[BIJAK LAH DALAM MEMBACA] yang menceritakan tentang Jian yu seorang pekerja biasa Dengan gaji yang pas-pasan , dan saat dia pulang dia malah dihadang oleh sekelompok preman yg mabuk dan membentak nya untuk menyerahkan uang nya ,Jian yu yang tidak bisa melawan pun lari bukan Karena takut tapi Karena di sendirian dan mereka bertiga, mau tidak mau tidak ia harus melarikan diri tapi, pelarian nya itu sia sia Karena salah satu preman berhasil memukul nya dan membuat nya jatuh dan setelah itu dia di buang oleh Meraka , dan saat Jian yu membuka matanya kembali dia sudah tidak berada di bumi kagak melainkan berada di dunia yg tidak dia kenal dan mendapatkan sistem terkuat yg akan merubah hidup nya kedepan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
Jian Yu melihat misi sistem langsung bersemangat. Ia segera mengirim pesan lewat telepati kepada bawahannya. “Persiapkan semua barang yang diperlukan, dan tunggulah aku di sini.” Suara Jian Yu terdengar jelas dalam pikiran mereka, dan semua bawahannya pun langsung menyetujui perintah itu.
Tak lama kemudian Jian Yu menghampiri Lin Lin dan Lin Shi. “Kalian mau keluar atau tetap di sini? Soalnya di luar sudah mulai malam,” kata Jian Yu dengan tenang.
Lin Lin yang mendengar ajakan Jian Yu untuk keluar langsung merengek. “Kakak Jian Yu, Lin Lin tidak mau keluar. Lin Lin mau di sini, boleh kan?” pintanya dengan suara manja dan hampir menangis.
Lin Shi yang melihat adiknya menolak dengan keras berusaha membujuknya. “Lin Lin, sebaiknya kita keluar saja. Di sini juga tidak ada rumah untuk kita berdua tidur. Jadi, ayo kita keluar, ya.” Rayu Lin Shi dengan lembut, namun bukannya menurut, Lin Lin malah makin merengek. Ia bergelantungan di kaki Jian Yu sambil menangis.
“Kakak Jian Yu, aku tidak mau keluar! Hiks… hiks… Lin Lin tidak mau keluar! Lin Lin bisa tidur di mana saja!” ucapnya dengan suara tersendat karena tangis, sementara tubuhnya masih erat bergelantungan di kaki Jian Yu.
Jian Yu yang melihat tingkah Lin Lin hanya bisa menghela napas panjang. “Baiklah, baik. Jika Lin Lin tidak mau keluar, tidak apa-apa.”
Mendengar perkataan itu, Lin Lin langsung melepaskan kaki Jian Yu. Dengan langkah tenang, Jian Yu melangkah ke depan dan menjentikkan jarinya. Seketika, sebuah rumah besar muncul di hadapan mereka. “Jika tidak mau keluar, Lin Lin bisa tidur di sini bersama Kak Lin Shi, ya,” ucap Jian Yu lembut sambil mengelus kepala Lin Lin.
Lin Lin yang mendengar itu langsung berhenti merengek, menyeka air matanya, lalu dengan cepat berlari masuk ke dalam rumah besar yang baru saja diciptakan oleh Jian Yu.
Lin Shi kemudian melangkah maju, berdiri di samping Jian Yu. Matanya masih dipenuhi kekaguman akan kemampuan Jian Yu yang bisa menciptakan rumah hanya dengan jentikan jari. “Bagaimana Kakak melakukan itu?” tanyanya dengan mata yang masih terpaku pada rumah besar tersebut.
“Di ruang dimensi ini, akulah penguasa dan penciptanya. Jadi, apa pun yang aku inginkan tinggal aku pikirkan saja, maka akan langsung muncul,” jawab Jian Yu dengan tenang.
Lin Shi hanya bisa mengangguk, walaupun tidak sepenuhnya mengerti. Ia pun memilih masuk ke dalam rumah untuk menemani Lin Lin, sementara langit ruang dimensi perlahan mulai gelap.
