NovelToon NovelToon
Sistem Game Uang Gratis

Sistem Game Uang Gratis

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Kebangkitan pecundang / Harem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Alvan hanyalah seorang anak petani yang baru lulus kuliah.

Hidup sederhana di desa, membantu orang tuanya di sawah sambil mencari arah hidup yang belum pasti.

Satu kalimat dari gurunya dulu selalu terngiang:

“Nak, ibu sarankan kamu lanjut kuliah"

Namun dunia Alvan berubah bukan karena gelar tinggi, melainkan karena satu tindakan kecil, menolong seorang anak yang terjatuh di sawah.

Ding!

[Sistem berhasil terikat]

Sejak hari itu, kehidupannya tak lagi sama.
Setiap kebaikan kecil memberinya “misi,” setiap tindakan membawa “hadiah”
dan setiap bibit yang ia tanam… bisa muncul nyata di hadapannya.

Namun, seiring waktu berjalan, Alvan menyadari sesuatu, bahwa selain hal-hal baik yang ia dapatkan, hal-hal buruk pun perlahan mulai menghampiri dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 - Bertemu Kembali

Tok tok…

Suara ketukan pintu terdengar jelas.

Di depan pintu berdiri ayah Zania, wajah ramah namun serius. Ia berbicara fasih dalam bahasa Indonesia, karena memang orang asli negara ini.

“Permisi,” ucapnya dengan nada sopan tapi tegas, menatap Alvan.

Alvan membalas dengan senyum ringan, sedikit gugup tapi berusaha santai.

 “Ah… silakan masuk, Pak. Terima kasih sudah datang,” jawabnya.

Ayah Alvan, Vandi, yang baru keluar dari kamar, tidak sengaja bertatapan dengan pak Wandi. Matanya melebar sekejap, lalu tersenyum sambil menunjuk:

“Ah… Pak Wandi kan? Ini Bapak Wandi yang jadi juragan sawah?!”

Pak Wandi mengangguk sambil tersenyum dan tertawa.

"Haha, bapak bisa saja cuma membeli hasil panen dari petani, tapi sudah dianggap juragan." Ucap Pak Wandi.

“Kan emang juragan, haha…” Ucap ayahnya sambil tersenyum.

Ayah Alvan menyadari mereka cukup lama berdiri, jadi sekalian mempersilahkan duduk.

“Duduk, duduk, Pak Bu…” ajak ayahnya, menunjukkan kursi dengan ramah.

“Iya, iya… mari, Nak Alvan…” ucap Pak Wandi menyapa alvan yg berdiri sambil duduk.

Ia lalu menoleh ke istrinya, mengisyaratkan supaya ikut duduk, karena ia sama sekali tidak paham arti ucapan ayah Alvan tadi.

Istrinya tersenyum bingung, tapi mengikuti isyarat suaminya dan duduk di kursi.

“Bapak ingat saya tidak?” tanya Pak Vandi sambil tersenyum.

“Maaf, Pak… saya ingat-ingat dulu…” jawab Pak Wandi sambil mengerutkan dahi sebentar, lalu matanya berbinar. “Ah! Ini Bapak Vandi kan? Yang rutin jual hasil panen ke saya?”

“Iya, benar!” sahut Pak Vandi, lalu tertawa kecil. “Cuma akhir-akhir ini banyak gagal panen, Pak. Untung aja masih ada yang bisa di panen. Sawah udah kecil, ditambah gagal panen pula… haha.”

Pak Wandi ikut tertawa canggung, mencoba mencairkan suasana.

“Haha, ya berdoa aja sama yang Kuasa, semoga tahun ini panennya bagus.”

“Pasti, pasti banget, Pak!” jawab Pak Vandi semangat, suaranya optimis meski matanya menyimpan sedikit lelah.

Alvan hanya diam memperhatikan dari samping. Melihat ayahnya dan Pak Wandi tampak begitu akrab, ia memilih tidak ikut campur.

Namun dalam hati Pak Vandi, ia bertanya-tanya,

“Kenapa ya... Pak Wandi datang ke rumah? Tumben banget… Apalagi ke rumah sederhana ini," gumamnya pelan sambil menatap ruang tamu sederhana itu.

Akhirnya, ayah Alvan memberanikan diri untuk bertanya, suaranya agak canggung tapi sopan.

“Maaf nih, Pak… bukan maksud nya ngusir, tapi ada apa ya datang ke rumah saya?”

Pak Wandi menarik napas pelan, lalu menjawab dengan nada serius.

“Ehm… tadi istri saya dapat telepon. Katanya, anak saya ada di rumah Bapak… Penelepon bilang dia di temukan di sini.

"Benar, nggak, Pak? Soalnya udah dicari seharian, nggak ketemu-ketemu…” Ucap Pak Wandi dengan mata yang menunjukan harapan jawaban iya.

“Enggak tahu bener apa nggak, Pak…” ucap Pak Vandi pelan. “Tapi tadi memang anak saya yang nemuin ada anak kecil nyungsep di sawah. Bajunya penuh lumpur, jadi dibersihkan sama istri saya. Kalau namanya it–”

Sebelum Pak Vandi sempat melanjutkan kalimatnya, suara langkah kecil terdengar dari arah kamar.

