Seberapa tega orang tua kamu?
Mereka tega bersikap tak adil padaku namun segala macam kepunyaan orang tuaku diberikan kepada adikku. Memang hidup terlalu berat dan kejam bagi anak yang diabaikan oleh orang tuanya, tapi Nou, tak menyerah begitu saja. Ia lebih baik pergi dari rumah untuk menjaga kewarasannya menghadapi adik yang problematik.
Bagaimana kisah perjuangan hidup Nou, ikuti kisahnya dalam cerita ini.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEHIDUPAN NOU
Nou diajak Satria makan siang di sebuah cafe dekat kantor Wicak, Satria berniat menawari kerja sama kembali dengan Nou tapi bukan dengan sekolah melainkan sebagai data analyst di sebuah kantor konsultan perencanaan pembangunan milik teman Satria.
"Kamu gak capek, Nou ambil 3 job sekaligus?" tanya Satria sembari menyuapkan makan siangnya. Nou menggeleng. Urusan dapat uang selagi masih sesuai dengan keahliannya tak ada kata capek. Sangat bisa diatur, toh kerja di kantor Wicak juga sangat meminimalisir lembur. Menjadi guru juga hanya weekend, saat menjadi data analyst WFH bisa dikerjakan saat malam hari.
"Menjadi orang miskin lebih capek, Mas!" jawab Nou di sela-sela makan, Satria tertawa, sangat realistis.
"Makanya pacaran sama Mas Wicak kan lebih enak, dia royal kok ke pacar!" masih ya promosi untuk sang kakak, padahal Nou sudah sangat lega setelah resepsi Audrey, Wicak sama sekali tak mengganggu Nou. Bekerja profesional, bahkan rekan kerja Nou pun menganggap pesona Nou tidak bisa menaklukkan hati Pak Bos.
"Udah deh, jodoh-jodohin dengan bos tanpa ekspresi itu sudah berakhir, gak ada cinlok-cinlokan."
"Iya, kok bisa ya Mas Wicak gak tertarik, padahal dulu saat kita mulai dekat sinis banget loh!"
"Mungkin menganggap aku seperti perempuan pada umumnya yang suka uang, karena kemarin aku dikasih imbalan setelah menemani kencan 5 juta!"
"Dikit amat, pelit dah!" Nou melongo, uang 5 juta dikasih cuma-cuma sama cewek ya banyak banget dong. Kok dianggap pelit.
"Coba kalau sama aku, hem pasti aku kasih tiap bulan, gak bakal aku lepas lagi, bayar tunai."
"Serem ih, jangan dong. Kapok jadi pacar bohongan, gak enak."
"Ya makanya, langsung bayar tunai. Mau coba?" tawar Satria sembari tersenyum jahil. Nou menggeleng. Ia pun menceritakan efek foto yang tersebar, membuat ibu Nou overthinking, bahkan sang adik bilang agar Nou kerja halal.
"Nyesek tahu dibilang kerja gak halal itu, Mas."
"Wajarlah, Nou. Apalagi orang kampung biasa cerita ditambah-tambahi juga."
"Hem CCTV handal memang mereka!" Satria pun memberikan nomor kontak temannya pada Nou, agar segera mendapat tugas untuk dikerjakan. Interaksi keduanya dilihat oleh Wicak, kebetulan dia memang makan siang di cafe itu, datang lebih dulu daripada Nou dan Satria, sendiri.
"Ternyata memang mereka lebih dekat daripada dengan aku, baguslah. Rasanya juga capek sekali kalau mengejar Nou terus, sepertinya memang dia tidak tertarik pada Wicak.
Satria keluar cafe lebih dulu, sepertinya ada panggilan dari rumah sakit. Iswa pun ke kasir membayar orderannya, sengaja Wicak pun ikut membayar. "Gak ditraktir Satria?" tanya Wicak tiba-tiba, Nou kaget karena kehadiran Wicak.
"Ouh tidak, Pak. Kita bayar sendiri-sendiri. Permisi, Pak!" ucap Nou hendak pergi setelah pembayaran selesai. Wicak pun membiarkan Nou pergi, palingan nanti kekejar saat di tempat penyebrangan.
Benar saja, Nou malah masih menerima telepon di depan cafe, Wicak pun menunggunya. "Bapak menunggu saya?" tanya Nou to the point, biar saja dianggap kegeeran, kenyataannya Wicak berada di dekat Nou, mungkin juga mendengar pembicaraan Nou dengan sang ibu.