Di sisi lain, Jian Yu berjalan menuju tempat bawahannya. Ia berkumpul bersama mereka untuk membahas rencana sekaligus melakukan perkenalan, karena sebelumnya mereka belum sempat memperkenalkan diri masing-masing.
“Baiklah, kalian semua sudah berkumpul. Sekarang waktunya membahas rencana untuk menghancurkan kediaman keluarga Liao,” suara Jian Yu terdengar tegas. Ia kemudian melanjutkan perkataannya, “Tapi sebelum membahas tentang rencana, aku mau kalian memperkenalkan diri masing-masing, karena aku tidak tahu nama kalian.” Jian Yu mengangguk-anggukkan kepalanya, padahal sebenarnya kepalanya tidak gatal sama sekali.
Orang pertama yang maju adalah pemimpin dari para bawahan Jian Yu.
“Baik, Tuan. Mulai dari saya dulu. Nama saya Ling Dong,” ucap Ling Dong yang memperkenalkan dirinya. Ia lalu menambahkan, “Tuan juga pasti tahu kalau kami semua bersaudara.”
Jian Yu yang mendengar Ling Dong berbicara, langsung merasa heran sekaligus sedikit kesal karena Ling Dong bicara seolah ia sudah tahu. “Ling Dong!” suara Jian Yu terdengar agak keras, memanggil bawahan itu.
“Ya, Tuan,” jawab Ling Dong singkat.
Jian Yu menatapnya dengan tajam. “Kapan kita pertama kali bertemu?” tanyanya singkat.
Ling Dong pun menjawab dengan polos, “Kita bertemu malam tadi, Tuan.”
Mendengar jawaban itu, Jian Yu semakin mendekat ke arah Ling Dong. Tangannya terangkat, mengepal, lalu… “Tukk!” suara ketukan keras terdengar, tepat mengenai kepala Ling Dong.
Ling Dong hanya bisa mengusap kepalanya yang sedikit sakit, menatap Jian Yu dengan bingung. Sementara para bawahan lainnya menatap mereka berdua dengan heran. Jian Yu yang masih mengepalkan tangannya langsung mengomeli Ling Dong sambil menunjuk-nunjuk ke arahnya.
“Bagaimana aku bisa tahu kalau kalian bersaudara?! Dan kenapa kau malah menanyakan itu padaku seolah-olah aku sudah tahu dari awal kalau kalian ini saudara?!”
-----
Ling Dong hanya bisa nyengir, sadar dengan kekonyolannya sendiri. Ia lalu memperkenalkan saudara-saudaranya satu per satu, mulai dari:
Ling Zhao
Ling Hao
Ling Yuan
Ling Tong
Ling Yan
Ling Xiao
Ling Ruan
Ling Long
Dan yang terakhir, Ling Bao.
Setelah perkenalan singkat itu, Jian Yu pun menjelaskan rencananya dan tugas mereka masing-masing. Mereka semua mengangguk, tanda mengerti, bahkan kagum dengan taktik milik Jian Yu dalam teknik menyelinap.
“Dan untuk yang terakhir, kita perlu menyamar. Kalian jangan memakai topeng yang sama lagi,” ucap Jian Yu.
Namun, mereka sempat menemukan sedikit masalah tentang penyamaran. Yang pertama bertanya adalah Ling Bao.
“Tuan, bagaimana kita mau menyamar? Kalau membeli topeng di pasar, takutnya kita malah ketahuan oleh pengawal keluarga Liao,” ucap Ling Bao, mencoba memberi tahu Jian Yu tentang kesulitan itu.
Jian Yu mengangguk pelan, memikirkan solusi.
Sistem: [Kenapa Tuan tidak membelinya di toko sistem? Sistem punya beberapa jenis topeng dengan harga 1 koin emas setiap topeng. Dan untuk topeng yang memiliki kemampuan khusus, harganya 50 koin emas. Apakah Tuan ingin membelinya?]
