NovelToon NovelToon
Bukan Istri Bayangan

Bukan Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dokter
Popularitas:556.7k
Nilai: 5
Nama Author: Desy Puspita

Bertahun-tahun memendam cinta pada Bagaskara, Aliyah rela menolak puluhan lamaran pria yang meminangnya.

Tak disangka, tepat di hari ulang tahunnya, Aliyah mendapati lamaran dari Bagaskara lewat perantara adiknya, Rajendra.

Tanpa pikir panjang Aliyah iya-iya saja dan mengira bahwa lamaran itu memang benar datang dari Bagaskara.

Sedikitpun Aliyah tidak menduga, bahwa ternyata lamaran itu bukan kehendak Bagaskara, melainkan inisiatif adiknya semata.

Mengetahui hal itu, alih-alih sadar diri atau merasa dirinya akan menjadi bayang-bayang dari mantan calon istri Bagaskara sebelumnya, Aliyah justru bertekad untuk membuat Bagaskara benar-benar jatuh cinta padanya dengan segala cara, tidak peduli meski dipandang hina ataupun sedikit gila.

.

.

"Nggak perlu langsung cinta, Kak Bagas ... sayang aja dulu nggak apa-apa." - Aliyah Maheera.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23 - Benar-Benar Menunggu

Susah payah Aliya menelan ludah tatkala mendengar ucapan Bagaskara yang mengatakan untuk tidak pakai baju lebih dulu. Meski bibirnya memang selancang itu, tapi pada kenyataannya saat Bagas sudah mengimbangi, dia ketar-ketir juga.

Bahkan, belum satu menit pasca pintu tertutup, tubuh Aliya sudah terasa lemas, letih dan lesu. Dia terduduk di tepian tempat tidur, Aliya menggigit bibir dan mengelus dada demi menahan jantung yang seperti hendak keluar dari sana.

“Jangan pakai baju, Kak Bagas nggak salah ngomong 'kan barusan?” Aliya bertanya pelan, lebih kepada dirinya sendiri dan jujur dia akui, yang dia rasakan kini bercampur jadi satu.

Entah itu malu, bahagia dan tentunya perasaan tersebut membuatnya salah tingkah. Aliya tidak bisa diam, belum apa-apa tubuhnya sudah berkeringat lagi.

Keringat sebesar biji jagung saking gugupnya wanita itu. Dia menunggu dengan degup jantung yang makin tak karu-karuan, melirik ke arah pintu yang tak kunjung terbuka dari luar.

Dalam hati Aliya bertanya, juga menerka kira-kira apa yang Bagaskara bicarakan bersama Rajendra di luar. Ingin turut serta, tapi keadaannya begini dan tidak mungkin dia sampai hati keluar dalam keadaan nyaris bu-gil begini.

“Ya sudah lah tunggu aja, nggak mungkin berjam-jam 'kan ngobrolnya.” Begitu putus Aliya hingga dia memutuskan untuk sabar menunggu dengan handuk yang tetap melilit di tubuhnya.

Sebisa mungkin Aliya berprasangka baik, bisa jadi kakak adik itu hanya membicarakan hal yang tak begitu penting sebenarnya.

Dan, jauh dari dugaan Aliya, yang kini Bagas serta Rajendra bicarakan sangat amat penting, bahkan bisa dibilang penting sekali.

Hal itu terbukti dari kerutan serius di dahi Bagaskara, tidak mungkin jika pembicaraan yang mereka bahas hanya sekadar candaan biasa.

“Kau bercanda?” Bagaskara memastikan sekali lagi, dia masih tidak begitu percaya dengan kata-kata yang diucapkan adiknya.

“Selain pada Aruni, aku tidak suka bercanda ... Kakak tahu sendiri 'kan?”

Diam, Bagaskara hanya mengerjap pelan sembari berusaha memahami perkataan adiknya. Beberapa lembar foto di tangannya juga tidak segera Bagas lepaskan, masih begitu erat di genggaman.

“Tapi bagaimana bisa, Jendra? Bukankah masih lama bebasnya?”

“Itu dia, aku juga sedang mencaritahu kira-kira siapa yang bisa membuat tua bangka itu bebas,” ucap Rajendra disertai helaan napas panjang.

