NovelToon NovelToon
Pengganggu

Pengganggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Penyesalan Suami / Berbaikan / Romansa Perdesaan
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: IAS

Setting Latar 1970

Demi menebus hutang ayahnya, Asha menikah dengan putra kedua Juragan Karto, Adam. Pria yang hanya pernah sekali dua kali dia lihat.

Ia berharap cinta bisa tumbuh setelah akad, tapi harapan itu hancur saat tahu hati Adam telah dimiliki Juwita — kakak iparnya sendiri.
Di rumah itu, cinta dalam hati bersembunyi di balik sopan santun keluarga.

Asha ingin mempertahankan pernikahannya, sementara Juwita tampak seperti ingin menjadi ratu satu-satunya dikediaman itu.

Saat cinta dan harga diri dipertaruhkan, siapa yang akan tersisa tanpa luka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Enggan 02

Krik krik krik

Malam yang begitu sunyi, gelap dan juga dingin, seolah menggambarkan hati Adam saat ini. Bulan dan bintang pun seakan setuju dengan hal itu sehingga tak ada yang muncul, hanya suara jangkrik yang terdengar, menemaninya dalam sunyi nya malam,

Haaah

Adam membuang nafasnya kasar. Hari ini adalah hari pernikahannya, bahkan ini malam pertamanya sebagai pengantin, namun tidak ada yang bisa dia nikmati. Tidak ada pula rasa bahagia yang menyentuh dirinya.

"Kamu harus nikah sama Asha, putri dari Budi."

"Apa? Kenapa tiba-tiba sih, Pak. Aku tidak mau menikah cepat-cepat begini. Umurku saja baru 22 tahun. Buat apa aku menikah cepat-cepat? Aku masih ingin sendiri."

Adam teringat perintah Juragan Karto untuk menikahi Asha. Perintah yang sangat tiba-tiba dan tentu saja membuatnya terkejut sekaligus bingung dengan perintah itu.

Asha Budi Lestari, ia hanya beberapa kali melihat gadis itu karena memang tetangganya. Hanya beberapa kali bertemu karena tak sengaja. Jangankan dekat, mengenal pun hanya sebatas saling sapa, bagaimana bisa menjadi istri? Itulah yang Adam pikirkan.

"Jangan banyak alasan, Dam. Perintah Bapak adalah mutlak. Jangan berpikir untuk menolak atau kabur. Bapak tahu apa yang ada di kepalamu itu, jadi menikah dengan Asha adalah cara terbaik."

Degh!

Dada Adam bergetar dengan hebat ketika ayahnya bicara demikian. Seolah sang ayah mengetahui segala hal yang dia rasakan.

Adam pun hanya diam, menekuk wajahnya dalam kepala yang menunduk. Mau tidak mau, suka tidak suka dia harus melakukan apa yang diperintahkan oleh sang ayah.

"Istri, suami, haaah, apalah itu. Sekarang statusku bukan lagi sendiri tapi berdua,"gumam Adam sambil menikmati malam yang sepi setelah mengingat perintah untuk menikah yang datang beberapa bulan lalu itu.

Dia tidak menyangka bahwa perintah itu kini sudah dia laksanakan.

Tap tap tap

Suara langkah yang pelan itu tetap terdengar di telinga Adam. Namun dia enggan untuk menoleh ke belakang. Saat ini dia sedang ingin sendiri, jadi siapapun yang datang tidak ingin ditanggapinya.

Akan tetapi suara lembut yang meluncur itu berhasil menggoyahkan keinginannya dan akhirnya tubuh Adam secara reflek berbalik.

"Lho, kok di sini? Ini kan malam pertama kamu, Dam. Kasihan istri kamu pasti sudah menunggumu,"ucapnya. Senyum yang manis, tatapan yang lembut dan juga penuh dengan hawa positif itu lagi-lagi membuat Adam terhanyut,

"Oh Mbak, kok belum tidur,"balas Adam. Dia mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ih kaku sekali kamu memanggilku dengan panggilan, Mbak. Panggil saja aku Juwita seperti biasanya. Sebelumnya kan memang begitu." Juwita bicara degan senyumannya yang lebar.

