NovelToon NovelToon
KESEPAKATAN DI ATAS RANJANG

KESEPAKATAN DI ATAS RANJANG

Status: tamat
Genre:Cintamanis / Single Mom / Cinta Terlarang / Cerai / Keluarga / Suami Tak Berguna / Tamat
Popularitas:198.9k
Nilai: 5
Nama Author: EvaNurul

Maya hanya ingin satu hal: hak asuh anaknya.

Tapi mantan suaminya terlalu berkuasa, dan uang tak lagi cukup.

Saat harapan habis, ia mendatangi Adrian—pengacara dingin yang kabarnya bisa dibayar dengan tubuh. Dengan satu kalimat berani, Maya menyerahkan dirinya.


“Kalau aku tidur denganmu... kau akan bantu aku, kan?”


Satu malam jadi kesepakatan. Tapi nafsu berubah jadi candu.

Dan

permainan mereka baru saja dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EvaNurul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DI BAWAH MEJA KEADILAN

Ruang sidang itu terasa lebih seperti panggung daripada tempat mencari keadilan.

Dindingnya dingin, langit-langit tinggi, dan bangku-bangku kayu keras yang membuat siapa pun merasa kecil.

Tapi Maya tetap datang. Duduk dengan punggung tegak, berkas-berkas lusuh di pangkuan, dan satu hal yang masih ia genggam erat: harapan.

Reza duduk di seberang, mengenakan kemeja putih mahal, dasi gelap, dan senyum yang tidak pernah benar-benar hangat. Di sebelahnya dua orang pengacara: satu muda, satu setengah baya, keduanya berpakaian lebih rapi daripada hakim itu sendiri.

Maya sendirian. Ia tidak mampu menyewa pengacara. Ia bahkan mencetak bukti-bukti dengan uang terakhir dari dompetnya tadi pagi: foto kamar Nayla, raport sekolah, dan struk pembayaran susu formula bulan lalu.

Saat hakim memasuki ruangan, Maya berdiri dengan gugup. Tangannya dingin.

“Sidang perkara hak asuh anak antara Reza Kurniawan dan Maya Larasati dinyatakan dibuka.”

Sesi dimulai dengan pihak Reza. Pengacaranya langsung maju dengan percaya diri.

“Yang Mulia, kami ingin menyampaikan bahwa demi kepentingan terbaik bagi anak, klien kami mengajukan permintaan untuk memperoleh hak asuh penuh atas Nayla Kurniawan.”

“Alasannya?” tanya hakim.

Pengacara tersenyum, membuka map tebal.

“Lingkungan tempat tinggal Ibu Maya tidak memenuhi syarat untuk tumbuh kembang anak. Ia tinggal di kamar kos ukuran 3x4 meter, tidak memiliki penghasilan tetap, dan selama ini bekerja paruh waktu di tempat hiburan malam.”

Maya berdiri, reflek.

“Itu kafe, bukan tempat hiburan malam. Saya hanya waitress—”

“Silakan tenang, Ibu Maya. Anda akan diberi waktu menjawab,” ujar hakim, datar.

Pengacara Reza menambahkan, “Kami juga menyertakan beberapa dokumentasi visual.” Ia menunjukkan foto kamar Maya—tempat tidur sempit, dinding yang mulai terkelupas, mainan Nayla yang berserakan di lantai.

“Bandingkan dengan tempat tinggal klien kami,” lanjutnya sambil membuka folder lain. “Rumah dua lantai, halaman bermain, dan fasilitas pendidikan yang lebih baik. Klien kami sanggup membayar sekolah Nayla di institusi terbaik.”

Hakim mengangguk, mencatat.

Lalu giliran Maya.

Ia berdiri pelan, menahan gemetar. Suaranya kecil, tapi mantap.

“Yang Mulia... saya mungkin tidak punya rumah besar. Tapi Nayla tidur di pelukan saya tiap malam. Saya bangun lebih pagi untuk menyiapkan bekalnya. Saya cuci bajunya sendiri, saya antar dia ke sekolah. Dia... bahagia bersama saya.”

Tangis kecil mulai terdengar di ujung suaranya, tapi Maya menahannya.

“Saya tahu saya tidak punya banyak. Tapi saya ibu nya. Dan saya tidak pernah, tidak pernah sekalipun, meninggalkannya sejak hari dia lahir.”

Reza hanya menyilangkan tangan dan tersenyum sinis.

“Saya ayah kandungnya,” katanya lantang. “Dan saya punya hak penuh atas nya.”

Setelah satu jam adu argumen, sidang ditutup sementara. Hakim belum menjatuhkan keputusan—akan ada pemeriksaan lanjutan minggu depan. Tapi Maya tahu arah angin. Ia bisa melihatnya dari ekspresi hakim yang mulai condong ke pihak Reza. Dari tumpukan dokumen, dari pengacara-pengacara itu yang bahkan tidak memandangnya sebagai lawan.

Saat semua orang keluar ruangan, Maya mencoba berjalan cepat. Tapi langkah Reza menyusul di lorong.

Ia bersiul kecil, santai.

