Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.
“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”
_Selamanya Kamu Milikku 2_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Pernikahan Tak Terduga
Gadis manis berwajah anggun dan lembut itu terlihat lega, dari logat bahasa yang dia gunakan, Fian bisa menebak kalau dia bukan dari Indonesia. Wajahnya seperti orang arab, ya bisa dibilang seperti itu, cantik, tinggi, putih dan sangat lembut.
"Terima kasih, kamu sudah bersedia membantu saya," ucap gadis 23 tahun itu pada Fian.
"Ya." jawab Fian dengan singkat.
"Apa kamu berani untuk pulang sendiri? Ini sangat gelap," ujar Fian saat melihat di luar rumah begitu gelap, hanya hamparan ladang jagung yang terlihat.
Gadis itu tampak sedikit ragu karena baru saja dia hampir dibunuh oleh orang yang tidak dia kenal.
"Tunggulah di sini, aku akan mengantarkan mu." Fian kembali ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya yang tidak mendapatkan sinyal semenjak datang ke desa itu tadi pagi.
Syena berdiri di teras rumah, dia melihat kalau warga berbondong-bondong menghampiri dirinya, gadis itu tersenyum lega namun seketika berubah karena mendengar teriakan Vivi yang menggema di antara rombongan tersebut.
"Lihat itu bapak-bapak, ibu-ibu, mereka malah berzina di dalam rumah itu," teriak Vivi yang membuat para warga tersulut emosi.
"Dasar wanita hina, kalau mau berbuat tak senonoh jangan di kampung kami ini," teriak seorang pria yang usianya berkisar 40 tahunan.
"Ada apa ini?" tanya gadis itu heran.
"Bunuh saja dia, dasar wanita biadab." Kembali teriakan itu menggema.
"Vivi, kenapa ini? Kenapa kamu menuduh aku begitu?"
"Jangan sok suci kamu Syena, kamu itu melakukan zina kan dengan Fian di dalam rumah itu?"
"Fian?" Syena nama gadis itu, dia baru tahu kalau pria yang sudah menolongnya bernama Fian.
"Demi Allah, aku dan dia tidak berbuat apa-apa, aku berani bersumpah," jawab Syena dengan air mata yang sudah melimpah dari kelopak matanya.
Mendengar suara ribut di luar, Fian keluar dan kaget melihat warga sudah berkumpul di depan rumahnya.
"Ada apa ini?" tanya Fian.
"Nah ini dia laki-lakinya, seret saja mereka berdua, datang ke kampung ini hanya membuat bala."
"Kalian tidak boleh main hakim begini, memangnya ada apa?"
"Kalian sudah berbuat zina di kampung kami."
"Kami tidak berbuat apa-apa," bela Fian.
"Memang untuk apa kalian berdua dalam rumah ini malam-malam." Fian mencoba untuk menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada warga, namun karena hasutan Vivi, warga tetap menuduh mereka telah berbuat zina dan terus menyudutkan Fian dan Syena.
Fian menatap benci ke arah Syena yang memang tidak tahu apa-apa.
"Sialan kau, kau menjebak ku ya?" tuduh Fian pada Syena.
"Wallahi, aku tidak menjebak atau berniat buruk padamu."
Setelah perdebatan sengit, akhirnya Fian dan Syena dibawa ke balai desa untuk dinikahkan. Wali Syena adalah wali hakim, teriakan sah dari para saksi membuat Fian dan Syena sekarang sudah menjadi suami istri yang sah secara agama.
Mereka diusir malam itu juga dari kampung tersebut, tak lama Hamid datang membawakan makanan, dia sangat kaget melihat bosnya sudah terjebak seperti ini. Fian menemani Syena untuk membereskan barang-barangnya lalu lanjut ke tempat Fian menginap untuk mengemasi barang-barang Fian pula.
Sekarang sudah pukul 9 malam, wajah Fian dan Syena sedikit terluka akibat amukan warga yang sudah menuduh mereka berbuat zina tadi.
Fian sedari tadi menahan emosinya pada Syena, dia masih tidak terima dengan semua keadaan ini, dia masih menganggap kalau Syena sudah menjebak dirinya.