Mendengar perkataan sistem, Jian Yu pun langsung memutuskan untuk membeli sebelas topeng yang berbentuk muka serigala. Ia menanggapi masalah penyamaran yang mereka hadapi saat ini dengan tenang.
“Tenang saja, aku sudah ingat. Aku memang punya beberapa topeng yang kudapatkan saat berpetualang.”
Jian Yu lalu mengeluarkan sepuluh topeng berbentuk serigala untuk Ling Dong dan para saudaranya, serta satu topeng untuk dirinya sendiri.
“Sekarang waktunya kita bergerak, untuk mengacaukan keluarga Liao Yen,” suaranya terdengar penuh tekanan. Ia merobek ruang di depannya, membuka jalan.
Mereka pun keluar dari ruang dimensi. Suasana sudah larut malam, dan dengan cepat mereka berlari menuju rumah keluarga Liao. Setibanya di sana, mereka mengamati sekeliling untuk memastikan keadaan aman.
Jian Yu, Ling Dong, dan yang lainnya bersembunyi di gang sempit sambil memantau sekitar, memastikan tidak ada pergerakan aneh.
“Jadi, kalian ingat rencananya kan? Biar aku yang maju dulu. Tunggu aba-aba dariku,” suaranya terdengar lewat telepati.
Dengan langkah Bayangan Angin, Jian Yu bergerak sangat cepat, bahkan tidak meninggalkan bayangan sedikit pun. Saat sudah dekat, ia melihat beberapa penjaga mulai diserang rasa kantuk. Namun, ada beberapa yang masih segar, berdiri sambil menenggak arak, bahkan asik bermain judi.
“Hei, saudaraku, kau sudah kalah. Lebih baik kau tidur saja sana!” ucap salah satu penjaga yang memenangkan taruhan sambil mabuk.
“Tidak! Satu kali lagi! Aku tidak akan menyerah, karena ini tidak dilarang oleh pemerintah!” penjaga satunya menimpali sambil meneguk arak, lalu melanjutkan permainan.
Melihat kesempatan ini, Jian Yu langsung melesat cepat, melumpuhkan dua penjaga sekaligus, lalu menyeret mereka ke gang sepi yang tak ada orang. Setelah itu, ia kembali bergerak, mengincar para penjudi yang masih asik memasang taruhan.
“Hei, kenapa tiba-tiba aku merinding, ya?” tanya salah satu penjaga sambil memegang bulu kuduknya.
“Mungkin karena angin,” jawab kawannya acuh, lalu menoleh. Namun, ia terkejut saat mendapati kawannya sudah terkulai tak sadarkan diri. Ia sempat mengguncangnya pelan, “Hei, bangun! Cepat bang—”
Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, pandangannya mendadak kabur. Seketika tubuhnya limbung dan ia pun ikut tak sadarkan diri.
“Semuanya bergerak! Ingat, jangan sampai ketahuan!” suara Jian Yu terdengar lewat telepati, memberi aba-aba kepada Ling Dong.
Ling Dong mengangguk cepat, lalu bergerak bersama saudara-saudaranya. Mereka berpencar, sesuai rencana Jian Yu.
Sementara itu, Jian Yu menyelinap masuk ke dalam kediaman keluarga Liao. Tubuhnya bergerak cepat, bersembunyi di langit-langit rumah. Ia berniat menghancurkan kediaman Liao Yen tanpa membuat keributan.
“Bagaimana caranya agar tidak terlalu menimbulkan kegaduhan, ya…” gumam Jian Yu, memutar otak mencari cara.
Sistem: [Tuan, Anda bisa mempelajari teknik ilusi. Teknik ini cocok untuk menyerang jiwa musuh hanya dengan tatapan mata. Apakah Tuan ingin mempelajarinya?]
Jian Yu terdiam sejenak, menimbang tawaran sistem. “Teknik ilusi… menyerang jiwa musuh hanya dengan tatapan mata? Itu akan mempermudah segalanya tanpa membuat keributan.”
