Zalika Azzalea adalah gadis cantik yang berusia dua puluh dua tahun, dirinya memutuskan untuk menikah dengan sang kekasih Arga Pramana diusia muda dengan harapan sebuah kebahagiaan
Pil pahit harus ia telan, karena pernikahan tak berjalan seperti yang dirinya impikan. mimpi sederhana untuk biduk rumah tangga yang sempurna nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Pernikahan yang hanya berlangsung tiga hari itu berakhir dengan menyisakan trauma mendalam, mengubah gadis ceria menjadi seorang yang takut akan cinta
Akankah ada pria yang dikirim tuhan untuk menyembuhkan lukanya? lalu Cinta yang akan memberinya kebahagiaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
"Ucapanmu melantur!" Walau wanita dihadapannya ini telah berurai air mata, Zayyan masih enggan untuk menanggapinya dengan serius
"Pilihannya hanya dua mas, kita tetap bersama dan lupakan dendam itu, atau balaskan dendam kamu dan lepaskan aku!" Ucapnya tegas
"Aku tidak akan pernah melepaskan kamu, kamu sudah berjanji akan terus bersamaku. Lalu apa ini? Kamu akan pergi?" Pria itu bahkan menaikkan suaranya
"Aku hanya lelah mas, lelah dengan dendam yang tidak akan pernah berkesudahan. Aku hanya seorang ibu yang ingin melindungi anak-anaknya!" Perdebatan yang terjadi sedikit memanas, baik Tari maupun Zayyan seolah keras akan keputusan masing-masing
"Aku yang akan melindungi kalian!" Tegas Zayyan
"Apa kita berhasil melindungi Zalika? Kita gagal mas, aku hanya tidak ingin kejadian seperti ini terulang lagi dikemudian hari!" Ujarnya
"Sepertinya kamu lebih memilih dendam mu itu, baiklah. Keputusan tetap ada di kamu, mas. Terima kasih untuk enam belas tahun yang begitu sempurna, aku tidak pernah menyesal pernah mengenal kamu!"
Sepertinya keputusan wanita itu sudah bulat, Tari memang tidak terbiasa dengan hal yang berbau kejahatan seperti ini. Dirinya cukup memaklumi kejadian sebelumnya yang membuat Prasetya kehilangan nyawanya
Bukan dirinya tidak tau tentang apa yang dilakukan suaminya terhadap Prasetya. Tari tau bagaimana rencana yang tersusun rapi hingga skenario tentang Kematian Prasetya diciptakan oleh Zayyan sendiri
Wanita itu benar-benar lelah dengan semuanya, ia merasa keputusan ini adalah jalan terbaik. Rasa bersalah atas apa yang menimpa Zalika tidak akan pernah hilang dan Zayyan hendak memulai lagi dengan dendam yang baru, lalu kembali berakhir dengan kematian. Sungguh, itu terdengar mengerikan di telinganya
"Tidak! Tari dengar, aku minta maaf. Mungkin aku memang egois tapi aku tidak ingin kehilangan kamu!" Zayyan meraih tangan sang istri yang hendak pergi
Kepalanya berdenyut, kedua pilihan itu terdengar sulit. Apa dirinya benar-benar harus melupakan apa yang telah menimpa putrinya? Tapi ancaman yang diberikan sang istri rasanya juga tidak main-main
"Tentukan pilihan kamu, mas! Aku tidak punya banyak waktu. Aku cukup lelah untuk sekedar menunggu!" Kata Tari
"Baiklah, aku akan melupakan masalah tentang Maya. Balas dendam dan sebagainya, aku akan melupakan semuanya. Aku ingin kamu, aku bisa kehilangan apapun tapi tidak dengan kamu, Tari" Ucapnya dengan tulus
"Kamu benar-benar akan berhenti mencari Maya?" Bukan meragukan suaminya sendiri, tapi tidak ada yang lebih tau perangai pria itu selain dirinya
"Aku bersumpah, aku akan berhenti mencari informasi tentang keberadaan Maya. Aku akan fokus pada perawatan Zalika setelah ini!" Ucap Zayyan sungguh-sungguh
"Aku percaya, kumohon jangan merusak kepercayaan ini mas" Tari menatap lekat manik coklat milik suaminya
"Aku berjanji!" Zayyan membawa wanita yang begitu ia cintai itu dalam pelukannya, ancaman Tari benar-benar mempengaruhi Zayyan
Tak bisa dibayangkan akan sehancur apa dirinya kelak tanpa kehadiran Tari disisinya
"Jangan pernah memikirkan hal-hal seperti itu lagi!" Zayyan seolah enggan untuk melepas pelukannya
"Maafkan aku!"
