NovelToon NovelToon
Di Balik Kontrak Ibu Susu

Di Balik Kontrak Ibu Susu

Status: tamat
Genre:Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Ibu Pengganti / Cinta setelah menikah / Ibu susu / Pengasuh / Tamat
Popularitas:495k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Dituduh pembunuh suaminya. Diusir dari rumah dalam keadaan hamil besar. Mengalami ketuban pecah di tengah jalan saat hujan deras. Seakan nasib buruk tidak ingin lepas dari kehidupan Shanum. Bayi yang di nanti selama ini meninggal dan mayatnya harus ditebus dari rumah sakit.

Sementara itu, Sagara kelimpungan karena kedua anak kembarnya alergi susu formula. Dia bertemu dengan Shanum yang memiliki limpahan ASI.

Terjadi kontrak kerja sama antara Shanum dan Sagara dengan tebusan biaya rumah sakit dan gaji bulanan sebesar 20 juta.

Namun, suatu malam terjadi sesuatu yang tidak mereka harapkan. Sagara mengira Shanum adalah Sonia, istrinya yang kabur setelah melahirkan. Sagara melampiaskan hasratnya yang ditahan selama setelah tahun.

"Aku akan menikahi mu walau secara siri," ucap Sagara.

Akankah Shanum bertahan dalam pernikahan yang disembunyikan itu? Apa yang akan terjadi ketika Sonia datang kembali dan membawa rahasia besar yang mengguncang semua orang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Semua mata tertuju pada Dokter Marchel, pria berjas putih yang kini tampak kehilangan warna di wajahnya. Keringat dingin mengalir di pelipis, dan jemarinya yang menggenggam map hasil tes DNA sedikit bergetar.

Di depannya, Papi Leon berdiri dengan wajah tegas, sorot matanya tajam menembus kejujuran siapa pun yang berani berbohong.

“Jika sampai minggu depan tidak ada hasil, aku akan melaporkan masalah ini ke pihak berwajib!” kata Papi Leon dengan tegas, penuh tekanan yang membuat udara di ruangan seolah menipis.

Shanum, yang duduk di kursi agak terpisah, tiba-tiba menggenggam tangannya sendiri. Wajahnya pucat, namun matanya memancarkan cahaya antara ketakutan dan tekad untuk bicara.

Dokter Marchel menunduk sejenak, lalu mengangguk perlahan. “Tentu saja, Pak Leon,” ucapnya dengan suara berat. “Saya akan menyelidiki masalah ini sampai tuntas.”

Namun sebelum ada yang menimpali, Shanum membuka suara, pelan tapi cukup tajam memecah keheningan.

"E, ini entah benar atau salah, karena malam itu aku sedang dalam keadaan kritis juga. Sepertinya Dokter Anton tahu sesuatu," ucap Shanum tiba-tiba.

Kalimat itu membuat semua orang menoleh ke arahnya secara bersamaan. Sagara yang duduk di sisi kanan langsung menegakkan badan. Mami Kartika berhenti menyesap teh. Dokter Marchel mendongak cepat, menatap Shanum dengan ekspresi kaget bercampur waspada.

“Apa kamu tahu sesuatu, Shanum?” tanya Papi Leon, suaranya menurun tapi nadanya tegas. “Katakan apa pun yang kamu ingat. Ini penting.”

Shanum menatap mereka satu per satu. Napasnya tersengal.

“Malam itu ketika aku melahirkan… semuanya samar. Tapi ada potongan-potongan yang kembali muncul di kepalaku.”

Semua orang diam. Hanya suara detik jam di dinding yang terdengar berdetak, memukul ketegangan di ruangan itu.

“Dokter Anton,” lanjutnya perlahan, “dia terlihat panik. Aku masih ingat ekspresinya. Wajahnya tegang, kemejanya berantakan, dan mobilnya melaju begitu cepat menembus hujan malam. Aku pikir waktu itu dia menolongku karena iba—karena aku ditemukan yang hendak melahirkan di pinggir jalan,” ucap Shanum memulai ceritanya.