Ia pun menarik napas pelan, lalu menjawab dalam hati.
“Ya, sistem. Aku ingin mempelajarinya.”
Sistem: [Konfirmasi diterima. Mengunduh teknik Mata Ilusi Jiwa. Proses selesai. Selamat, Tuan telah memperoleh kemampuan untuk menjerat pikiran musuh. Efek tambahan: menurunkan pertahanan jiwa lawan sebesar 30% dalam lima detik pertama.]
Sekejap, pandangan Jian Yu bergetar. Rasa dingin menjalari matanya, seolah ada kabut hitam dan cahaya perak yang saling bertabrakan di dalam bola matanya. Saat ia berkedip, seolah ada siluet bayangan ilusi yang bersembunyi di balik sorotnya.
“Hmmm… luar biasa. Rasanya seperti punya mata kedua yang bisa menelanjangi jiwa orang lain.” Jian Yu tersenyum tipis.
Dari atas langit-langit, ia melihat tiga penjaga memasuki aula rumah Liao sambil bercakap.
“Hei, kau dengar kabar? Katanya tadi siang beberapa orang yang disewa oleh Tuan Muda tidak kembali,” ucap salah satunya dengan nada khawatir.
“Ah, itu cuma gosip. Tidak mungkin mereka kalah hanya melawan seorang bocah miskin.”
“Hah, tetap saja aneh…”
Belum sempat mereka melangkah lebih jauh, Jian Yu menjatuhkan dirinya dengan tenang. Kakinya mendarat tanpa suara. Ia berdiri tepat di tengah jalan mereka, dengan tatapan dingin.
“Siapa...” salah satu penjaga hendak berteriak, namun mata Jian Yu langsung berkilat.
Cahaya perak menyambar keluar, menembus pandangan para penjaga. Seketika, ketiga orang itu terpaku, mata mereka membesar ketakutan. Dalam pandangan ilusi, mereka merasa seolah ribuan serigala haus darah mengepung mereka, menggerogoti tubuh mereka dengan gigi tajam.
“AAAAHHHH....!!” teriak mereka panik, namun hanya bergema di dalam kepala. Tubuh mereka nyata-nyata masih berdiri, tapi jiwa mereka terseret ke dalam jurang mimpi buruk.
Jian Yu menatap dingin, lalu mendesis pelan.
“Tidurlah.”
Ketiga penjaga itu ambruk tak sadarkan diri, tubuh mereka jatuh menghantam lantai kayu dengan suara thud yang berat.
Sistem: [Efektivitas Mata Ilusi Jiwa 100%. Jiwa musuh lumpuh. Target akan pingsan selama 6 jam tergantung penggunaan yang diinginkan dan maximal 6 jam tapi tidak berpengaruh pada jiwa yang kuat.]
Jian Yu menoleh, melihat lorong yang gelap menuju ruang utama kediaman Liao. Tatapannya tajam, penuh niat membara.
“Sekarang waktunya menghancurkan keluarga ini dari dalam.”
Sementara itu, di luar rumah, Ling Dong dan saudara-saudaranya bergerak cepat sesuai perintah. Mereka menyusup ke sisi timur dan barat rumah, memutus jalur komunikasi dan menyingkirkan penjaga secara senyap.
Ling Bao, yang biasanya ceroboh, kali ini berhasil menjatuhkan seorang penjaga dengan sekali cekikan. Ia tersenyum puas. “Hehe, ternyata lumayan juga jadi bayangan serigala.”
Di ruang tengah, Jian Yu melangkah maju. Setiap langkahnya bergema, seolah menandai awal bencana. Bayangan tubuhnya berbaur dengan kegelapan malam, matanya berkilat seperti serigala lapar.
“Liao Yen… keluarga kalian sudah terlalu lama berbuat seenaknya. Malam ini, giliran kalian yang merasakan rasa takut.”