NovelToon NovelToon
Jatuh Cinta Pada Kakak Ipar

Jatuh Cinta Pada Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Tukar Pasangan
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: nurliana

Dilahirkan dari pasangan suami istri yang tak pernah menghendakinya, Rafael tumbuh bukan dalam pangkuan kasih orang tuanya, melainkan dalam asuhan Sang Nini yang menjadi satu-satunya pelita hidupnya.
Sementara itu, saudara kembarnya, Rafa, dibesarkan dalam limpahan cinta Bram dan Dina, ayah dan ibu yang menganggapnya sebagai satu-satunya putra sejati.

"Anak kita hanya satu. Walau mereka kembar, darah daging kita hanyalah Rafa," ucap Bram, nada suaranya dingin bagai angin gunung yang membekukan jiwa.

Tujuh belas tahun berlalu, Rafael tetap bernaung di bawah kasih sang nenek. Namun vidhi tak selalu menyulam benang luka di jalannya.

Sejak kanak, Rafael telah terbiasa mangalah dalam setiap perkara, Hingga suatu hari, kabar bak petir datang sang kakak, Rafa, akan menikahi wanita yang ia puja sepenuh hati namun kecelakaan besar terjadi yang mengharuskan Rafael mengantikan posisi sang kakak

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jatuh cinta pada kakak ipar

London, pukul 09.30

“Penerbangan kali ini akan berbahaya. Risiko begitu besar, sebab penumpang VVIP kita masih dalam masa pengobatan. Kapan saja ia bisa kritis.”

Suara seorang instruktur penerbangan menggema di ruang rapat, menembus ketegangan yang sejak awal sudah terasa berat.

London sedang bersiap menyaksikan sebuah peristiwa besar. Semua orang tahu, tamu VVIP ini bukan sekadar penumpang, melainkan simbol harga diri bangsa. Jika penerbangan ini berhasil, nama negara mereka akan dielu-elukan di seluruh dunia. Namun jika gagal, kehormatan itu akan runtuh, dan tak ada lagi negara yang sudi menaruh kepercayaan.

“Jadi, siapa kapten dan wakil kapten yang akan bertugas?” suara instruktur kembali memecah keheningan.

Semua mata beralih kepada Rafael. Dialah pilot terbaik bukan hanya bagi maskapai, melainkan bagi siapa saja yang pernah terbang bersamanya. Bersama Farel, mereka adalah kombinasi sempurna, ibarat dua sayap yang membuat burung mampu terbang menembus badai.

Namun Rafael menghela napas panjang. Sorot matanya sayu, meski tetap tajam seperti elang.

“Maaf… aku tidak bisa. Mungkin lain kali.” Suaranya berat, penuh penekanan. Ia bukan menolak karena tidak mampu, melainkan karena fokusnya kini hancur. Luka lama yang belum sembuh membuatnya tak ingin mempertaruhkan nyawa orang lain.

Farel bangkit, menatap semua orang dengan nada tegas.“Aku dan Rafael yang akan membawanya. Tapi kalian semua tahu, ada satu tujuan yang tidak pernah kami inginkan. Apa pun keadaan darurat nanti, jangan paksa kami mendarat di sana.”

Kata-katanya menusuk, seolah ingin memaksa Rafael kembali menatap kenyataan.

Rafael menoleh, tatapan matanya menyelidik, nyaris membakar.“Apa maksudmu, Farel?”

Instruktur akhirnya mengakhiri rapat dengan nada pasti. “Baik, Kapten Rafael. Saya harapkan kau hadir tepat pukul 10.00 di bandara.” Ia tidak bisa percaya kepada siapa pun selain Rafael. Maka keputusan sudah bulat.

Di luar ruang rapat

Rafael berdiri bersandar, kedua lengannya terlipat di dada. Sepatunya mengetuk lantai, ritmis namun gelisah. Ia menatap Farel dengan tatapan tajam.

“Jelaskan padaku, mengapa kau memaksa kita menjalani penerbangan ini?”

