Sharmila, seorang wanita cantik, sedang bersiap untuk hari pernikahannya dengan Devan, bos perusahaan entertainment yang telah dipacarinya selama tiga tahun.
Namun, tiba-tiba Sharmila menerima serangkaian pesan foto dari Vivian, adik sepupunya. Foto kebersamaan Vivian dengan Devan. Hati Sharmila hancur menyadari pengkhianatan itu.
Di tengah kekalutan itu, Devan menghubungi Sharmila, meminta pernikahan diundur keesokan harinya.
Dengan tegas meskipun hatinya hancur, Sharmila membatalkan pernikahan dan mengakhiri hubungan mereka.
Tak ingin Vivian merasa menang, dan untuk menjaga kesehatan kakeknya, Sharmila mencari seorang pria untuk menjadi pengantin pengganti.
Lantas, bagaimana perjalanan pernikahan mereka selanjutnya? Apakah pernikahan karena kesepakatan itu akan berakhir bahagia? Ataukah justru sebaliknya?
Ikuti kisah selengkapnya dalam
KETIKA MUSUH MENJADI PENGANTIN PENGGANTI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. 1. Obsesi dan Kehancuran Devan #Pinjam Charger
.
Masih di night klub.
Rio berusaha merebut gelas dari tangan Devan yang sudah mulai kehilangan kesadaran.
"Sudahlah, Devan. Cukup minumnya. Kamu ini kenapa, sih? Memangnya kenapa kalau kamu kehilangan Sharmila? Bukankah kamu mencintai Vivian?" tanya Rio, menatap sahabatnya dengan bingung.
Devan menepis tangan Rio dengan kasar. "Vivian? Aku tidak mencintai dia," ucapnya dengan nada bicara yang mulai kacau.
Rio mengerutkan kening. "Tapi, selama ini kamu selalu bersama dengan Vivian. Menuruti apapun yang dia minta. Semua orang juga mengira kalau kamu dan Vivian itu pasangan. Bahkan di hari pernikahanmu dengan Sharmila, kamu memilih pergi bersama Vivian, dan itu sempat viral!"
Devan tertawa sinis. "Kamu tidak mengerti," ucapnya. "Aku dan Vivian... dia itu hanya mainan. Aku tidak pernah benar-benar mencintai dia. Itu hanya karena aku butuh tempat untuk melampiaskan hasratku. Sharmila sama sekali tidak mau disentuh selama ini. Bukankah lebih baik menggunakan dia yang dengan sukarela naik ke atas ranjang daripada membeli pelacur dan mengeluarkan banyak uang?"
Rio terbelalak mendengar pengakuan Devan. Walaupun tahu betul bahwa Devan termasuk pria red flag, tapi tidak menduga bahwa dengan Vivian juga hanya main-main.
"Devan, kamu ini..." Rio menggelengkan kepala, tak tahu harus berkata apa. Dia tahu, percuma saja menasihati Devan dalam keadaan seperti ini. Pikirannya sudah terlalu dipenuhi oleh amarah dan penyesalan.
Devan kembali meraih botol minuman dan menuangkannya ke dalam gelas. "Aku harus mendapatkan Sharmila kembali," gumamnya. "Aku tidak akan membiarkan dia bersama Zayden."
Rio menghela napas. Dia tahu, Devan tidak akan menyerah begitu saja. Dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, bahkan jika itu berarti menyakiti orang lain. Rio hanya bisa berharap, Devan tidak melakukan sesuatu yang akan dia sesali nantinya.
“Devan, bukankah seharusnya…”
Ucapan Rio terhenti ketika Vivian tiba-tiba muncul lalu dengan langkah anggun mendekati Devan. Rio, yang sudah hafal betul kebiasaan mereka yang selalu berujung di kamar hotel setiap kali bertemu, segera menyingkir. Enggan melihat hal menjijikan.
"Kak Devan, kakak harus bantu aku," ucap Vivian dengan nada manja. Ia sengaja menempelkan tubuhnya pada Devan, berusaha membangkitkan hasrat pria itu. "Produser membatalkan kontrak denganku."
Sambil berbicara, Vivian melirik ke arah seorang temannya yang berdiri tak jauh dari mereka. Ia mengedipkan mata, memberikan kode. Temannya itu mengerti, lalu dengan cekatan mengambil beberapa foto mereka berdua dalam posisi intim. Vivian mengangguk puas.
Vivian kembali menatap Devan dengan tatapan memelas. Ia harus bisa merayu Devan untuk mencarikan job lain. Jika tidak, ia tidak akan memiliki pemasukan. Honornya sebagai bintang iklan hanya cukup untuk memenuhi sebagian kecil gaya hidup mewahnya.
Vivian juga tidak bisa lagi mengandalkan papanya, karena semenjak Sharmila menikah dengan Zayden, dan Natakusuma grup bekerja sama dengan Pratama grup, semua urusan perusahaan berada di bawah pengawasan orang-orang kepercayaan Zayden. David sama sekali tak memiliki celah untuk melakukan kecurangan seperti sebelumnya.
Devan menepis tangan Vivian dengan pelan. Dalam keadaan setengah sadar, amarahnya justru meluap kepada wanita di hadapannya itu.
