Anna bukan janda, aku tahu semuanya
tapi aku tak bisa mengatakan itu padanya
aku takut dia justru akan pergi dari ku setelah tahu semuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shikacikiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Sampai di Lampung, Anna dan Stevan langsung melihat klinik.
Tatapan mata Anna begitu bangga, dia mulai menata masa depannya yang cerah di sana.
"Kalau kamu hidup di sini, memilih meninggalkan Abel, aku berjanji.... "
"Stop! " Anna menepuk lengan Stevan.
Stevan menatapnya, merasa ucapannya dipotong.
"Ayo lihat ke dalam! " Anna melangkah.
Stevan mengikutinya, seraya tersenyum.
"Kau sudah buka lowongan kerjanya? " tanya Stevan.
"Sudah, oh ya, peralatannya akan datang besok. Mungkin besok akan sangat sibuk, sekarang kita ke rumah pak Nardi" ajak Anna lagi setelah berkeliling.
Pak Nardi dan istrinya Mirna datang menggunakan motor.
"Baru saya mau ke rumah bapak! " seru Anna saat melihatnya.
"Iya bu, takut ibu ga tau jalannya" ucap Mirna seraya turun dan menyalami tangannya.
"Apa kabar bu? " tanya Anna kemudian memeluknya.
"Alhamdulillah baik, bu Anna makin cantik" Mirna menyentuh dagunya.
Stevan tersenyum hanya bersalaman saja. Pak Nardi pun hanya bersalaman dengan mereka.
"Oh ya, siapa yang bapak rekomendasikan untuk menjaga klinik sehari-hari nya? " tanya Stevan.
"Ada, namanya Radit, dia anak pintar, tapi mau melanjutkan sekolah tak bisa karena tak ada biaya, nanti malam dia ke rumah" jawab Pak Nardi seraya mengajak mereka untuk mengikutinya.
Anna dan Stevan memakai mobilnya, mengikuti Nardi dan Mirna. Dengan jalanan yang cukup rusak, Anna merasa iba pada kondisi desa itu.
"Apa mereka ga akan kesulitan buat berobat ke klinik kita? " tanya Anna.
"Ini sih ga parah, ada yang lebih parah. Lebih dalam lagi dari rumah Pak Nardi katanya" jawab Stevan.
"Trus, nanti gimana mereka bisa datang ke klinik? " tanya Anna.
"Aku udah bilang sama Ayu, kau ingat dia? Dokter yang bersedia bekerja di sini itu, dia bilang akan bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk mengadakan kunjungan rutin setiap satu bulan sekali, ke daerah yang sulit untuk melakukan pemeriksaan ke klinik, nantinya, orang yang kita tunjuk untuk ikut Dokter Ayu, juga akan kembali dengan obat-obatan yang mereka butuhkan sesuai diagnosa dokter Ayu" jelas Stevan.
"Ahhh, aku paham" jawab Anna.
"Tapi nona CEO, kau tidak perlu khawatir, aku ini dokter yang andal, bukan hanya di bidak kedokteran tapi bidang bisnis juga. Kita akan jadi partner kerja yang sangat bagus, dan aku harap kita bi.... "
"Dokter awas ada kerbau! " seru Anna seraya menunjuk ke depan.
Stevan menginjak pedal rem secara mendadak. Kepala Anna terhantuk ke depan tapi masih selamat tak menghantam dashboard mobilnya.
"Kau tidak apa-apa? " Stevan memegangi tangan Anna.
"Tidak, hanya terhantuk saja, tidak kena" jawab Anna seraya melepaskan tangannya untuk mengusap wajahnya karena terkejut.
"Maaf! " ucap Stevan.
"Tidak apa-apa, salah ku juga membuat mu tidak konsentrasi karena mengobrol" jawab Anna.
Stevan melanjutkan perjalanan yang hanya tinggal beberapa menit itu. Dan Akhirnya mereka sampai.
Anna dan Stevan menginap di rumah Pak Nardi selama beberapa hari, hingga urusan mereka selesai di sana.
**
Abel membaca beberapa berkas yang Siska serahkan. Mereka duduk bersama di ruangan Abel yang hening.
"Bu Anna cutinya lama ya Pak" Siska membuka pembicaraan.
"Hmmm, ada urusan katanya" jawab Abel seolah benar-benar tak bisa diganggu.
Siska terus memperhatikan Abel, lama kelamaan Abel menyadari pandangan Siska yang mulai menganggunya.