Farel tergagap, seperti lebah kehilangan sarangnya.

“Ya… agar kau dan aku bisa menghabiskan waktu bersama. Mungkin…” Nada bicaranya rapuh, ketidakpercayaan diri terlukis jelas di wajahnya.

Rafael menghela napas, lalu menggeleng perlahan. Meski kecewa, ia tahu Farel hanya ingin menyelamatkannya dari luka yang kian dalam.

“Baiklah. Ayo ke pesawat. Kita sudah hampir terlambat.”

Bandara Heathrow, 10.20

“Penerbangan 0078, membawa penumpang VVIP. Semua sudah diperiksa, pesawat dinyatakan aman. Selamat jalan Kapten Rafael dan Wakil Kapten Farel, semoga kalian kembali dengan selamat.”

Suara pengumuman menggema, sementara Rafael dan Farel melangkah gagah menaiki pesawat.

Di kabin, sang VVIP telah duduk dengan tubuh ringkih. Tabung oksigen menemaninya, seolah tiap helaan napas adalah pertarungan terakhir.

Rafael menyalakan mesin, dentuman turbin seperti degup jantung yang menegaskan sebuah misi berbahaya baru saja dimulai.

Di bawah langit biru, ribuan kaki di atas bumi

Pesawat 0078 membelah awan, menari di udara yang seolah tanpa batas. Namun indahnya langit tak mampu menutupi ancaman yang menanti.

“Pesawat 0078, badai terdeteksi di koordinat 0.9. Angin sangat kencang. Tidak memungkinkan untuk mendarat sesuai jadwal pukul 12.40.”

Suara pengatur lalu lintas udara terdengar tegang.

Rafael meremas tuas kendali, memastikan pesawat tetap stabil. “Apakah mendarat darurat memungkinkan?”

“Ya. Bandara internasional siap menerima kalian. Tapi… ” suara itu terputus sesaat, lalu melanjut, “itu bandara yang pernah kalian tolak.”

Dada Rafael terasa sesak. Takdir begitu kejam, menyeretnya lagi ke tanah yang pernah meninggalkan luka. Luka yang belum pulih, kini kembali ditusuk dengan lebih dalam.

Beberapa detik ia terdiam, menutup mata sejenak. Lalu, dengan suara berat namun tegas, ia menjawab “Baik. Kami akan mendarat di sana.”

Farel menoleh, wajahnya memancarkan rasa iba. Rafael kini tampak lebih dewasa, lebih mampu menerima kenyataan, meski dalam hatinya mungkin masih runtuh.

Pesawat melaju menembus badai. Di luar, kilat menyambar-nyambar, menyalakan langit seperti pertunjukan kiamat. Tubuh pesawat bergetar hebat, bagai perahu kecil dihantam gelombang lautan.

Di kokpit, Rafael tetap gagah, matanya tak bergeser dari layar instrumen. Farel di sampingnya, diam namun setia, menjadi sayap kiri yang tak akan membiarkan sahabatnya terbang sendirian.

...🌻🌻🌻...

Sementara itu, dikantor cabang keluarga arzander yang saat ini sedang di genggam oleh Rafa,

“Paket atas nama Rafa?” suara seorang kurir memecah kesunyian.

Viola, yang sedang menikmati hangatnya cahaya mentari pagi, menerima paket kecil itu. Alamatnya jelas: kantor tempat ia bekerja sebagai sekretaris Rafa.

Namun sesuatu membuat hatinya bergetar. Tulisan tangan di kotak itu… ia mengenalnya.Tujuh tahun lalu, seorang pria bernama Rafael pernah menuliskan catatan kecil dengan tulisan yang sama.

Saat Rafa datang dan mengambil paket itu, Viola hanya bisa menatap dengan sejuta pertanyaan di kepalanya. Bukan karena ingin tahu terlalu jauh, melainkan karena ia hanya ingin satu jawaban sederhana “Apakah Rafael masih baik-baik saja…?”