"Siapa yang sakit?" tanya Wicak, sengaja tak menjawab pertanyaan Nou. Keduanya pun berjalan beriringan menuju tempat penyebrangan.
"Keponakan saya!" jawab Nou sekedar menghormati Wicaksono.
"Sakit apa?" Duh, Nou bingung jawabnya. Masalahnya anak Iin masuk rumah sakit katanya harus khitan segera. Alat vitalnya bengkak dan Kafa badannya panas.
"Hem mau khitan," jawab Nou cari aman. Ia tak mau menjelaskan lebih banyak soal keluarganya.
Wicak malah sengaja memancing Nou.
"Mungkin kalau Satria sudah resmi jadi dokter anak, kamu bakal minta bantuan sama dia," ujar Wicak dengan nada sinis, Nou sudah biasa mendengar julidnya bos, gadis itu pun membalas tak kalah menohok.
"Meski di rumah saya daerah kampung, tapi masih ada rumah sakit dan dokter anak, jadi ngapain minta bantuan Mas Satria yang tinggal jauh dari ponakan saya. Lagian saya bukan tipe perempuan yang merengek minta bantuan orang lain, selagi saya bisa sendiri. Ingat saya bukan seperti seseorang yang memanfaatkan orang lain, demi menjaga harga dirinya, permisi." Nou pun masuk ke lobi lebih dulu, sedangkan rahang Wicak mengeras seketika, merasa tersindir dengan omongan Nou barusan.
Nou sebenarnya tak berniat menyinggung Wicak, hanya saja dia tersentil dengan ucapan Wicak seolah dia sangat bergantung dengan Satria. Dirinya juga sedang sedih, karena Kafa sekecil itu harus operasi dan khitan. Setelah makan siang, Nou banyak diam dan berusaha fokus kerja. Sudah tidak ada kabar dari sang ibu.
Barulah ibu menelepon lagi setelah isya. Terdengar beliau menangis, "Kenapa? Khitan ya sudah khitan sajalah, Bu!"
Saluran kencing Kafa dimasuki 5 tungau, sehingga menyebabkan dia tidak bisa kencing karena bengkak, sehingga tungau itu akan dikeluarkan saat operasi khitan nanti.
"Ibu disalahkan sama Iin, No! Karena sering membiarkan Kafa bermain tanah," ucap beliau sembari menangis.
"Bu dengarkan Nou sekali saja ya, Bu. Ibu itu sudah tidak sepatutnya momong bayi lagi, kalau sesekali dimintai tolong ya gak masalah, lah ini setiap hari, gak dibayar, gitu juga masih masakkan buat Iin dan suaminya. Kalau anaknya sakit menyalahkan, sudahlah. Kalau gitu lebih baik, biar Kafa diasuh orang lain saja, ibu cuma ngawasi."
"Halah, nanti ibu juga yang bayari pengasuhnya."
"Oalah, maunya Iin itu seperti apa sih, Bu. Kok seenaknya sendiri. Suaminya gitu gak malu apa, Iin menyuruh ibunya buat jadi pembantu. Sudah ibu kapan mau ikut sama Nou, percobaan saja!" tantang Nou, jelas semakin hari diberitahu kabar ibu, ikut pusing juga. Kok Iin seribet itu.
"Nou pesankan tiket kereta, nanti minta antar siapa gitu ke stasiun," ucap Nou, ibu masih belum memberi jawaban, tapi Nou sudah menghubungi sang sepupu, kalau suatu hari nanti ibu mau ke kota, minta tolong diantar ke stasiun, dan sang sepupu mengiyakan.
Nou pun menghubungi ibu kos, kalau seandainya ibunya tinggal di kos ini, apa diperbolehkan. Ibu kos tidak mengizinkan karena settingan kos hanya satu orang satu kamar. Nou pun mulai saat ini mencari kontrakan atau kos yang bisa untuk dua orang, dia pun memasang di status WA.
Ngapain cari kontrakan, No? Mbak Tasya yang pertama kali mengomentari status Nou.
Rencana ibu aku mau ikut ke kota, Mbak.
Coba tanya mama, Nou. Mama juga punya petakan kontrakan tapi lumayan jauh dari kantor, sekitar 45 menitan. Satria mengomentari.
Wah gak pa-pa, Mas. Nanti deh aku chat Nyonya.
Nikah sama saya gimana, Nou? Sebuah pesan dari Wicak membuat Nou berdecak sebal dan tak berniat membalas. Bos gak jelas tak perlu ditanggapi berlebihan, bisa-bisa PHP.
lanjuut sesi 2 nya yaa thoor 🥰