggup melanjutkan.

Alizha menunduk, menahan napas. "Tapi, kenapa justru saya yang ada di sini, menemaninya sekarang?" batinnya.

1
Adinda
🤣🤣🤣
Zahira Zahira
aku mampir Thor ..liat dari judul nya seru sih..
D'blacksweet: wah, makasih. semoga suka, ya😍😍😍
total 1 replies
Afriyeni Official
ngakak sekali aku bacanya 🤣
Afriyeni Official
nggak kebayang si alizha ini paniknya minta ampun.
D'blacksweet: panik, tapi menang banyak dia🤭
total 1 replies
Afriyeni Official
seru kayaknya nih
D'blacksweet: semoga, hehe😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!