"Tidak, maafkan aku!" Ucap Zayyan lembut
"Aku mencintaimu!"
"Aku juga"
***
Satu minggu sudah perawatan yang dilakukan oleh Zalika, hari ini dirinya diizinkan untuk keluar dari rumah sakit
Gurat ketakutan terlihat jelas dari wajah cantiknya, namun kehadiran keluarga memberikan semangat serta kepercayaan diri bagi gadis itu
Setiap satu minggu sekali dirinya akan melakukan terapi atas trauma yang ia alami. Psikolog bernama Wulan akan menangani kasusnya atas rekomendasi dari dokter Mala yang kian dekat dengannya bak seorang teman
"Kita pulang sekarang?" Zayyan berjalan dengan menyeret koper berisi beberapa barang selama Zalika menjalani perawatan
Zalika duduk dikursi belakang, sementara Tari disamping sang suami yang tengah mengemudi
Tak ada suara, Zalika diam. Gadis cantik itu sibuk dengan jalanan kota yang ramai, entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini
Hidupnya hancur dalam tiga hari. Pernikahan, cinta, kepercayaan. Semuanya direnggut. Ia tak tau apa dirinya bisa kembali jatuh cinta atau hidupnya akan berakhir mengenaskan dengan melewati kehidupan seorang diri
Mobil berhenti, sebuah rumah yang begitu Zalika rindukan. Rumah yang memberinya kenyamanan, serta perlindungan. Dirinya yang bodoh karena salah memilih seorang pendamping dan meninggalkan kehangatan keluarganya sendiri dan memilih cintanya
Tari mengulas senyum, menggenggam tangan sang putri sementara sebelah tangan itu masih menggunakan Arm Sling, keduanya berjalan beriringan menuju rumah mewah tersebut
"Kejutan.."
Semuanya terkejut, didalam rumah semua orang tengah berkumpul. Akbar beserta Sabrina dan Bastian, serta putri kesayangan mereka, Diandra lalu dua pangeran kembar yang telah menunggu kedatangan sang kakak
"Ini semua untukku?" Tanya Zalika tak percaya
"Tentu saja, memangnya untuk siapa lagi!" Akbar mendekat, memberi pelukan pada adik perempuannya yang telah melewati masa tersulit dalam hidupnya
"Kita kangen banget sama kakak!" Rayn dan Ryan memeluk sang kakak bergantian, hal itu membuat gadis cantik itu terharu
Dirinya mendapatkan begitu banyak cinta dari keluarganya, lalu apa yang ia harapkan dari laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya itu
Terserah apa yang terjadi pada Arga, Zalika tidak ingin ambil tahu mengenai pria itu lagi. Ia akan serahkan semuanya pada sang ayah serta Akbar yang ia ketahui akan berperan menjadi pengacara untuknya
"Diandra!" Gadis cantik bermata biru itu mendekat lalu memeluk Zalika dengan hati-hati, dirinya memang cukup dekat dengan keluarga Dhirgantara mengingat sang kakak juga sangat dekat dengan semua anggota keluarga tersebut
"Aku seneng banget liat kak Zalika baik-baik aja" ucap gadis itu tulus, suaranya memang lembut persis seperti Sabrina sang bunda
"Terima kasih ya, kamu juga udah bantu jagain kakak dirumah sakit" ucap Zalika tulus pada gadis yang telah ia anggap sebagai adik perempuannya itu
"Itu memang sudah seharusnya!" Keduanya saling tersenyum
"Selamat datang kembali, sayang"
"Terima kasih, Bunda" Zalika menerima pelukan Sabrina dengan senyum yang merekah
"Semua akan baik-baik saja, sayang!" Zalika mengangguk
"Bagaimana keadaan nona?" Tanya Bastian, pria tampan berbadan tegap itu menjaga batasannya, bagaimanapun Zalika tetaplah putri dari atasannya
"Jauh lebih baik paman"
"Syukurlah!" Bastian mengulas senyumnya kala menatap putri dari atasannya itu
"Apa semuanya sudah siap?" Tanya Tari
"Semuanya sudah siap! Kita makan sekarang!" Ujar Sabrina
Semua orang menuju meja makan, meja berukuran panjang itu telah penuh oleh makanan dan semua makanan favorit Zalika
"Kamu mau apa?" Tanya Tari yang duduk disamping putrinya
"Ini semua makanan favorit Zalika?" Tanya gadis itu dengan mata berbinar
"Tentu saja, bunda sendiri yang masak" jawab Tari sambil melirik sekilas kearah Sabrina yang duduk di seberang
"Waah.. terima kasih, Bunda"
"Tidak masalah, sayang!" Sabrina mengusap pipi putri dari mantan suaminya itu
semoga terkuak ya rahasianya