Mereka tengah menjalani obrolan paling serius, pembahasan terkait ayah tirinya yang diketahui masih di penjara ternyata sudah berkeliaran dan seseorang mengirimkan itu pada Rajendra.

“Yang kirim foto ini siapa?”

“Mahen, dia yang lihat ... cuma sempat foto, karena tua bangka itu cukup jauh dari jangkauannya, untung saja kamera Mahendra canggih.”

Kembali terdiam, Bagaskara menghela napas panjang dengan tatapan yang masih terus tertuju ke foto itu. Berkali-kali dia bertanya, bagaimana bisa keadaannya menjadi begini.

Ayah tiri mereka yang sudah terpenjara selama enam tahun bisa bebas, atau sebenarnya lebih tepat dikatakan melarikan diri karena sejauh yang mereka ketahui pria itu harusnya mendekam seumur hidup.

“Kau sudah melaporkan ini ke pihak berwajib, Jendra? Maksudku sekadar memastikan kepada sipir atau semacamnya?”

“Sudah, tapi belum mendapat jawaban dan seper–”

Drrt Drrt Drrt

Belum selesai Rajendra bicara, ponselnya bergetar dan tepat di saat itu informasi yang dia tunggu-tunggu datang juga.

Tanpa pikir panjang, Rajendra menerima panggilan tersebut dan mendengar secara serius. Di sisi lain, Bagaskara ikut menyimak dan memicingkan matanya demi bisa ikut mendengar.

“Apa? Ada yang memberikan jaminan?”

Mata Bagas seketika membulat sempurna tatkala mendengar pernyataan Rajendra. Dugaannya bahwa pria itu melarikan diri ternyata salah, karena ternyata seseorang justru menjamin kebebasannya.

“Baik, terima kasih ... cari tahu orangnya, Rey.”

Selesai, Rajendra mengakhiri panggilan tersebut dan kembali menatap serius ke arah kakaknya. “Ada yang menjamin kebebasannya.”

“Apa? Siapa yang berani melakukan itu, Rajendra? Dan, kenapa kita sama sekali tidak tahu tentang itu?”

Rajendra tidak menjawab, dia juga bingung jika ditanya karena selama bertahun-tahun dia juga tidak begitu peduli. Tahunya pria itu tengah mendekam di penjara dan tidak ada sedikitpun niat untuk menjenguknya.

Satu-satunya kabar yang Rajendra tunggu tentang ayah tirinya hanya satu, kabar duka dan Informasi terkait kematiannya, itu saja.

“Ehm apa mungkin Dion?”

“Dion?”

“Iya, satu-satunya yang mungkin masih peduli pada tua bangka itu hanya Dion, anak kesayangannya,” ucap Rajendra penuh penekanan.

Hal itu terjadi karena Rajendra sangat yakin, tapi Bagaskara justru sebaliknya. “Ah rasanya tidak, kau tahu sendiri Dion selama enam tahun ini bagaimana, Rajendra?”

“Dari luarnya, dari dalam kita mana tahu? Yang tahu hanya dia dan menurutku, tidak ada salahnya kita selidiki, tanyakan langsung padanya.”

Lama berpikir, Bagaskara kemudian mengangguk pelan. Sembari menghela napas berat, Bagaskara beranjak berdiri. “Tunggu di sini.”

“Iya, aku tunggu.”

.

.

Dengan perasaan kacau dan sama sekali tidak tenang, Bagaskara bersedia untuk mencaritahu tentang hal ini. Akan tetapi, sebelum itu dia memilih untuk ke kamar lebih dulu mengingat Aliya dia minta menunggu.

Langkah kakinya perlahan membawa ke kamar dan saat membuka pintu kamar, Aliya masih duduk manis di tepian tempat tidur dengan penampilan yang masih sama seperti saat Bagas tinggalkan.

“Dia benar-benar menunggu?” Bagaskara bergumam dalam hati, senyum hangat terbit di wajah tampannya.

"Sudah?” Aliya beranjak berdiri, menyambut sang suami yang sudah membuatnya menunggu sampai ngantuk sejak tadi.

“Belum, aku harus pergi ... kamu tunggu di sini,” ucap Bagas seketika membuat wajah Aliya berubah drastis.

