Transmigrasi: Menjadi Istri Tentara Di Tahun 80-an

Tes

Putri Ayu menyeka air matanya yang mulai jatuh, dia membuang muka ke arah lain tidak ingin melihat kebersamaan Jendral Rakha dengan Dokter Novi.

"Ayu, kenapa kamu di sini?" tanya Beni saat melihat Putri Ayu yang berdiri tidak jauh dari ruangannya.

Ayu menggelengkan kepalanya dengan kuat, berusaha tersenyum di depan Beni meskipun harus di paksakan.Namun, mata Ayu tidak bisa berbohong, matanya memerah dan sedikit memerah.

"Ayu jangan bohong dengan kakak, Kak Beni tahu kalau kamu saat ini sedang tidak baik-baik saja, jujurlah Ayu, meskipun tidak bisa berbicara kepada kak Beni tapi setidaknya jujurlah kepada dirimu sendiri," kata Beni dengan tulus.

Putri Ayu yang mendengar ucapan Beni begitu terharu, dia tanpa Aba-aba langsung berhambur kedalam pelukan Beni.

"Kak, hiks hiks hiks, sakit," ucap Putri Ayu dengan nada suara bergetar diiringi dengan isak tangisnya.

Beni begitu terkejut saat Putri Ayu yang tiba-tiba saja berhambur dalam pelukannya. Namun, beberapa detik kemudian Beni mencoba memaklumi tingkah Putri Ayu yang sedang hamil besar itu.Beni melepaskan pelukan Putri Ayu lalu menatapnya dengan dalam.

"Ayo ikut Kakak," kata Beni menaik tangan Putri Ayu membawanya ke taman rumah sakit.

"Duduk," lanjutnya kepada Putri Ayu.

Putri Ayu tidak banyak berbicara dia langsung saja duduk di samping Beni sembari menyenderkan kepalanya ke pundak Beni dengan pelan.

" Ayu, jika kamu butuh tempat bercerita kakak siap mendengarkan keluh-kesahmu," kata Beni kepada Putri Ayu.

Entah kenapa Beni dia tidak tega melihat Putri Ayu seperti ini. Selama Jendral Rakha pergi Beni lah yang menggantikan peran suami untuk Putri Ayu. Dia selalu melakukan apa yang Ayu mau memenuhi masa ngidam Putri Ayu yang begitu Ekstrem.

"Hiks hiks hiks, Kak Ayu ingin cerai saja dengan Jendral Rakha," kata Putri Ayu.

"Apa?"

Beni begitu sangat syok saat mendengar ucapan Putri Ayu apakah dia tidak salah mendengar barusan. Tangannya mencoba mengorek-ngorek telinga siapa tahu dia hanya salah dengar saja.

"Ayu, Kamu yakin?" tanya Perwira Beni kepada Putri Ayu dengan serius.

"Ya, aku serius kak, Ayu capek,"

"Ayu, kenapa kamu ingin cerai dengan Jendral, padahal dia begitu baik kepadamu, jangan hanya karena Jendral Rakha belum pulang kamu sudah mengeluh seperti ini, Semua ini resiko yang harus kamu tanggung sebagai istri Perwira?" kata Beni kepada Ayu memberikan sebuah alasan yang jelas dan lugas.

Putri Ayu menggelengkan kepalanya dengan kuat." Kak Beni, jika hanya tentang masalah Dinas aku tidak akan pernah mempermasalahkan itu karena itu adalah tugasnya sebagai abdi negara, tapi, jika dia terus bermain api dengan orang lain kenapa dia masih mempertahankan Ayu Kak Beni,"

"Maksud kamu?" tanya Beni dengan tatapan tidak percaya. Iya Beni memang tidak percaya ucapan Ayu barusan.

"Ayu sudah tahu kok kak kalau sebenarnya Jendral Rakha sudah pulangkan?" tanya Putri Ayu, menatap Beni sembari tersenyum mengerikan.

Deg

Mata Beni melotot sempurna, dia tidak pernah percaya kalau Putri Ayu akan mengetahui secepat itu padahal semua itu sudah di sembunyikan dengan rapat oleh para Perwira lainnya.Tapi, bagaimana bisa Putri Ayu bisa tahu tentang masalah ini lebih cepat dari perkiraan.

"Ayu apakah kamu...." Putri Ayu menganggukan kepalanya dengan yakin, Beni tidak melanjutkan ucapannya dia bingung harus bagaimana.

"Iya Ayu sudah tahu, bahkan tadi saja Jendral Rakha baru saja pergi dari rumah sakit ini bersama dengan Dokter Novi," kata Putri Ayu sembari tersenyum getir menatap ke arah Beni yang syok setengah mati.