"Itu dulu sebelum kamu menikah dengan Mas Bimo. Sekarang kamu adalah kakak ipar ku, aku harus memanggilmu seperti itu." Adam memberikan sebuah fakta yang memang harus dia pahami dan juga lakukan. Juwita, wanita itu adalah kakak iparnya sekarang dan bukan lagi teman sepermainan.

Juwita adalah anak dari teman ayahnya. Mereka sudah mengenal sejak kecil, dan berhubungan dengan sangat baik. Ya, Adam, Bimo dan Juwita adalah teman kecil dan sering bermain bersama.

Seiring bertambahnya waktu, muncul benih cinta dalam diri Adam kepada wanita tersebut. Akan tetapi dia harus menelan kenyataan pahit bahwa kakaknya juga mencintai wanita itu.

Apalagi ketika dia hendak menyatakan cinta, lebih dulu Juwita memamerkan cincin pemberian Bimo. Dengan suara yang ceria dan wajah yang riang, Juwita berkata, "Adaaaam, aku di lamar Mas Bimo. Yeaay akhirnya kita benar-benar bisa jadi keluarga."

"Waah selamat ya."

Hanya itu yang diucapkan Adam, memberi selamat kepada Juwita dengan hati yang sakit.

Cintanya bertepuk sebelah tangan rupanya, dan yang lebih menyakitkan lagi dia harus hidup bersama dengan wanita itu sebagai kakak iparnya.

Tap

Juwita menggenggam pergelangan tangan Adam dan tersenyum. Lagi-lagi senyum wanita itu membuat jantung Adam meledak-ledak meski dia tahu sekarang posisi Juwita adalah kakak iparnya namun perasaannya tidak bisa terkontrol sama sekali.

"Masuklah, Dam. Kasihan istrimu, pasti sudah menunggu. Masa pengantin laki-lakinya malah ada di luar seperti ini. Bagaimanapun dia adalah istrimu, meski kalian menikah tanpa cinta, dia tetap istrimu."

Adama terdiam, apa yang dikatakan oleh Juwita itu memang benar adanya. Tapi rasanya sangat berat melangkahkan kaki untuk masuk ke kamar.

"Tapi kalau kamu mau di luar dulu, ya tidak apa-apa sih. Mungkin kamu memang butuh waktu untuk menerima semua yang tiba-tiba ini. Ya sudah kalau begitu, aku ke kamar dulu ya."

Juwita melenggang pergi, meninggalkan Adam dengan perasaan yang campur aduk. Dia bingung harus mengikuti ucapan Juwita yang mana, masuk ke kamar atau tidak?

Setelah berpikir sesaat, Adam pun memutuskan untuk masuk. Dia membuka pintu secara perlahan, mencoba mengintip lebih dulu.

"Fyuuuh, sudah tidur rupanya,"ucapnya dengan penuh kelegaan.

Ya, Adam bersyukur, dia sangat bersyukur karena Asha sudah tidur lebih dulu. Jika tidak, maka dirinya akan semakin bingung mau seperti apa bersikap kepada wanita yang telah menjadi istrinya tersebut.

Selepas mengganti pakaiannya, Adam pun naik ke ranjang. Sebuah guling ternyata sudah diletakkan di tengah sebagai pembatas diantara keduanya. Adam tentu tidak mempermasalahkan hal itu, dia malah bersyukur karena dengan begitu tubuh mereka tidak akan saling bersentuhan.

Itu yang dipikirkan Adam dan tentunya Asha juga, karena yang meletakkan guling tersebut adalah Asha. Akan tetapi, apa yang terjadi di pagi hari tidak sepeti yang mereka pikirkan pada malam hari.

Ketika adzan subuh berkumandang, Asha membuka matanya. Dia sudah terbiasa akan hal itu. Wanita itu terkejut bukan main ketika mendapati tangan besar milik Adam berada di pinggangnya.

"A-apa ini?" ucapnya dengan gugup. Ia segera mengangkat tangan Adam untuk menyingkirkannya. Meski sedikit berat, tapi beruntung dia bisa melakukannya.

Asha secara perlahan turun dari tempat tidur, hal pertama yang harus dia lakukan adalah mengambil air wudhu dan juga menjalankan ibadah wajib 2 rakaat.

