Bagi Fahreza Amry, hinaan dan cemoohan ayah mertuanya, menjadi cambuk baginya untuk lebih semangat lagi membahagiakan keluarga kecilnya. Karena itulah ia rela pergi merantau, agar bisa memiliki penghasilan yang lebih baik lagi.
Namun, pengorbanan Reza justru tak menuai hasil membahagiakan sesuai angan-angan, karena Rinjani justru sengaja bermain api di belakangnya.
Rinjani dengan tega mengajukan gugatan perceraian tanpa alasan yang jelas.
Apakah Reza akan menerima keputusan Rinjani begitu saja?
Atau di tengah perjalanannya mencari nafkah, Reza justru bertemu dengan sosok wanita yang pernah ia idamkan saat remaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Makin menggila
Reza memasuki gudang yang masih lengang, hanya terdengar suara desiran angin yang masuk dan menerpa pintu plat baja yang berderak, menghasilkan suara berdentang, menambah kesan sepi dan sunyi di dalam gudang tersebut.
Reza berhenti sejenak menatap sekeliling, kemudian melanjutkan langkahnya menuju tempat biasanya dia menjalani aktivitasnya. Sesampainya di dalam, Reza duduk di kursinya lalu membuka ponsel dan memeriksa rekaman dari kamera pengintai yang telah dipasangnya.
Dengan rasa penasaran, Reza memutar rekaman tersebut, ingin tahu apa yang telah terjadi di sana semalam. Sesaat kemudian kedua alis Reza tampak tertaut saat melihat adanya beberapa aktivitas yang mencurigakan.
"Jadi benar rupanya kecurigaanku. Tapi tidak mungkin pria tua itu melakukannya sendiri, dia pasti bekerja sama dengan yang lain," gumamnya sambil mengetukkan jemari di dagunya.
"Aku harus menyelidiki masalah ini lebih lanjut, agar aku bisa tahu siapa saja yang ikut terlibat dalam hal ini," lanjut Reza dalam gumamannya.
Matanya menyipit tajam dengan pemikiran yang mendalam. "Mungkin aku bisa meminta bantuan Dimas. Atau aku beritahu saja Bu Marisa tentang kecurigaanku?" tanya kemudian pada dirinya sendiri.
"Tapi bagaimana caranya? Bagaimana caraku memberitahunya?" Reza menutup mulutnya dengan tangannya yang terkepal.
Saking fokusnya dengan pikirannya sendiri, Reza sampai tidak menyadari bahwa Bagas memperhatikannya dengan kening berkerut.
"Woi... Za! Mukamu kelihatan serius begitu, lagi mikirin apa sih, Bro?" tanya Bagas yang tiba-tiba menghampiri meja Reza.
Meskipun sama-sama bekerja di gudang, tetapi bagian mereka berbeda.
"Kamu sendirian? Mana Agus?" Reza balas bertanya.
"Dia bilang tadi sakit perut pas mau berangkat. Jadi, aku memutuskan berangkat duluan," jawab Bagas.
"Bagaimana, apa sudah ada perkembangan dan menemukan titik terang?" tanyanya selanjutnya.
Reza menarik napas panjang seraya menggelengkan kepala. "Aku rasa dia tidak bertindak sendiri. Pasti ada orang lain yang bekerja sama dengannya," jawab Reza pelan takut bila ada yang mendengarnya.
"Kamu harus berhati-hati, Za. Jangan sampai malah kamu nanti yang dijadikan kambing hitam oleh mereka," Bagas memperingatkan, seraya menepuk pundak Reza.
"Pasti, Bro. Makasih, sudah diingatkan," kata Reza sambil menganggukkan kepala.
*
*
*
Sore itu cuaca sedikit mendung, pukul lima belas tepat Farhan tampak keluar dari kantor tempatnya bekerja mengais rejeki. Tiba di tempat parkir kendaraan, dia tidak langsung pulang melainkan duduk di jok sepeda motornya seolah sedang menunggu seseorang.
Fitri yang melihat Farhan seorang diri, lantas berjalan mendekat setelah sebelumnya mengamati keadaan sekitar yang tampak sepi.
"Lagi nungguin siapa, Mas?" tanyanya dengan gayanya yang manja.
Farhan tersentak kaget, tetapi kemudian berhasil menguasai dirinya seolah mereka tidak memiliki hubungan. Farhan bersikap layaknya seorang teman biasa yang saling menyapa secara kebetulan.
"Ah, aku... sedang menunggu teman," jawab Farhan sambil tersenyum menutupi kegugupannya .
"Siapa, Mas? Apa dia mangsa baru, kamu?" tanya Fitri dengan nada sedikit cemburu serta curiga, membuat Farhan merasa tidak nyaman.
"Aku ada sedikit kepentingan dengan temanku. Dan ini tidak seperti yang kamu pikirkan," ucap Farhan mencoba menenangkan situasi.
Dia berbicara sesantai mungkin sambil tersenyum lebar, berharap dapat menghilangkan kecurigaan dan rasa cemburu yang terlihat di wajah Fitri.
