Perjalanan Kisah Cinta Om Pram dan Kailla - Season 1
Kailla Riadi Dirgantara, putri tunggal Riadi Dirgantara pemilik RD Group. Berusia 20 tahun, cantik, manja, kekanak-kanakan dan sangat menyayangi ayahnya yang biasa dipanggil daddy. Demi ayahnya, dia terpaksa menerima perjodohannya dengan Reynaldi Pratama ( Pram ), lelaki yang sudah dianggap seperti Om-nya sendiri.
Pram, lelaki matang berusia 40 tahun. Tampan, dewasa, bertanggung jawab dan sangat sabar menghadapi Kailla. Pram adalah anak yatim piatu, yang diasuh dan dibesarkan oleh ayah Kailla ( Riadi ) sejak berusia 10 tahun.
Karena komitmen dan tanggung jawabnya kepada kedua orang tua Kailla, dia bersedia menikahi Kailla yang terpaut 20 tahun darinya dan berjanji menjaga dan membahagiakan Kailla seumur hidupnya.
Bagaimana perjuangan dan kesabaran Pram menaklukan cinta Kailla, mendidik Kailla yang manja dan tidak dewasa menjadi wanita dan istri seutuhnya.
Bagaimana perasaan sayang yang sudah terbentuk selama 20 tahun diantara Kailla dan Om-nya Pram, berubah menjadi cinta seutuhnya.
Ikuti kehidupan rumah tangga Om Pram dan Kailla yang berbeda usia dan karakter.
Visual di novel diambil dari berbagai sumber di internet. Hak cipta milik pemilik foto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Gadis Itu Milikku
“Keluarkan dia dari sini. Di sini tempatku, Sayang. Bukan tempatnya atau laki-laki lain. Di dalam sini hanya boleh ada namaku. Kamu mengerti?” Pram berkata lembut sambil mengarahkan jari telunjuknya ke dada Kailla.
“Om ...." Kailla heran bagaimana Pram bisa tahu semuanya. Mendengar kata-kata Pram, Kailla yakin kalau pria itu mengetahui sesuatu.
Melihat Kailla yang masih menatapnya tanpa berkedip, Pram segera mengajak Kailla masuk ke dalam mobil, kemudian Pram ikut menyusul masuk dan duduk terdiam memandang lurus ke depan. Sesekali Pram melirik gadis di sebelahnya. Tampak Kailla masih terus-terusan menunduk, tidak berani menatap padanya. Sejak tadi Kailla hanya melipat ujung kaus putih yang dikenakannya.
“Apa yang kamu pikirkan, Kai?” tanya Pram membuka pembicaraan.
“Maaf.” Kailla berkata pelan masih tetap menunduk, tidak berani menatap Pram.
Mendengar ucapan Kailla, seketika Pram mengalihkan pandangannya ke arah Kailla. Gadis itu masih diam dan tidak berani menatapnya.
“Maaf untuk apa?” tanya Pram singkat. Ia mengubah posisi duduknya, supaya lebih nyaman menatap Kailla.
“Kalau kamu merasa itu sebuah kesalahan, berusahalah untuk tidak mengulanginya,” lanjut Pram sambil menarik tangan Kailla dan menggenggamnya.
“Om tidak marah?” Kailla bertanya. Ia mengangkat wajahnya mencoba memberanikan diri menatap Pram. Pandangan mereka bertemu, dan Pram tersenyum. Senyuman yang penuh kehangatan dan kelembutan. Ada rasa bersalah yang menyelinap masuk di hati kecil Kailla.
Pram menghela napas, membingkai wajah gadis cantik itu dengan kedua tangan kekarnya.
“Kai, belajarlah mencintaiku. Belajarlah menerimaku Belajarlah hanya melihat kepadaku mulai sekarang.”
“Ya, Om.” Kailla mengangguk.
Cup.
Pram mengecup kening Kailla, “Baiklah. Kita harus mencari cincin untuk pernikahan kita nanti. Jangan menangis lagi, aku mencintaimu.”
***
“Maaf, saya Reynaldi Pratama, sekretarisku sepertinya sudah menghubungi sebelumnya,” kenal Pram begitu masuk di toko perhiasan di salah satu mal terbesar di Jakarta.
Terlihat seorang laki-laki muda dengan tampilan rapi menyambut mereka.
“Selamat datang, Pak Pram. Saya manajer di sini. Nona Stella sudah menghubungi kami kemarin. Ada yang bisa saya bantu, Pak?” sambut sang manajer sambil mengajak Pram dan Kailla ke ruangannya.
“Kami ingin mencari cincin pernikahan. Bisakah anda membantu kami memilihkan yang terbaik, yang cocok untuk kami.” Pram menjelaskan maksud kedatangannya.
“Oh, tentu Tunggu sebentar.” Terlihat sang manajer meminta bawahannya untuk membawakan beberapa contoh cincin untuk ditunjukkan pada Pram dan Kailla.
Setelah melihat-lihat, akhirnya Kailla menjatuhkan pilihannya pada cincin putih sederhana, produk Tiffany & Co. Pram sendiri memilih untuk mengikuti apa saja yang menjadi pilihan Kailla. Ia tidak terlalu cerewet untuk model atau pun merk. Baginya, yang terpenting Kailla menyukainya. Itu sudah lebih dari cukup.
Dari toko perhiasan, mereka menyempatkan untuk fitting pakaian pengantin di salah satu butik yang ada di mal yang sama. Untuk pakaian yang dikenakan nanti, Pram malah terlihat lebih cerewet. Bahkan Kailla harus mencoba puluhan gaun, baru akhirnya Pram menyetujui.
“Kalau kali ini masih belum cocok, sebaiknya kita batalkan saja pernikahannya, Om. Aku lelah,” gerutu Kailla menampilkan wajah cemberut dan menggemaskan menurut Pram.
“Perfect," Pram tersenyum penuh kekaguman melihat Kailla memakai gaun sederhana, tetapi elegan di hadapannya. Segera ia menghampiri Kailla yang masih berputar-putar di depan cermin besar yang memantulkan seorang gadis yang terlihat cantik sempurna. Tangan kekarnya sudah mengunci pinggang ramping Kailla dari belakang, ia mengecup pundak Kailla yang polos dengan gaun model sabrina yang dikenakan saat ini.
“Hei, Cantik. Terima kasih sudah bersedia menjadi istriku.” Pram berkata sambil mengecup pipi Kailla. Setelahnya Pram meletakkan dagunya di pundak Kailla, menatap pantulan Kailla di dalam cermin dengan penuh cinta.
Mendengar pujian Pram, pipi Kailla langsung merona. Ia tersenyum malu, menunduk dan sesekali mencuri pandang pada pantulan Pram di cermin yang masih menatapnya lembut.
“Dengar,“ ucap Pram memutar tubuh Kailla agar mereka berhadapan.
“Kamu bisa melihat 'kan ... gadis cantik di cermin itu. Gadis itu milikku. Bisakah aku meminta bantuanmu untuk menjaganya. Tolong pastikan tidak ada laki-laki yang mendekatinya selama aku tidak ada di sisinya.” Pram berkata sambil menunjuk ke arah cermin.
Bugh ... bugh ... bugh. Kailla memukul dada Pram dengan kedua tangannya.
“Aw, ini sakit, Kai,” ucap Pram sambil memeluk erat Kailla yang lagi-lagi terlihat menggemaskan.
***
Terima kasih.