Mata Shanum bergetar. “Tapi sekarang, setelah aku mengingat lagi, sepertinya dia memang sedang panik karena sesuatu.”

Sagara dan Mami Kartika saling pandang. Dokter Marchel mencatat sesuatu di ponselnya dengan tangan gemetar.

“Apa maksudmu, Shanum?” tanya Mami Kartika dengan nada ragu.

Shanum menghela napas, lalu menatap ke arah jendela, seolah berusaha menggali ingatan yang selama ini terkubur.

“Ketika sampai di rumah sakit, ada seorang perawat yang menghampiri Dokter Anton. Aku tidak ingat namanya, tapi wajahnya sangat pucat. Mereka berbicara pelan, tapi aku sempat mendengar kata ‘bayi’ dan ‘darurat’. Lalu, aku langsung dibawa ke ruang operasi tanpa pemeriksaan apa pun. Tanpa identitas, tanpa surat, tanpa keluarga. Seolah mereka sudah siap dari awal.”

Semua orang menegang. Sagara mencondongkan tubuhnya ke depan. “Tanpa prosedur?” ulangnya tak percaya.

Shanum mengangguk. “Iya. Tidak ada tanda tangan, tidak ada verifikasi. Aku hanya pasien asing yang tiba-tiba ditangani seperti kasus prioritas. Bahkan perawat yang membawa tandu waktu itu sempat meneteskan air mata. Aku pikir dia hanya kasihan, tapi mungkin bukan itu alasannya.”

Suara jantung Shanum berdentum keras di telinganya sendiri. Udara terasa dingin dan menusuk.

“Setelah operasi … aku tidak sadar lama. Aku tidak tahu apa yang terjadi di ruang itu.”

Dokter Marchel mulai menulis catatan cepat di mapnya, tapi Papi Leon mengangkat tangan.

“Biarkan dia bicara sampai selesai,” katanya tegas.

Shanum mengangguk pelan, lalu menatap kosong ke arah meja.

“Ketika aku sadar, aku sudah berada di ruang rawat. Badanku lemah. Aku menanyakan bayiku pada perawat yang jaga, tapi dia hanya menunduk. Lalu, Dokter Anton datang dengan wajah sedih. Ia bilang bayiku tidak selamat.”

Sagara mengernyit. “Kamu percaya begitu saja?”

“Tentu saja aku percaya. Apalagi dia yang sudah menolong aku,” jawab Shanum lirih. “Aku sendirian. Luka operasi masih nyeri. Aku hanya bisa menangis, lalu tidak sadarkan diri lagi. Ketika putus ada untuk pembayaran biaya administrasi, ada tawaran untuk menjadi ibu susu dari Dokter Anton. Aku pun menerimanya.”

Hening kembali menyelimuti ruangan. Namun tiba-tiba, Shanum menatap ke udara, matanya membesar seolah baru teringat sesuatu.

“Tunggu—” bisiknya pelan. “Tanda merah.”

Semua orang langsung menatapnya.

“Tanda merah?” ulang Dokter Marchel cepat.

Shanum berdiri perlahan dari kursinya, menatap ke tangannya sendiri gemetar. “Ya, aku baru ingat sekarang. Bayiku yang meninggal itu punya tanda merah di pergelangan tangan kirinya. Bentuknya seperti biji kecil. Aku ingat karena aku sempat menyentuhnya saat melihat jenazahnya. Aku pikir itu hanya tanda lahir biasa.”

Shanum terdiam sesaat, lalu menatap semua orang dengan wajah pucat.

“Tanda itu sama persis dengan yang dimiliki Sonia di tangannya sekarang.”

Suara napas tercekat terdengar dari arah Mami Kartika.

“Apa kamu yakin, Shanum?” Suaranya bergetar, seperti orang yang takut mendengar kebenaran.

Shanum mengangguk. “Ya. Aku yakin. Aku tidak mungkin salah ingat. Bentuknya unik seperti bercak merah berbentuk biji kecil di sisi pergelangan tangan. Aku bahkan masih bisa menggambarnya di kepala.”

Mami Kartika menatap suaminya, Papi Leon, yang kini tampak murung. Pria itu menunduk dalam, kedua tangannya mengepal.