"Ingat ya, Mas! Ini hanya milikku, jangan coba-coba bersarang pada rumah yang lain, selain rumahku," tekan Fitri seraya meremas milik Farhan, membuat pria menggelinjang dengan wajah memerah.
Pada saat itulah Rani keluar dari kantor dengan terburu-buru dan langsung menuju parkiran di mana motornya berada tanpa melihat sekeliling.
"Pulanglah, aku akan menemuimu setelah urusanku selesai." Farhan langsung menyalakan motornya berusaha untuk mengejar Rani yang telah meninggalkan area kantor.
Fitri tampak tidak terima dengan sikap Farhan yang seolah mengusirnya. "Awas kamu, Farhan! Aku tidak akan membiarkanmu mendekati siapapun, termasuk Rani," gumam Fitri seraya mengepalkan tangannya.
Sementara itu, Farhan mulai mengikuti Rani dengan jarak aman. Rani sepertinya tidak menyadari, hingga hujan tiba-tiba turun mengguyur bumi membuat gadis itu pun berhenti di sebuah gubuk milik warga.
Rani bermaksud mengambil jas hujan dari dalam jok motornya, ketika Farhan pun menghentikan motornya di tempat yang sama. Pria itu segera turun dari motornya lalu mendekati Rani dan langsung mencengkeram leher gadis itu, membuatnya kesulitan untuk bernapas dan matanya melotot antara terkejut dan kesakitan.
"Kamu kan, yang menyebarkan rumor tentang aku?" tuduh Farhan dengan wajahnya yang merah padam dikuasai amarah.
Rani berusaha melepaskan diri sambil mencekal tangan Farhan. "A-pa... ap-pa yang kamu bicarakan?" jawabnya dengan perasaan takut.
Rani benar-benar tidak mengerti apa yang Farhan maksudkan. Mata Rani melihat sekeliling yang sepi, sementara hujan terus mengguyur semakin deras. Dalam hati ia berdoa semoga ada seseorang yang datang menolongnya.
Farhan mendekatkan wajahnya ke Rani. "Nggak usah mengelak kamu! Aku tahu kamu yang menyebarkan gosip tentang aku di kantor, kan?" sentaknya dan semakin mengencangkan cengkeramannya.
Rani yang merasa tidak melakukannya pun mencoba menyangkal dengan menggelengkan kepala karena sangat sulit baginya untuk bersuara. Akan tetapi, Farhan tidak memberinya kesempatan dan terus menekannya.
"Jangan berpura-pura kamu, Rani! Aku tahu kamu marah karena aku tidak menanggapimu. Tapi aku tidak menyangka jika caramu begitu rendah," kata Farhan dengan suara yang semakin keras.
Rani mulai merasa takut dan terus mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Farhan. "Farhan, to-long... a-aku tidak bisa bernapas," kata Rani dengan suara yang terengah-engah.
Farhan tertawa menyeringai, tiba-tiba muncul ide di kepalanya. "Sepertinya bukan ide yang buruk untuk membuatnya mengenang seumur hidup. Hahaha..." pikirnya.
Farhan langsung melepaskan cengkeraman tangannya pada leher Rani, membuat gadis itu terbatuk-batuk dan meraup udara sebanyak-banyaknya.
Namun, hal yang tak terduga terjadi. Farhan tiba-tiba mendorong tubuh Rani hingga terjengkang ke belakang dan terlentang di atas bale-bale. Belum sempat Rani menyadari apa yang terjadi, Farhan sudah menindihnya dan menatapnya dengan pandangan yang tak terbaca.
"Baiklah, sepertinya aku memang perlu memberimu pelajaran, yang akan kamu ingat seumur hidupmu," bisik Farhan dengan suara rendah sambil tersenyum devil membuat Rani begidik ngeri.
Rani mencoba bangun, tetapi Farhan menahannya dengan kaki yang kuat. "Jangan bergerak, atau aku akan melakukannya dengan kekerasan!" sentaknya dan mulai melakukan tindakan bejatnya melecehkan Rani.
Rani yang semakin ketakutan, dia terus berusaha memberontak, dan mempertahankan dirinya.
"Jangan lakukan, kumohon. Toloooong! Siapapun toloooonggg!" Rani terus berteriak sambil berdoa seseorang datang menolongnya dari kebiadaban Farhan.
Plak ...
"Berisik!" Farhan menampar wajahnya dengan keras, sehingga Rani merasa kesakitan dan kesulitan untuk melawan. Tenaganya tak sebanding dengan Farhan makin beringas menyerangnya, hingga dia pun tak sadarkan diri.
Farhan tersenyum puas. "Apakah kamu tahu kenapa aku melakukan semua ini? Sekarang rasakan akibatnya..."
Belum sempat Farhan menyelesaikan ucapannya tiba-tiba....
Bughhh... Bughhh... Bughhh!!!
Siapa nih, yang jadi pahlawan buat Rani?
. bangau yg terbang tinggi aja berakhir jadi kecap kok🤧🤧
yg ketutup kabut mata siapa?
coba pikir dengan benar!!!
Pak Bondan sini aku bisiki tapi jangan kaget....itu sawah nya Reza mantan menantu mu