Beruntung di kamar mereka ada kamar mandi jadi dia tidak perlu keluar kamar. Rasanya pasti akan sangat malu jika ketahuan mereka tidak melakukan apa-apa di malam pengantin mereka.

"Rumah orang kaya memang sangat berbeda. Mereka bahkan memiliki kamar mandi di kamar masing-masing, "ucap Asha sambil menggelar sajadahnya. Setelah melakukan ibadahnya, awalnya Asha ingin segera keluar dari kamar, namun dia memiliki sebuah kewajiban lain sebagai seorang istri sekarang.

"Mas, bangun ..."

Ya Asha harus membangunkan Adam, dia membangunkan suaminya itu agar segera menjalankan ibadahnya.

"Eughh, sebentar lagi,"sahut Adam dengan mata yang mash-ih terpejam.

Asha merasa cukup sekali dia pembangunan Adam. Setelahnya terserah pria itu mau bangun atau tidak.

"Lho, Nak. Sudah bangun?" seroang wanita dewasa yang terlihat masih sangat cantik tengah berada di dapur. Wanita itu adalah ibu dari Adam yang berarti ibu mertuanya.

"Iya Bu, soalnya saya sudah kebiasaan bangun saat subuh seperti ini. Apa ada yang bisa saya bantu?" Asha menawarkan bantuan, jika di rumah dia biasanya sudah berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Tidak perlu, Nak. Ada Mbok Jum yang masak nanti. Jadi kamu kembali lagi saja ke kamar, temani suamimu."

Asha tersenyum kaku, dia sungguh tidak ingin kembali ke kamar karena jika Adam sudah bangun pasti suasananya akan terasa sangat canggung. Tapi sekarang tidak ada yang bisa dilakukannya. Mertuanya adalah orang kaya, pekerjaan rumah sudah diserahkan kepada pembantu, jadi tak ada yang bisa dilakukan olehnya.

"Aku sungguh tidak mau kembali ke kamar sekarang,"ucapnya lesu.

TBC

1
Dew666
👍👍👍👍👍
Esther Lestari
pikiranmu hanya soal harta saja Bimo
Vie
hadir kak...walaupun agak telat dateng nya....🤭🤭🤭
dewi rofiqoh
Jadi orang jangan kemaruk to Bimo! Padahal orang tua mu berusaha adil untuk kedua putranya
Dwi Agustina
#pikirannya
Dwi Agustina
MashaAllah ikirannya hartaaaaa saja🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
marie_shitie💤💤
preeeettttt lah sungguh membangongkan
GiZaNyA
yaelah gitu amat si Bimo.. kemaruk... masa semua usaha bapaknya mau dia kuasain...
partini
itu anak Bimo ?
Dew666
👍👍👍👍👍
dewi rofiqoh
Adam cenut-cenut asha dari semalam gk bisa tidur 🤭🤭
GiZaNyA
duhhhh kasiannya si Adam... mau tidur tapi istri sangat menggoda iman pas tidur.. pengen langsung nerkam juga gaenak... jadi ngeronda di kasur deh... berakhir tidur di masjid.. 🤣🤣
dika edsel
kurang tidur jadi ngantuk.. kurang makan jadi laper trs klo kurang duit jadi apa bestieeeeee.....????
marie_shitie💤💤
kasihan bgt sih km JD tersiksa
marie_shitie💤💤
kurang kata istri kyknya ka Juwita adalah istri mas Bimo
Esther Lestari
Adam gak bisa tidur Sha tadi malam, gara2 kamu peluk tanpa sengaja. makanya sekarang dia ketiduran di masjid😄
Dewi kunti
hal wajar nggih,bukan wajah🙈🙈🙈
dewi rofiqoh
🤣🤣🤣Kepancing si adam..
Dam.. Asha ingin kamu menyadari rasamu dulu ya...
GiZaNyA
wahahaha... emang enaakkk kena prank istri sendiriii... ?? asli puas banget.. 🤣🤣🤣
Esther Lestari
kelamaan Dam jadinya gatot😂.
Goda terus Sha, kalian kan sudah sah suami istri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!