Karena membela Vivian lah, dia terkena masalah dengan Zainal kemarin. Jika saja dia tidak bisa membungkam Zainal dengan ancaman, bisa dipastikan Silverstar Entertainment akan terseret dalam masalah besar akibat kasus bunuh diri Pricilia.
Namun, dengan lihai, Vivian melancarkan rayuan mautnya. Ia tahu betul bagaimana cara menaklukkan Devan. Sentuhan lembut, bisikan menggoda, dan janji-janji manis berhasil meluluhkan hati pria itu.
"Kak Devan, Carikan aku job baru, ya? Aku janji akan melakukan apapun untukmu," bisik Vivian di telinga Devan, sambil terus memeluknya erat. "Aku akan membuatmu melupakan semua masalahmu."
Devan terbuai dengan rayuan Vivian. Ia lupa akan amarahnya, lupa akan masalahnya, dan hanya fokus pada wanita yang kini berada dalam pelukannya. Akhirnya, mereka berdua pergi meninggalkan tempat itu.
Rio berada tak jauh dari mereka yang hanya bisa menggelengkan kepala. Devan mengatakan tidak mencintai Vivian, tapi kenyataannya Devan selalu takluk di tangan wanita itu. Ia sudah bisa memastikan, mereka berdua pasti akan menyewa salah satu kamar yang menjadi fasilitas night club besar itu.
"Dasar bodoh," gumam Rio, sambil menghela napas. Devan sedang menghancurkan dirinya sendiri. Obsesinya pada Sharmila dan ketergantungannya pada Vivian akan membawa pria itu ke dalam kehancuran.
Rio mencoba menghubungi Devan, tapi panggilannya tidak dijawab. Devan pasti sedang main kuda lumping. “Masa bodoh, ah. Hidup dia sendiri," gumamnya lalu keluar dari klub itu.
*
Di dalam kamarnya di rumah Zayden, Sharmila baru saja selesai mandi. Ia duduk termenung di atas ranjang mewahnya. Tadi, ia sudah berusaha untuk berbicara dengan Zayden, tetapi pria itu langsung masuk ke dalam kamar.
"Apa benar Arya cemburu pada Devan?" batin Sharmila.
Namun, sejenak kemudian, ia menggelengkan kepala. "Mana mungkin? Arya kan tidak mencintaiku. Tidak mungkin dia cemburu. Ish, Kak Ricky ini ada-ada saja."
Sharmila meraih ponselnya ketika notifikasi masuk berbunyi. Wanita itu mengerutkan kening ketika lagi-lagi menerima pesan dari Vivian. Sebuah foto kebersamaan adik tirinya itu dengan Devan di sebuah night club.
"Apa maksud Vivian mengirimkan gambar seperti ini? Apa Vivian berharap aku cemburu?" Sharmila menggelengkan kepala, tidak mengerti. “Dasar gak jelas."
Sharmila keluar dari ruang percakapan dengan Vivian. "Lebih baik menonton drama atau video lucu. Lebih asyik daripada meladeni Vivian yang tidak jelas itu."
Sharmila tertawa melihat layar ponselnya, benar-benar terhibur. Ia merasa bebas, lepas dari masalah. Namun, tiba-tiba layar ponselnya mati. "Ya Tuhan, aku lupa tidak mengisi daya," ucapnya sambil menepuk kening.
Sharmila turun dari ranjang, bermaksud untuk mengisi daya ponselnya, tetapi tidak menemukan kabel charger.
"Di mana ya chargerku?" gumamnya. "Apa mungkin aku lupa tidak membawa charger?"
Lagi-lagi wanita itu menepuk kening, teringat bahwa sejak kemarin ia mengisi daya HP-nya juga meminjam charger dari Zayden.
"Aku pinjam charger-nya Arya sajalah, sekalian bicara sama dia," gumamnya, lalu keluar dari kamarnya dan menuju kamar Zayden.
Di depan kamar Zayden, Sharmila mengetuk pintu. "Arya... Arya, aku pinjam charger, dong?" Berulang kali wanita itu memanggil nama Zayden, tetapi tak juga ada sahutan.
Membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Mengintip sedikit, namun bayangan Zayden tidak terlihat. “Arya… apa kamu di dalam?”
“Arya, aku masuk, ya?" panggil Sharmila lagi.
Karena beberapa kali memanggil dan tidak ada jawaban, Sharmila langsung masuk begitu saja dan mencari kabel charger di dalam laci yang ada di samping ranjang mewah Zayden.
"Ah, ini dia!" ucapnya setelah menemukan apa yang dia cari. Ia lantas berdiri dan bersiap untuk keluar dari kamar.
Namun, alangkah terkejutnya dia ketika baru saja membalikkan badan, ia mendapati Zayden berdiri di belakangnya dengan bertelanjang dada. Tubuhnya yang setengah basah hanya tertutup handuk sebatas bawah pusar.
Mata Sharmila membulat sempurna, menelan ludahnya dengan susah payah. "Apa yang kamu lakukan di kamarku?" tanya Zayden sambil berkacak pinggang.
"Itu... aku..."
padahal aku tdnya gak mau komen, gara gara saemile keceplosan akhire komen juga, astagaaa😜