Dari yang sumringah seperti baru saja ditemui di hutan rimba, mendadak muram tentu saja. “Tunggu lagi”

“Hem.”

“Kakak mau ke mana memangnya?”

“Ke rumah mama, ada yang harus aku tanyakan pada Dion.”

“Yah ... ini serius disuruh nunggu lagi?“

Diam mulutnya, tapi Bagaskara mengangguk pelan. “Terus gimana? Aku harus nunggunya dalam keadaan begini lagi?”

“Tidak,” jawab Bagas tertawa kecil, kekesalan Aliya yang begitu jelas terlihat lucu saja di matanya. “Pakai baju, aku tidak akan lama.”

Sontak Aliya berdecak, dia merasa dipermainkan karena sudah cukup lama menunggu nyatanya ditinggal lagi. “Ya sudah sana, ngomong kek dari tadi ... tega banget aku dijadiin kayak lemper begini.”

“Ha-ha-ha.” Bagaskara tergelak, perlahan mendekat dan mengacak rambut sang istri tanpa diduga.

Tak hanya itu, dia juga mendaratkan kecupan tepat di pipi Aliya sebelum pergi. “Nanti malam saja ... jangan lupa mandi yang benar, Sayang.”

.

.

- To Be Continued -

Tes ... aku akan up tiga eps lagi, ramaikan komentarnya ya ~

1
Layla 🌹
🤣🤣🤣🤣
Nabila hasir
bagus banget aiyan ma bagaskara lope lope
erma
maksudnya ngelawak....tp kurang lucu, jadi aneh. ... dokter yg sdh usia cukup tp pemikiran dan gayanya kok spt anak remaja...gak nyambung
Desy Puspita: Lu ribet banget sih, makanya sebelum baca itu sempetin untuk lihat blurb karena di situ secara sekilas udah dikasih gambaran karakter tokohnya. Level bacaan udah 20, tapi nggak bisa memahami hal sesederhana itu. Intinya aja ini bukan selera lu, jadi daripada lu nyampah di kolom komentar gue mending cari bahan bacaan yang sesuai sama keinginan lu.
total 1 replies
Layla 🌹
gantian bibir bagas yg merona🤣🤣🤣
Fitriatul Ilmi
bagas : tua tua gini juga bisa buat km terpesona. apalagi klo msh muda 😂
Fitriatul Ilmi
komprin terus jend; biar si babang satu ini luluh sama biniknya/Facepalm/
Fitriatul Ilmi
aduh adek meleleh bang/Kiss/
Herlita Liem
lanjut Thor makin seru ceritanya....😍😍
Hafifah Hafifah
kelakuannya kayak bocah ya gas 🤭🤭
Hafifah Hafifah
menghayati banget ya Al
Hafifah Hafifah
ngarep ya bang dikejar ama istrinya
Teh Yen
Aliya oh Aliya ada aj pembahasannya hihii Bagas bener" cocok sama Aliya yg atu diem yg atu cerewetnya level dewa 😅😅😅
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
aliya benar. 😁😁😁😁😁
jangan sampai ada lelaki lain yang menyayangi aliya melebihi kamu, bagas
վօօղíҽ̀z࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Dasar piring, berisik aja elu 😆😆..
Kagak tauu ape, duo makhluk itu lagi kasmaran 😆..
Elu jadi saksi bisuuuu, gitu aja kagak paham, ngiri yaaa 😆...
վօօղíҽ̀z࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Itu kan menurutmu Al, dahal kuping Bagas bisa menangkap suara infrasonik 🙊😅...
So selirih apapun suaramu selama tidak memakai bahasa kalbu Bagas bakalan dengar 😅..
Lain kali hati-hati ngomongnya apalagi kalau mau bully Bagas 😆✌...
🌸WD🌸
hati hati..keselek
🌸WD🌸
pisau: maaf nggak bisa bantu steaknya udah habis..mau mencari kegitan motong udah nggak ada yg dipotong..
🌸WD🌸
Aliya candaanmu selalu membuat dag dig dug derr..🤣🤣
~Ni Inda~
Habis ni sendok lg yg ngedumel 🤣🤣
Desmeri epy Epy
lanjut Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!