"Dasar wanita kurang ajar, kau sudah membuat aku terjebak olehmu, kau pikir aku menerima semua ini hah? Asal kau tau Syena, seminggu lagi aku akan menikah dengan gadis yang sangat aku cintai dan kau sudah membuat semua rencanaku hancur."
Di dalam mobil yang dibawa oleh Hamid, Fian terus menyalahkan dan memarahi Syena, gadis itu tidak bisa lagi membela dirinya, dia hanya bisa menangis tersedu.
"Maafkan aku, tapi aku tidak menjebakmu, Fian."
"Persetan dengan ucapanmu." Fian membuang wajahnya, rahangnya mengeras, tangannya mengepal dengan sempurna. Syena hanya bisa menunduk, dia tidak memiliki keberanian untuk menatap Fian.
Hamid melakukan rem mendadak hingga tubuh Fian dan Syena yang duduk di bangku belakang terdorong ke depan.
"Kenapa?" tanya Fian.
"Bos, ada yang mencegat kita." Fian menatap mobil di depannya dan melihat Vivi keluar dari mobil itu, Fian keluar dengan emosi yang meledak-ledak lalu melayangkan tamparan kuat di kedua pipi Vivi. Bukannya menangis, dia malah tertawa dengan girang melihat amarah Fian padanya.
"Apa salahku padamu hah?" teriak Fian pada Vivi.
"Salahmu itu, kau selalu mengabaikan aku dan sekarang kau bilang kalau kau akan menikah dengan wanita yang kau cintai, kau pikir aku terima dengan perlakuan seperti itu hah?" sengitnya pada Fian.
"Sialan kau Vivi, dulu kau menolakku dan sekarang kau menghancurkan hidupku."
"Haha waktu itu aku menolakmu berharap agar kau terus mengejarku dan membuat aku merasa sangat dicintai tapi kau malah mengabaikan aku."
"Dasar wanita tidak tau diri, kau pikir aku akan mengemis cinta padamu? Haha itu tidak akan terjadi sialan."
"Sekarang aku tidak peduli lagi padamu Fian, aku sudah puas karena bisa membuat kau gagal menikah dengan gadis impianmu itu, aku yang sudah menjebak kalian berdua, selamat menikmati pernikahanmu bersama dengan Syena."
Syena yang sedari tadi hanya menonton saja, sekarang membawa langkahnya untuk mendekati Vivi lalu menampar Vivi dan menarik hijab Vivi hingga hijab itu terlepas.
"Kurang ajar kau Syena."
"Kau yang kurang ajar, kenapa kau melibatkan aku seperti ini hah?"
"Aku melakukan hal ini karena aku juga membencimu, kau sudah mengambil hati calon suamiku padahal kau tau kalau dia akan menikah denganku."
"Aku tidak pernah peduli dengan calonmu itu, aku tidak pernah ingin mendekatinya."
"Tapi dia selalu mendekatimu."
"Ya itu bukan salahku, harusnya kau memberi pelajaran padanya bukan padaku."
"Tetap saja kau yang salah, jika kau tidak masuk ke desa ini, dia tidak akan terpincut olehmu."
"Kau benar-benar keterlaluan Vivi, tapi aku sangat puas karena tidak ada pria yang tulus mencintaimu, dasar pengemis."
Vivi murka mendengar hinaan Syena padanya, dia mendekati Syena dan akan menampar Syena namun ditahan oleh Fian.
"Jangan sentuh istriku, apa yang dikatakan oleh istriku itu semua benar, kau memang pengemis rendahan yang tidak tau malu."
Fian menghempaskan tangan Vivi, dengan emosi Vivi mengambil pisau yang ada di sakunya untuk mencelakai Fian dan Syena tapi dengan cepat Fian menghalangi, Fian memutar dan menahan kedua tangan Vivi ke belakang tubuh Vivi hingga dia kesulitan bergerak dan melawan.
"Sekarang katakan padaku, apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Fian pada Vivi.
"Jangan harap aku akan mengatakannya."
"Hamid, kumpulkan semua warga di sini, aku ingin semua warga melihat kelakuannya, bukankah orang tuanya begitu terhormat di desa ini." Hamid menuruti perkataan Fian dan mengumpul semua warga.