“Kamu bicara cukup manis tadi,” katanya. “Sayang, dunia nggak percaya pada kata-kata manis. Mereka percaya pada kekuatan.”

Maya berhenti, menatap tajam.

“Kalau kau pikir uang bisa membeli semuanya, kau tidak tahu apa-apa soal Nayla.”

Reza mendekat, terlalu dekat. Aroma parfumnya menusuk—mahal, tapi menyebalkan.

“Kamu tahu apa yang menyedihkan? Kamu bisa mencintai anak itu sepenuh hati, tapi satu tanda tangan hakim... bisa memisahkan kalian selamanya.”

Ia tertawa kecil. “Tapi jangan khawatir. Aku akan izinkan kamu datang sesekali. Mungkin... sebulan sekali. Kalau aku lagi baik hati.”

Maya menatap wajah pria itu, dan untuk pertama kalinya, ia merasa... benci.

Bukan sedih. Bukan takut. Tapi benci. Dan dari situ, tumbuh tekad yang baru.

Hari itu, ia tidak langsung pulang. Ia menjemput Nayla dari sekolah dan memeluk anak itu lebih lama dari biasanya. Sepanjang jalan pulang, anak kecil itu bercerita soal guru baru dan temannya yang suka rebut pensil. Maya hanya menjawab dengan anggukan, menahan air mata.

Di malam hari, setelah Nayla tertidur, Maya duduk lama di ujung ranjang.

Hatinya berat, tapi matanya menyala.

"Aku akan lawan dia. Dengan cara apa pun."

Belum tahu ke mana. Belum tahu siapa. Tapi Maya tahu satu hal:

Dia tidak akan menyerahkan Nayla. Tidak tanpa pertarungan terakhir.

1
Anonymous
Jancokkk mayaaa,,,, jadi wanita harus berani goblokkk
Anonymous
Rasanya pingin misuhi si maya
Anonymous
Sumpah.... maya ini cemen banget, ingin mempertahankan tapi pnakut, jadi wanita lemah banget
pipi gemoy
mantap bener ini pelakor, sudah maling suami orang
eh malah mau rampok anaknya 👻😤
pipi gemoy
taktik menyerang duluan
Adrian 👍🏼👏🏼🌹
pipi gemoy
mampir Thor
Catur Rini
gemes ma maya, tidak ada kata mennyerah utk memperjuangkan seorang anak, kalau ibunya lemah, gimana mo ngurus anak
Ana Akhwat
Lari pembacannya karena terlalu berbelit-belit ceritanya
mimief
nice ending
beautiful story'

cinta,kasih ,sayang dan ketulusan tidak akan ada yg bisa mengukur dan memberikan standarisasi.

harta?
ikatan darah?
kekuasaan?
akan terbantahkan dengan yg namanya perjuangan dan prioritas seseorang.
selamat berbahagia buat semua orang yg masih punya cinta, kasih,dan ketulusan di hati kalian
tak perduli apapun hubungan kalian
mimief
meleyot aku tu
pengacara kulkas 12 pintu merayu🤗
mimief
ba wa a aja dah pak..ke apartemen mu
eh ga boleh yaa🤣🤣
mimief
jadi inget drama Korea yg judulnya mother
yg seorang guru yg melarikan muridnya
karena muridnya korban kekerasan orangtuanya sendiri
diburu polisi keseluruh negri
pas prosesnya polisi malah menemukan kejanggalan,dr orangtuanya sendiri. bahkan seluruh kesaksian yg pernah bertemu
happy ending kah mereka?
menurut mereka happy ending
mimief
hanya mencoba mandiri
karena kalau mulai mau bergantung dama orang lain,malah jadinya menyakitkan
ya kan may?
mimief
jiaaaaahhhh
mereka nyasar
ah,akal akalan Dimas aja ini mah🤭🤣🤣🤣
mimief
bernafas sebentar GPP
tak pantas?
setiap orang berhak bahagia,tapi tau kah kau may
terkadang tuhan mengajarkan sesuatu untuk kita ga cuman memberikan kebahagiaan,tapi juga kesedihan supaya bisa naik kelas ke kehidupan yg lebih baik.
jangan suka berburuk sangka sama takdir yg ga bagus
mungkin....cara inilah yg tuhan buat supaya kita selalu mengingat Nya
mimief
hiks .hiks
iya mau
inget Nayla disana sendirian, kesepian,dan ketakutan
merasa terasing di tempat yg asing
mimief
bismillah..ayo kita kuat buat Nayla
kita ga tau anak itu juga hancur di sebrang sana
sendirian,ditempat asing
ayah yg cinta demi sebuah ambisi yg berbalutkan citra yg baik
mimief
dan momentum ini yg akan menghantui seumur hidup anak ini
selamanya...
Seperi kaset video yg terulang di alam sadarnya

jahatnya kau Reza.. memberikan trauma sebesar ini
mimief
ya Allah...
jahat nya sebuah ambisi
dah yg dikorbankan...orang orang terdekatnya
mimief
wah..lebih terpesona ini aku sama cerita ini daripada perselingkuhan diluar nalar

othoor kereeen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!