"Hehehe,apakah Ayu teringat sangat bodoh, sampai Ayu masih bertahan padahal Jendral Rakha sudah membohongi Ayu sampai sejauh ini." Putri Ayu terkekeh pelan, tertawa dengan getir saat menceritakan kebenarannya.

Beni menghela nafas dalam menatap ke arah depandengan tatapan yang sangat sulit di artikan, ikut merasakan kesedihan yang Putri Ayu rasakan." Ayu Mengagumi seseorang yang tampak sulit dijangkau adalah perjalanan sunyi kenyataan pahit. la bagaikan melihat bintang di langit malam indah, bersinar, namun terlalu jauh untuk diraih. Ada jarak yang terpisah, entah karena perbedaan status sosial, dunia yang berbeda, atau sekadar kenyataan bahwa kamu dan dia melangkah di jalur yang tak pernah bersinggungan.

Kamu mengaguminya dalam setiap detail kecil, senyumnya yang menawan, cara bicaranya yang penuh percaya diri, atau kemampuannya menyebarkan energi positif di sekelilingnya. Namun, di balik semua kekaguman itu, ada kesadaran pahit bahwa kamu hanya penonton dalam kisah hidup. Kamu tahu bahwa tidak peduli seberapa keras usaha yang kamu lakukan, ada batasan yang tidak terlihat yang memisahkan kalian.

Rasanya menyakitkan, tetapi pada saat yang sama, ada kehangatan dalam perasaan itu. Meskipun jangkauannya sulit, keberadaannya mampu membuat harimu lebih berwarna. Setiap interaksi kecil, pertemuan singkat, atau bahkan sekadar melihat pemandangan sudah cukup untuk membuat hatimu berdebar dan senyuman kecil terukir di wajahmu. Namun pada akhirnya, kita harus jujur pada diri sendiri, bahwa beberapa hal memang hanya bisa dikagumi, bukan dimiliki. Mengagumi sesuatu yang sulit dijangkau bukan berarti menyerah, ini memahami tentang batasan dan menerima kenyataan.

Kita belajar untuk bersyukur atas perasaan

yang pernah ada, tanpa mengharapkan lebih dari apa yang benar. Karena terkadang, cinta yang paling tulus adalah cinta yang tahu kapan harus berhenti mengejar. Sekalipun namamu tak pernah ada di sampingnya, rasa kagum itu akan tetap ada, diam-diam, di sudut terdalam hatinya." Beni berbicara panjang lebar kepada Ayu, bukan untuk menambah luka di hatinya tapi Beni ingin membuat Putri Ayu sadar.

"Jadi selama ini Aku hanyalah penonton dalam kisah cinta antara Jendral Rakha dengan Dokter Novi, tapi kenapa Kak Ben, kenapa dia tidak pernah jujur, kenapa dia malah membohongi dan membodohi Ayu seperti ini bahkan sampai membuat Ayu Hamil seperti sekarang ini, Jika memang Ayu tidak diinginkan kenapa Ayu masih di pertahankan?"

Mulut Beni benar-benar terjatuh rapat saat ini, dia bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan wanita yang berada di sampingnya ini. Beni tidak pernah tahu bagaimana jalan pikiran Jendral Rakha dan bagaimana perkembangan hubungan Jendral Rakha dengan Dokter Novi, tapi yang pasti hubungan mereka sepertinya tidak sesederhana yang pernah Beni tahu.

"Jendral kenapa kamu melakukan semua ini kepada Ayu? apa yang harus aku jawab sekarang, aku tidak tahu bagaimana cara menenangkan istrimu Jendral, cepatlah kembali sebelum Ayu benar-benar pergi dalam hidupmu. Jika itu terjadi akan aku pastikan Ayu akan jatuh ke tanganku dan menjadi miliku selamanya," kata Beni dalam hati.

Bohong Jika Beni tidak mempunyai perasaan apa-apa kepada Putri Ayu, setelah menemani Putri Ayu selama dia hamil, Beni begitu menikmati perannya sebagai suami dan calon ayah itu. Meskipun Beni tahu itu salah tapi perasaan tidak bisa dia kendalikan. Beni tidak tahu kapan perasaan itu datang dan tumbuh sampai sekarang.Namun, yang Beni tahu bahwa perasaan ini benar-benar ada, tanpa Beni sadari bahwa dia benar-benar telah jatuh cinta kepada wanita yang sedang hamil di sampingnya ini. Putri Ayu.

"Aku pernah tulus mencintaimu Jendral tapi di balas luka dengan serius oleh mu, dan di buang secara halus. ternyata benar Aku yang mencintaimu terlalu dalam sampai akhirnya aku pasti bakal tenggelam dengan luka yang engkau berikan."