Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 23
"Alhamdulillah! Ternyata Allah itu selalu memberi jalan rezeki dari sisi manapun kalau kita mau berusaha," ujar Juragan Saleh.
Dia merasa senang karena pesanan hari ini begitu membludak, banyak toko di pasar yang memesan Frozen food buatannya. Sudah sore saja di pabriknya masih ramai dengan orang-orang yang bekerja.
Ternyata Allah itu memang maha adil, walaupun usaha yang selama ini dikelola olehnya harus dijual dan uangnya harus dibagi dua dengan adik iparnya, bahkan rumah yang selama ini dia tinggali juga harus dijual, tapi dengan mudahnya Allah memberikan jalan rezeki kepada dirinya.
"Sudah mau maghrib, mending tutup saja. Walaupun lembur dapet uang, tapi kasihan kalau harus mereka terus kerja."
Juragan Saleh lalu meminta karyawan yang bekerja di pabrik frozen food miliknya untuk bersiap pulang, dia juga sama, bersiap untuk pulang karena sudah sangat merindukan Karmila.
Ting!
Satu sms masuk, juragan Saleh dengan cepat membuka pesan singkat tersebut. Ternyata ada pesanan bakso dari kampung sebelah untuk hajatan besok, pesanan lumayan banyak dan harus diantar malam ini juga.
"Kalau aku yang antar capek banget, mana udah pengen pulang ketemu sama Mila."
Mau ditolak tapi itu adalah rezeki, mau diterima tapi dia sudah sangat lelah dan juga rindu terhadap istrinya. Saat sedang berpikir dengan begitu keras, Johan menghampiri juragan Saleh dan menegurnya.
"Kenapa Juragan? Kok kaya orang pusing banget? Lagi berantem sama ibu?"
"Sembarangan kamu tuh! Saya ada pesanan dengan jumlah lumayan banyak ke kampung sebelah, tapi saya sudah pengen pulang. Kalau ditolak sayang juga, soalnya dapat uangnya lumayan banyak."
"Biar saya saja yang antar, Juragan. Tapi dapet upah ya?"
Johan tersenyum sambil mengelus kedua lengannya seperti tak enak hati, tapi dia juga ingin mendapatkan untung. Juragan Saleh mengangkat kedua alisnya lalu bertanya.
"Kamu seriusan mau?"
"Mau, Juragan."
"Kalau begitu bantu saya rapikan baksonya, karena pesanannya cuma tiga dus saja, bagaimana kalau antarnya pake motor kamu aja? Diikat dusnya di jok, bisa?"
"Boleh, tapi kalau pake motor saya berarti ada ongkos bensin ya?"
"Siap!" ujar Juragan Saleh yang memang terkenal baik dan pengertian.
Dia menyetujui pesanan bakso itu, tak lama uang bakso langsung ditransfer. Barulah juragan Saleh meminta Johan untuk mengantarkan baksonya, tentunya dia juga langsung memberikan upah kepada Johan untuk pengantaran bakso tersebut.
"Hati-hati," ujar Juragan Saleh ketika melihat Johan yang sudah menyalakan mesin motornya.
"Siap, Juragan!"
Johan mengantarkan bakso pesanan sesuai dengan alamatnya, jarak dari pabrik frozen food milik juragan Saleh lumayan jauh. Dia menghabiskan waktu hampir 1 jam menuju kampung sebelah, karena memang jalanan yang terjal juga licin setelah hujan.
Setelah mengantarkan bakso pesanan dari pelanggan, Johan memutuskan untuk pulang. Namun, saat di pertengahan jalan hujan turun dengan deras. Karena jarak pandang yang terbatas, akhirnya Johan memutuskan untuk meneduh di pinggir jalan. Karena kebetulan ada saung di sana.
"Duh! Dingin banget," ujar Johan.
Pria itu mengusap kedua lengannya, dingin terasa sampai menusuk ke tulang karena hujan semakin deras saja. Kabut tebal menyelimuti bumi, Johan semakin kesulitan untuk melihat.
"Semoga saja hujannya cepat reda," ujar Johan.
Cukup lama pria itu berteduh, hingga tak lama kemudian dia merasa kaget karena saat melihat ke sampingnya, ternyata ada wanita yang sedang duduk.
"Eh? Sejak kapan kamu di sini?" tanya Johan.
Johan memperhatikan penampilan wanita itu, baju yang dipakai oleh wanita itu begitu lusuh. Rambutnya terurai panjang dan kusut, Johan jadi bergidik geli melihatnya.
