Pesona Sang Devil

Happy reading...

☘️

☘️

☘️

Lili masih asik dengan rebahannya di atas kasur king size yang ada di apartemennya. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

BINGUNG?

Iya.. Lili bingung dengan teka-teki orang elit, kekayaan para sultan yang tiada habisnya. Walaupun mereka telah menghamburkan nya setiap hari. Kerja keras Lili untuk menyusun kembali serpihan puzzle yang ia temukan tak kunjung memberikan petunjuk yang terang.

Rentetan pertanyaan dan jawaban yang tidak sinkron. Berulangkali, Lili mengetuk pelan keningnya dengan jari telunjuk. Siapa sebenarnya Jayden Prayoga? Adakah hubungannya dengan masa lalu seorang Giordan Adhitama? Dan ada misi apa yang sedang dijalankan oleh Ayra?

Ia terus mengotak-atik serpihan puzzle itu, menyusunnya kembali. Menerka-nerka jawaban atas puzzle yang hilang. Hingga mesin di otaknya melambaikan tangan, tanda tak mampu lagi untuk bekerja lebih keras.

Menyerah? Pasrah?

TIDAK!

Itu bukan pribadi Lili, yang mudah menyerah dengan keadaan. Mungkin belum saat ini, dia menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang membingungkan ini. Nihil besar yang dia dapat.

"Ahh, melelahkan.. kerja keras yang memeras otak membuatku lapar." gerutu Lili.

Lili meluruskan kakinya yang mulai pegal, menjentikkan jari tangan yang tak kalah pegal. Menekuk dan meluruskan kembali jari jemarinya yang lentik, agar peredaran darah berjalan lancar.

Beberapa jam fokus berselancar di dunia maya, ternyata membuat jenuh juga. Ia menggulingkan ke sana kemari tubuhnya di atas kasur empuk favoritnya.

"Sudah selesai?

Tiba-tiba terdengar suara yang familiar di indera pendengarannya. Lili membalikkan badan kearah sumber suara yang merusak kejernihan pendengarannya itu.

"Bangun! Gadis apaan, jam segini masih molor!"

Suara itu semakin jelas dekat dengan pendengarannya.

"Lili..!" bagaikan sambaran petir yang melintas di atas kepala Lili.

Tiada mendung yang menutupi awan, suara guntur tanda air hujan mulai turun pun tak ada jejaknya. Namun, tiba-tiba secepat kilat. Petir menyambar masuk ke kamar Lili yang hening, sunyi senyap tanpa gangguan apa pun. Penampakan yang membuat Lili terkesiap atas kehadiran yang tak diinginkan oleh Lili.

"Lili, bangunlah. Cepat! Aku membawakan martabak manis dan martabak telur sepesial kesukaan kamu!" bibir Lia yang sengaja mengerucut itu, membuat Lili terkekeh.

"Rayuan kamu tidak mempan bagiku! Belajar dulu sana pada RAJA GOMBAL! Baru kembali ke sini!" kekeh Lili, membalas ucapan Lia.

"Malas Raja Gombal terlalu banyak selirnya." ekspresi wajah manyun Lia, semakin membuat Lili ngakak.

"Dunia tak selebar daun kelor, Lia! Harus tetap semangat, walaupun kau nyungsep berkali-kali, beribu-ribu, plus minus dan hasilnya tetap diakhiri sama dengan." balasan absurd Lili sangat membingungkan Lia.

"Woi! Bangun! Bangun! Jangan ngelindur! Mau aku guyur air seember kau!" galak Lia.

"Oeeiik! Jangan galak-galak Bu Bos Lia. Nanti jagonya pada kabur lari tunggang langgang, menjauh dari pandangan!" jawab Lili santai.

"Jelaskan padaku, apa yang kau ucapkan kemarin! Kenapa sampai diundur acara pernikahan Tuan Giordan Adhitama?"

Lili mengangkat kedua bahunya, sebagai jawaban ketidaktahuannya.

"Mana mungkin kamu tidak tau, Lili..!"

"Aku kan bukan tipe orang yang suka KEPO! Jadi, ya maaf-maaf saja. Bila daku tak mengetahui alasan yang jelas, kenapa Tuan Giordan Adhitama nge-pending dulu acara pernikahannya dengan artis terkenal itu!" ujar Lili merubah posisinya duduk di pinggir ranjang.

"Kamu harus tau dong! Kamu kan orang yang ada disisi Tuan Giordan Adhitama setiap detik selalu bersama!" Lia tetap kekeh pada pendiriannya yang mengintrograsi Lili.

"Kau kira aku siapanya Tuan Giordan Adhitama!" tanya balik Lili.

"Kaukan PA, Tuan Giordan Adhitama!"