Namun yang keluar dari mulut Rafa justru kalimat yang menusuk hati. “Kenapa kau begitu kepo pada paketku? Kau penasaran dengan Rafael atau pemasaran dengan paket ini?”

" aku hanya bertanya, aku juga mengunakan bahasa yang sopan, Rafa saat ini kau adalah atasan ku, aku tidak ingin melampauinya batas " viola mulai menaikkan nada bicara nya,

" sejak kemarin viola! Kau bertanya keadaan Rafael, tidak bisakah kau bertanya pada nya sendiri? " emosi mulai membara di antara percakapan kedua nya, hanya karena satu nama dan satu kabar,

" harus kau membentak ku? Jika aku punya, jika aku punya nomor Rafael, mungkin...... Aku tidak akan bertanya pada mu " mata viola mulai berembun, rasa rindu yang selama ini ia tahan, seolah meluap, tak sanggup ia tahan lagi,

" apa yang membuat mu bertanya terus tentang keadaan nya? "

" haruskah kau sekepo ini? " tatapan tajam viola menatap Rafa,

" kau menyukai nya? mana mungkin kau menyukai pria seperti dirinya kan? Kita semua tahu sebajingan apa dia saat SMA " sengaja? Rafa mengambil jalan licik ini, Rafael sama sekali tidak salah dalam hal ini, dan ia memburukkan adiknya

Hati Viola seakan di remuk. Rafael nama yang selalu ia jaga di dalam doa kini kembali hadir dalam sosok yang berbeda. Ia menelan perih itu dalam diam, lalu menatap Rafa " kau adalah kakak nya, dimana hati mu? "

" itu bukan urusan mu " ketus Rafa,

" kau tidak seperti ini Rafa " mengusap air mata yang ternyata mengalir tanpa sepengetahuan nya,

Rafa tersenyum samar, ambigu. “Nanti malam, restoran mewah dekat bandara. Temani aku makan malam.”

Viola tak mampu menolak, karena begitu banyak argumen yang mereka debat kan, tidak mudah memutuskan dengan Rafa “Baiklah.” jawab nya singkat

Namun di dalam hatinya, ada badai yang tak kalah dahsyat dari langit tempat Rafael kini bertarung.

Jangan lupa beri bintang lima dan komen ya teman-teman

Bersambung...........

Hai teman-teman, yuk bantu like, komen dan masukkan cerita aku kedalam favorit kalian, ini karya pertama aku dalam menulis, mohon bantuan nya ya teman-teman terimakasih.......

1
Verlit Ivana
saya mampir membaca. saran kak, untuk kata asing, dicetak miring untuk pembeda.
tika
lanjut
Kaginobi
Semangat terus nulisnya kak 😁
Elisabeth Ratna Susanti
bener banget kesempatan tidak datang dua kali
Author Sylvia
moga perubahan kamu membawa hasil yang baik buat kamu ya Rafael.
btw aku mampir Thor /Smile/
Elisabeth Ratna Susanti
tinggalkan jejak 👍
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
yulia Liana
seruuuu
gaby
Yah, Rafael Cassanova yg hoby tdr dgn para wanita, aq jd males baca kalo tokoh utama pria Casanova. Ga adil rasanya penjahat kelamin dpt istri yg masih perawan.
gaby
Bahasanya banyak sansekerta atau kaya kata3 bahasa hindu budha ya ka. Dasha Vasha, Vidhi
Hazelnutz
Lanjut thorr
Ceyra Heelshire
semangat up nya
Elisabeth Ratna Susanti
top banget 🥰
mpusspita
mampir juga nihh
Ana
apa yg akan terjadi
Muffin🧚🏻‍♀️
Aku kasih bunga untuk rafael
Muffin🧚🏻‍♀️
Aku mampir kak semangat
Riyanti
Aku mampir 😊
Yin_
Jahaaattt bngt kaliann ya tuhannn anak kalian juga loh si Rafaell
Yin_
Jahatt bngt keluarganyaa, udah mh ditinggal neneknyaa skrg hidup rafael sendiriann😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!