NovelToon NovelToon
Ketika Talak Telah Terucap

Ketika Talak Telah Terucap

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.7
Nama Author: Leny Fairuz

Pernikahan yang terjadi antara Ajeng dan Bisma karena perjodohan. Seperti mendapat durian runtuh, itulah kebahagiaan yang dirasakan Ajeng seumur hidup. Suami yang tampan, tajir dan memiliki jabatan di instansi pemerintahan membuatnya tidak menginginkan hal lain lagi.
Ternyata pernikahan yang terjadi tak seindah bayangan Ajeng sebelumnya. Bisma tak lain hanya seorang lelaki dingin tak berhati. Kelahiran putri kecil mereka tak membuat nurani Bisma tersentuh.
Kehadiran Deby rekan kerja beda departemen membuat perasaan Bisma tersentuh dan ingin merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya, sehingga ia mengakhiri pernikahan yang belum genap tiga tahun.
Walau dengan hati terluka Ajeng menerima keputusan sepihak yang diambil Bisma. Di saat ia telah membuka hati, ternyata Bisma baru menyadari bahwa keluarga kecilnya lah yang ia butuhkan bukan yang lain.
Apakah Ajeng akan kembali rujuk dengan Bisma atau menerima lelaki baru dalam hidupnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leny Fairuz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Makan Siang Bersama

Ia belum tau bidang usaha yang digeluti Ajeng semenjak ia memutus komunikasi setelah enam bulan berpisah rumah. Walau pun setiap Mayang berkunjung ke rumah mama saat ia di sana, dan mendengarkan cerita Mayang tentang Ajeng pada mamanya tak membuat Bisma tertarik.

Ia datang mengunjungi mamanya di akhir pekan karena merindukan masakannya tak kurang tak lebih. Intensitas waktunya bersama Lala putri kecilnya pun sangat jarang. Yang ia lakukan hanya berdiam di kamar pribadinya di rumah besar sang mama.

Yang ia tau, Mayang lah yang sering mengunjungi Ajeng untuk bertemu putri kecil mereka, dan sesekali Lala dibawa Mayang menginap di rumahnya. Ia  tau mamanya dan Mayang sangat menyayangi putri kecil mereka.

Lamunan Bisma terhenti ketika tepukan di bahunya menghempaskan wajah-wajah yang bermain di benaknya.

“Saatnya foto bersama para finalis,” ujar Andrean langsung berdiri dari kursi yang ia duduki.

Dari sudut matanya Bisma melihat beberapa lelaki ingin berdiri di samping Ajeng saat  pengambilan gambar dimulai. Senyum Ajeng tak hilang dari wajahnya saat sesi foto-foto berlangsung.

“Eh, ini dari Dinas Perdagangan Malang boleh difoto sama ibu Ale yang dapat penghargaan!” seruan staf  Bisma membuat perasaannya tiba-tiba menjadi hangat.

Momen foto bersama yang ia ingat hanya ketika pernikahan dan resepsi bersama Ajeng yang digelar mewah di Jakarta. Setelah itu, tidak pernah ada kebersamaan mereka yang tersimpan  dalam foto mana pun.

“Terima kasih Ibnu ... “ senyum Bisma melebar pada stafnya yang sungguh pengertian.

Ia merasakan ini kesempatan langka untuk berada satu frame dengan sang mantan. Ada satu hal juga yang ingin ia klarifikasi pada Ibnu tentang sapaannya pada Ajeng, dan kelihatan kalau Ibnu sangat familiar dengannya.

Saat Bisma mulai berjalan mendekati Ajeng, ia mendengar suara ponsel berdering. Dengan cepat Ajeng merogoh tas tangannya.

“Permisi, maaf saya harus menjawab telpon .... “ ujar Ajeng dengan raut serius ketika melewati Bisma dan Ibnu yang sudah bersiap hendak berfoto bersamanya  sementara  pengusaha  yang lain masih setia berdiri di pentas.

Bisma tau, Ajeng  menghindari berada satu frame dengannya. Karena setelah beberapa menit menunggu sosoknya tak juga muncul di hadapan mereka berdua.

“Kenapa kamu menyebutnya bu Ale?” melihat sosok Ajeng yang tak kelihatan membuat Bisma tak bisa menutupi rasa penasarannya.

“Kita sih emang udah kenal lama, sebelum  Bapak mutasi sini ... “ jawab Ibnu santai sambil mengelap lensa kameranya dengan sapu tangan khusus.

Bisma semakin penasaran dengan cerita staf  kantornya itu. Apalagi Ibnu adalah satu-satunya staf admin paling lama di Diskopindag kota Malang. Ia ingin mengetahui semua tentang sepak terjang dan usaha Ajeng yang membuat namanya masuk jajaran pengusaha yang mendapat penghargaan pemerintah pusat. Berarti saat ia masih aktif  di pemerintahan kota administratif  Jakarta Utara Ajeng sudah memulai usahanya.

Benar-benar di luar dugaan.

“Sebenarnya dari tahun lalu bu Ale udah masuk nominasi pengusaha muda produktif di kota Malang. Tapi saat itu beliau belum menetap di sini masih di Surabaya dan bekerja di sana. Yang mengelola di sini Mas Hendra dan istrinya mbak Asih  yang dipercayai ibu untuk meng-handle sebelum ibu pensiun dini .... “

“Astaga .... Telah banyak yang tau tentang aktivitas Ajeng. Jangan-jangan .... Apa mereka curiga kalau aku ada hubungannya dengan Ajeng?” “ batin Bisma dalam hati.