"Cuma PA kan, bukan calon istrinya! Ingat, bukan CALON PENDAMPING HIDUPNYA!" tegas Lili, menggaris bawahi kalimat itu.

"Tapi kan tugas PA itu, bisa mengalahkan Istrinya."

"Itu mau kamu, Lia! Bukan pedoman seorang Lili! Tugas PA itu tetap beda dengan tugas Istri!"

"Sama!"

"Beda!

"Sama dari mananya!" Lili melotot kearah Lia.

"Sama tetap sama!" sahut Lia kekeh.

"Sama gundulmu, minta di creambath!" esmoni Lili mulai keluar.

"Sama tugasnya! Nyiapin yang itu-itu aja!"

"Beda, Lia! Kalau tugas PA itu di luar urusan kamar tidur! Kalau tugas Istrinya itu, menyangkut luar dalam Tuan Giordan Adhitama!" jelas Lili.

"Beda sedikit!" jawab enteng Lia.

"Sedikit kata kau! Minta dipentung beneran ini kepala, biar tak bulat penampakannya!" Lili melempar bantal ke muka Lia.

"Sssttt.. Tidak kena." Lia menghindari lemparan bantal dari Lili.

Karena gemas melihat tingkah laku Lia, sahabat nya. Lili melempar lagi guling yang diraihnya.

"Uuppsstt.. Tidak bisa!" Lia berlari menjauh dari Lili.

"Hebat benar kamu Lia!"

"Siapa dulu, Lia gitu lho!" sombong Lia pada Lili.

"Hebat apaan! Yang ada kau hebat menghindar dari kenyataan! Hahahaha.."

"Mana ada?"

"Itu tadi gayamu menghindar dari lemparanku! Bearti kamu memang jago menghindar dari kenyataan!"

"Nggak kebalik?"

"Nggak tuh!"

"Siapa yang menghilang dari peredaran rotasi bumi!" pertanyaan menohok Lia.

"Tetangga tuh." jawab Lili singkat.

"Tetangga oh tetangga! Kenapa kau selalu hadir disaat tidak tepat waktunya!" teriak Lia.

"Hahahaha.." mereka berdua kompakan ngakak.

"Orang ketiga yang selalu disalahkan." ucap Lia.

"Padahal tak selamanya orang ketiga itu salah! Terkadang orang ketiga itu hadir untuk menjadikan orang pertama sebagai pemenangnya." sahut absurd Lili.

"Jadi berhati-hatilah disaat posisimu ada di nomor tiga! Jangan sampai menjadi orang ketilu!" kekeh dua sahabat yang mulai ambyar.

"Hahahaha..! Talak tilu dunk!"

"obrolan kita sampai mana ya, Li?"

"Sampai hati dia!"

DUGG..

"Semakin gila aja kau ini, Lili!" sewot Lia.

"Kau mimpi-mimpiku, cinta gilaku. Hanya padamu!" balas Lili bersenandung.

"Lili..!"

"Hanya kau, belahan jiwa. Cinta membara tiada tara." lanjut Lili bersenandung ceria.

Tiung.. Bugh..

Akhirnya mendarat juga guling yang dilempar Lia ke muka Lili.

"Aduh.. Wajahku! Kecantikanku!"

"Lebay!"

"Kau telah merusaknya, Lia! Kau harus mendapatkan balasannya setimpal! Rasakan ini ajian gela geli dari si imoet Lili!"

Lili bangkit dari duduknya dan langsung menggelitik pinggang Lia. Seketika ruangan yang bercat pink itu terdengar bising oleh kegaduhan duo L, yang sedang beradu di atas ring.

"Ampun, Lili!" teriak Lia.

"Kapok nggak! Panik kan!"

"Stop, Lili! Ngompol nih di kasur empukmu!" ancama Lia, agar Lili berhenti menggelitiknya.

"Hussh.. Hussh.. Sana ke kamar mandi dulu! Bisa gaswat, bau pesing!" omel Lili menyudahi gelitikannya.

"Hahahaha.. Tertipu kau!" ledek Lia.

"Kau menipuku, itu sudah biasa Lia! Tapi, jangan sampai kita menjadi orang yang tertipu di hadapan orang yang tidak pernah menghargai kita!" ujar Lili.

"Orang yang mencintai tapi tidak bermanfaat baginya dan orang yang bangga dengan pujian tapi dia tidak mengenalinya" lanjut Lia.

Indahnya dunia belum tentu seindah harapan dan impianmu. Karena orang-orang yang banyak bersyukur itulah yang akan menikmati indahnya dunia ini tanpa adanya FATAMORGANA

🌟🌟🌟🌟🌟

Bersambung..

Selamat hari Kamis Manis.. Pi tak semanis janji mantan yang ternyata sepait kopi.. 😂😂🙈