"Kenapa kamu lihat saya kayak gitu? " tanya Abel ketus.
Siska terkejut, dia tak sangka Abel akan langsung menegurnya.
"Hehe, ngga Pak, cuma kebayang aja kalau nantinya bu Anna udah keluar dari sini, hening banget ya ini ruangannya" jawab Siska.
Abel mengambil nafas panjang. Tatapannya beralih ke ponselnya yang sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda pesan atau telpon dari Anna.
Tiba-tiba, Zidan masuk.
"Eh copot! " Siska latah.
"Apa yang copot? " tanya Zidan langsung mengerjai saat tahu Siska latah.
"Itu, pak ehhh itu... " tunjuk Siska ke tubuh bagian bawah Zidan.
"Ihhh, kamu... masa punya aku copot! " Zidan menutupinya.
Siska merengek.
"Maaf Pak! "
"Udah sana, pesenin lotek, pakai nasi, jangan lupa gorengan sama rempeyeknya" ucap Abel.
"Naahhh, itu dia yang aku mau! " seru Zidan.
"Baik Pak! " Siska keluar dengan membawa berkasnya.
"Oh ya Sis, minumnya aku mau es jeruk ya! " seru Zidan.
"Siap Pak! " Siska menggoyangkan jempolnya kemudian keluar.
"Suka gue reaksi Siska, ga kayak Anna, jutek" ucap Zidan.
"Apa? " Abel melipat tangan mendengar Zidan mulai mengeluh tentang Anna.
"Hhehe, baik kok, cuma jutek aja" ucap Zidan tidak meralat tapi menambahkan hal baik tentangnya.
Abel mengambil ponselnya kemudian memeriksa nomor Anna.
"Kenapa? " tany Zidan.
"Ga ada" jawab Abel jelas terlihat kecewa.
"Dia belum ngabarin? Lagi seneng seneng dong ma anaknya masa lu mau ganggu" ucap Zidan.
'dia ke Lampung sama Stevan bego... lu bener bener ya' ucap hati Abel.
Tak berapa lama, seseorang mengetuk pintu. Abel membukanya, mengira Siska kembali untuk menanyakan sesuatu.
"Hai! " sapa Clara dengan senyum manisnya.
"Ehhh Clara! " Zidan bangun mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Clara menyambut dengan senyum dan jabat tangan yang kuat.
"Hai Zidan, udah review acara ku? " tanya Clara seraya duduk tanpa dipersilahkan oleh Abel yang masih berdiri di dekat pintu.
"Udah dong, hebat, acaranya bagus" Zidan mengacungkan jempolnya.
Clara duduk bertumpang kaki menatap ke arah Abel yang masih berdiri.
"Mau apa? " tanya Abel ketus.
"Ih kok ketus? Aku kan cuma pengen say goodbye aja, besok aku pulang ke Ausi lagi" ucap Clara.
"Hmm baguslah, ga usah say goodbye, karena bulan depan lu ada acara lagi bukan? " Abel duduk di kursinya sengaja menjauh.
Zidan merasa jadi kambing conge, menatap mereka seolah sedang perang dingin.
"Abo....! "
"Pak Abel, di sini kamu cuma artis, saya presdir" ucap Abel menyela.
"Ya lah, Pak presdir, oh ya, aku ga lihat Anna, kemana? " tanya Clara.
"Cuti, liburan ke Bandung ke anaknya" jawab Zidan.
Abel mendelik, Clara mengangkat kedua alisnya.
"Oh ya, dia kan janda anak dua, kembar lagi ya" ucap Clara dengan nada seolah mengejek.
"Janda berkualitas" ucap Zidan sedikit melirik ke arah Abel yang terlihat marah.
Tapi kemudian Abel teringat dengan ucapan Anna. Dia langsung berdiri dan mendekati Clara.
"Apa yang terjadi malam itu? " tanya Abel.
Mata Clara membulat, terkejut dengan perubahan sikap Abel.
"Malam itu? " tanya Clara.
Zidan juga terkejut, dia menatap mereka secara bergantian.
"Malam pesta reuni kru balapan" ucap Abel mengingatkan.
Clara menghela, ingat dengan apa yang Abel maksud.
"Tidak ada, aku hanya mengantar mu dan saat itu Anna.... " Clara menatap Abel yang menunggu kelanjutan ucapannya.
Clara berpikir, ada hal yang membuat Abel terlihat kesal. Dia berpikir, mengingat lagi apa yang terjadi.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>