“Kalau benar, berarti bayi yang katanya meninggal malam itu—”

Dokter Marchel cepat, nada suaranya tegang. “Bisa jadi bayi itu tertukar atau sengaja ditukar.”

Sagara langsung berdiri. “Ditukar? Maksud Anda apa, Dokter?”

Marchel menelan ludah. “Kemungkinan besar ada manipulasi data kelahiran. Apalagi jika pasien tidak memiliki identitas dan rumah sakit tidak melapor ke catatan sipil. Dalam kasus seperti ini, bayi bisa diganti tanpa jejak administratif.”

Semua mata terbelalak. Mami Kartika memegang dadanya.

“Ya Tuhan…”

1
martiana. tya
bagus
O Neil
curiga nih sama Dr Anton...🤔🤔
Alyanceyoumee: Assalamualaikum. Thor permisi, ikut promo ya.🙏

Hai Kak, Baca juga di novel ku yang berjudul "TABIR SEORANG ISTRI"_on going, atau "PARTING SMILE"_The End, Biar lebih mudah boleh langsung klik profil ku ya, Terimakasih 🙏
total 1 replies
ken darsihk
Terimakasih thorr karya yng bagus dngn ending yng perfect
Semangat untuk author 👍👍❤❤
ken darsihk
kepengin nya sihhh nggak tamat dulu Thor
Marini Suhendar
Hatur nuhun Ceritanya Baguus🥰
d tgg karya baru nya💪
Kar Genjreng
tak terasa sudah TAMAT dan pindah ke lapak satunya menanggung karma,,iya Pembaca juga sudah paham
Mardiana
terima kasih thorrr.... aku suka yg ceritanya happy ending 👍
Kar Genjreng
ini ajalnya delia waktu menghadap sang pencipta maka tidak bisa di selamatkan
nah itu karena saking egois suami mau menengok anak dan cucu gae ulah kapok lah
Kar Genjreng
sudah baca satu bab to kasian iris hanya kesalahan orang tua nya mendadak di ceraikan oleh rio ,,,benar keluarga anak anak nya yang menanggung dosa kedua orang tua nya
Vie
ini nih yang begini yang nyelakain orang lain dengan keegoisanya sendiri.... merasa selalu benar dan tak mau disalahkan jika salah... jadinya malah mencelakakan orang lain....
Hary Nengsih
semua suka karya nya
Nadja 🎀
tante delia gimana? dia stres tahu suaminya gk ada, dan dena akhirnya tahu penyebabnya ibunya sendiri ..
Naufal Affiq
terimakasih ya kk,atas karya nya,aku suka ceritanya
Esther Lestari
Ternyata Pak Surya meninggal sebelum sempat melihat cucunya.
Berbahagia buat semua.
Terima kasih thor.
Esther Lestari
Itulah kalau sudah punya niat jahat sebelumnya.
Semoga Pak Surya selamat, biar bisa melihat cucunya.
Dan Delia jangan mati dulu, terlalu enak kalau dia cepat mati
Kar Genjreng: di siksa dulu ya bang ar mengerang kesakitan
total 1 replies
Nar Sih
alhamdulilah ending yg bnr,,bagus kak ,ahir nya semua bahagia ,makasih buat kak santi udah kasih cerita yg 👍👍👍tetap semagat 💪buat karya terbaru nya ya kak🥰🥰🙏
Nar Sih
rencana gagal grgr ibu tiri jht ,semoga pk surya selamat dan biar sja delia yg mati atau di bikin cacat dulu,siip kak semagatt semoga retensi karya yg lain bagus ,💪👍
Sunaryati
Terimakasih Thoor, orang- orang yang tersakiti hidup bahagia orang- orang yang menyakiti dapat karma
Rida Arinda
Alhamdulillah happy ending 🤗🤗🤗 terimakasih kak othor ceritanya lancar seterusnya ya storynya 😁😁jangan lupa klo ada bonchapnya Alana belum lahiran🤭🤭
Rahma
mudh2n Delia jgn dulu mati tp cacat biar g bs berkuasa lg
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!