"Sejak tadi," jawab wanita itu sambil menolehkan wajahnya ke arah Johan.
Johan begitu kaget ketika melihat wajah wanita itu, karena bersamaan dengan wanita itu menoleh, ada kilat yang menyambar, sedikit cahaya dari kilat itu bisa memperlihatkan siapa wanita yang ada di hadapan.
"La--- Lastri? Kamu itu udah mati, kenapa ada di sini?"
Johan mundur perlahan, matanya membelalak saat arwah Sulastri tersenyum sinis dan semakin dekat. Hujan deras membuatnya terpaku, ingin lari tapi bingung harus ke mana.
"Kamu itu mau apa? Kenapa semakin mendekat? Kenapa menatap aku seperti itu?" tanya Johan dengan jantungnya yang berdebar dengan begitu kencang.
"Mau jemput kamu, Sayang."
Suara itu terdengar begitu dingin, terasa begitu menusuk. Johan gemetar, dia sungguh takut dengan hanya mendengar suaranya saja.
"Je... jemput ke mana? Kamu itu sudah bukan manusia lagi, kamu itu sudah mati lama. Lalu, mau jemput aku ke mana? Nggak mungkin kalau--- "
Suaranya tercekat, dia semakin takut saja melihat tatapan mata wanita itu. Apalagi petir menyambar dengan begitu kencang, ada bunyi ledakan karena ada pohon yang tersambar petir.
"Ke alam baka," jawab arwah Sulastri yang tiba-tiba sajatangannya mencekik leher Johan dengan kuat.
"Ja--- jangan!" teriak Johan tergagap dan suaranya terdengar penuh dengan keputusan.
Napasnya terengah-engah, tangannya berjuang melepaskan cengkeraman dingin itu yang semakin menekan. Detik demi detik berlalu dengan berat, sampai akhirnya tangan itu terlepas, bukan hanya dari lehernya, tapi juga terputus dari tubuh Sulastri.
Pandangannya tertuju pada darah hitam dan belatung yang menjalari kulit wanita itu. Muka Johan membeku, tubuhnya langsung berbalik dan berlari menembus derasnya hujan, jantungnya berdegup kencang oleh ketakutan yang menghantui.
"Setan! Tolong!" teriak Johan.
Pria itu terus aja berlari sambil berteriak minta tolong, karena gelap dan hujan begitu deras, pria itu jatuh tergelincir dan terperosok ke dalam jurang yang dalam.
"Argh!" teriak Johan dengan suara penuh keputusasaan.
Di saat dia merasa akan segera mati, tiba-tiba saja tubuhnya seperti ada yang menangkap. Ternyata arwas Sulastri yang menangkap tubuh, kini dia dan juga arwah Sulastri melayang-layang di udara.
Namun, bukannya rasa senang yang dia rasakan saat ini. Justru dia merasa sangat takut sekali, karena yang menangkap tubuhnya bukanlah manusia. Melainkan setan yang dia hindari.
"Lepaskan! Jangan ganggu aku!" teriak Johan sambil meronta.
"Yakin mau dilepaskan dari ketinggian seperti ini?" tanya arwah Sulastri sambil memberikan senyuman yang begitu mengerikan.
Johan kebingungan harus menjawab apa, hingga tidak lama kemudian dia merasakan ada yang merobek perutnya. Tanggal Sulastri tiba-tiba saja berubah panjang dan tajam, tangan itu masuk ke dalam perutnya dan serasa mere masnya dengan kuat.
Dia menjerit kesakitan, belum juga rasa sakit itu reda, itu keluar dari perutnya dan terulur untuk mere mas miliknya. Mata Johan melotot, sungguh dia tidak sanggup merasakan kesakitan seperti ini.
"Sa--- sakit, to--- tolong lepaskan." Johan berkata dengan suara yang terbata-bata, arwah Sulastri tersenyum penuh arti lalu berkata.
"Dengan senang hati, aku akan mengabulkan permintaan kamu."
Tubuh pria itu remuk karena jatuh ke dalam jurang dalam dan terbentur batu besar, kepalanya bahkan tak terbentuk karena kepala pria itu jatuh terlebih dahulu ke dasar jurang.
"Pasti rasanya sangat nikmat," ujar arwah Sulastri disertai tawa cekikikan sebelum dia menghilang dari sana.
ditunggu yg baru kk
kasihan banget sih sebenarnya.,😭😭