Zania langsung keluar dari kamar adik Alvan, wajah nya sedikit mengantuk tapi matanya tiba- tiba berbinar begitu mendengar suara yang begitu familiar di telinganya.

“Отец!

Ayah!”

“Мать!

Ibu!”

Begitu mendengar suara itu, Pak Wandi dan istri nya serempak menoleh.

Mata mereka membulat, seolah tak percaya dengan apa yang baru mereka lihat.

“Z… Zania?” suara Pak Wandi bergetar, pelan, tapi sarat emosi.

Istrinya menutup mulut dengan tangan, matanya langsung berkaca-kaca. Ia berdiri terburu-buru, nyaris menabrak kursi.

Zania langsung berlari kecil sambil memeluk keduanya.

“Ayah! Ibu!” serunya dengan campuran bahasa yang belum sepenuhnya lancar, tapi penuh rasa rindu.

Pak Wandi memeluk balik, menepuk punggung anaknya berkali-kali.

“Astaga… anakku… kamu ke mana aja seharian, Nak? Bapak pikir kamu udah…”

Kata-katanya terputus.

Suasana rumah sederhana itu kini berubah hangat. Hanya suara isak kecil dan helaan napas lega yang terdengar dari mereka bertiga.

Alvan yang sedang berdiri menatap haru mereka. Ia menahan napas sejenak, seolah tak ingin mengganggu momen itu.

Wajah putih Ibu Zania kini memerah terang karena tangis dan debu yang menempel di pipinya.

Namun di balik itu, senyum kecil mulai muncul senyum lega karena akhir nya mereka kini telah lengkap.

Ibunya mengusap rambut Zania perlahan, masih dengan suara bergetar.

“Kamu tahu nggak, Nak… Ibu sampai nggak bisa makan tadi… cuma mikirin kamu.”

Zania hanya bisa mengangguk kecil sambil memeluk lebih erat. Ia terisak pelan, suaranya nyaris tenggelam di bahu ibunya.

Suasana hening sejenak. Hanya terdengar desir angin sore yang masuk lewat jendela kayu dan suara langkah kecil ayam di luar rumah.

Di tengah suasana itu, bapak Alvan berdiri perlahan dan menghampiri anaknya.

Ia menepuk bahu Alvan pelan, kemudian tangan kasarnya beralih mencengkeram lembut bagian belakang leher Alvan bukan dengan marah, tapi dengan kebanggaan yang ditahan-tahan.

“Nak…” suaranya berat tapi hangat, “lihat yang kamu perbuat. Kalau itu kebaikan, maka kebaikan itu akan menular. Lihat mereka,” ujarnya sambil menatap keluarga kecil di depannya yang sedang berpelukan,

“karena perbuatanmu, mereka bisa kembali berkumpul. Kalau bukan karena kamu, entah kapan lagi mereka bisa ketemu anaknya.”

Alvan terdiam. Ia menatap tangan ayahnya yang masih di bahunya tangan yang dulu sering menegur keras apabila ia salah, tapi kini terasa berbeda, rasanya Hangat dan penuh arti.

Ia menunduk sedikit, tersenyum kikuk, menelan ludah pelan.

“Iya, Pak…” jawabnya lirih.

Bapak Alvan mengangguk pelan, lalu menepuk pundak anaknya sekali lagi sebelum kembali duduk.

Alvan menatap keluarga Zania yang masih berpelukan, dan untuk pertama kalinya, ia benar-benar mengerti sesuatu yang sederhana, tapi dalam.

Bahwa kebaikan kecil, meski hanya menolong seorang anak kecil bisa berarti besar.

Ternyata, dengan menolong Zania, ia bukan hanya membantu seorang anak pulang… tapi juga membawa pulang jiwa orang tua yang hampir kehilangan harapan.

Sesuatu yang tampak sepele di sadari tapi ternyata bisa menyembuhkan hati yang lama di landa cemas dan takut.

Dan di momen itu, Alvan mulai sadar, kadang yang dibutuhkan dunia bukan hal besar, tapi satu tindakan kecil yang dilakukan dengan tulus.

Ia menarik napas dalam-dalam, menatap langit sore di luar jendela yang mulai berubah jingga keemasan.

“Mungkin beginilah rasanya… belajar jadi manusia seutuhnya,” gumamnya pelan.

Sebuah senyum samar terbit di wajahnya bukan senyum kemenangan, tapi senyum seseorang yang baru saja menemukan arti dari tindakan nya sendiri.

Di antara cahaya senja yang menyusup masuk, ia merasa… dunia tiba-tiba jadi lebih hangat daripada biasanya.

Dalam ketenangan itu,

[Ding!]

Suara itu bergema kembali..

1
Syahrian
👍😍
black
lanjutkan thor, jangan berhenti di tengah jalan, ceritanya menarik,
ALAN: iya bener tuh Thor 👍
total 2 replies
ALAN
lanjut Thor 💪😍
ALAN
hadir Thor 😍👍
Aryanti endah
ET buset, Mak bapak adek JD transparan 🤣🤣🤣🤣
ALAN: iya, alvan tak ada malu - malu nya dengan mertua 🤣
total 1 replies
Syahrian
👍💪😍
ALAN
Bagus, lumayan
ALAN
lanjut Thor
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut, semangat sehat ya 💪💪
Lala Kusumah
sepertinya bakal seru nih, lanjutkan 👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!