“Bapak tau, nama suaminya bu Ale mirip dengan nama bapak, Bisma.  Walau masih praduga si ...” Ibnu berkata santai.

Bisma tidak menjawab. Ia langsung mengalihkan pertanyaan pada topik lain, “Kenapa kalian memanggilnya dengan nama bu Ale?”

“He he .... “ cengiran muncul di bibir Ibnu, “Itu panggilan kesayangan mas Hilman yang jadi relasinya bu Ale. Beliaukan salah satu pengusaha kuliner dan agrotani terbesar yang jadi pemasok di Malang.”

“Kenapa kamu mencurigaiku sebagai mantan suaminya? Dan hal receh gini kalian jadikan bahan gosip ....” Bisma ingin menghentikan kecurigaan stafnya itu.

“Hanya memastikan aja si Pak. Menurut mas Hilman suaminya bu Ajeng Lestari atau mbak Ale tugasnya jauh. Itu yang membuat keduanya berpisah. Tentu saja banyak yang pengen tau siapa nama suaminya. Eh, kebetulan namanya sama dengan Bapak.”

Bisma manggut-manggut memahami ucapan Ibnu. Kini tatapannya kembali terarah pada satu titik, “Tapi kan banyak yang namanya serupa tapi orangnya berbeda.”

“Benar juga,” komentar Ibnu santai, “Apa benar bapak duda ?”

Bisma terdiam. Ia lupa satu hal, bahwa sekarang KTP elektronik, dan tidak mungkin ia mengatakan kebenaran tentang dirinya dan Ajeng. Tapi ia pun belum ganti KK akan status barunya yang kembali lajang. Belum sempat Bisma menjawab ....

“Jadi  benar selentingan kabar bahwa bapak dekat dengan mbak Deby?” kini pertanyaan Ibnu yang seperti bisikan terdengar di telinganya.

Bisma tertegun, apa iya semua staf melihat keakraban yang terjadi diantara mereka yang hanya ia dan Deby yang tau. Tak mungkin Bisma mengumbarnya, apalagi ia baru tiga bulan dimutasi di kantor ini.

“Menurutmu?” Bisma mengembalikan pertanyaan Ibnu.

“Hati-hati lho Pak. Mbak Deby itu player, jangan sampai Bapak jadi korban ...” Ibnu berkata serius, “Dia biasa main dengan bos dan pejabat. Sepak terjangnya udah terkenal di kalangan atas. Tapi rahasia kita lho ....”

Bisma menghela nafas mendengar ucapan Ibnu. Ia memang harus memutuskan hubungan yang tidak sehat ini. Ia terlalu tinggi menaruh harapan pada perempuan yang salah.

Walaupun kecewa yang ia rasa terlalu besar, tapi ia bersyukur mengetahui lebih dini, sebelum hubungan keduanya diikat tali suci. Sungguh pembicaraan yang luamayan berat.

Percakapan mereka terhenti, karena panitia sudah menutup dan mengakhiri rangkaian acara. Tak lupa pihak panitia mempersilahkan para tamu undangan dan para peserta untuk  menikmati makan siang berupa  hidangan prasmanan  yang sudah disiapkan pihak hotel.

Ajeng terpaku ketika melihat kursi sudah penuh terisi ketika ia kembali dari mengambil makanan. Banyak peserta yang pindah  duduk untuk sekedar beramah tamah dengan para pejabat sehingga kursi miliknya sudah ada yang menempati.

“Sini aja bu Ajeng .... “ sebuah suara bariton mengelus daun telinganya membuat senyum mengembang di wajah Ajeng.

Dengan langkah pasti ia menghampiri meja yang masih menyisakan kursi kosong. Ia melihat rekannya k Ratih pengusaha tekstil juga berada di sana dan terlibat perbincangan dengan Suhendro, yang ia tau adalah staf ahli disnaker kota Malang.

Andrean tersenyum puas karena Ajeng memenuhi undangannya untuk duduk bersama dalam satu meja yang berisi delapan orang.

“Eh ... “ suara terkejut Ajeng tak bisa ia sembunyikan begitu menyadari bahwa ia duduk berdampingan dengan Bisma yang masih berbicara dengan Ibnu.

Seketika Bisma menoleh dan berdiri cepat, tapi Andrean terlebih dahulu menarik kursi untuk Ajeng mendudukinya.

“Terima kasih pak Andre,” Ajeng berkata pelan sambil menganggukkan kepala dengan santun.

Ia mulai menikmati makan dengan hati yang tidak tenang. Bagaimana mau tenang, Andrean mulai mengajaknya berbicara hal-hal sepele yang tidak penting seputar usahanya dan kesehariannya.

Ajeng hanya membalas sesekali untuk menjaga kesopanan pada ketua APINDO yang sering disebut Riyanti teman sesama pengusaha yang juga mendapat penghargaan kali ini.

“Nggak usah terlalu formil, bu Ajeng bisa sebut nama langsung tanpa embel-embel Pak, berasa tua .... “ kekehan Andrean terdengar saat berkali-kali Ajeng menyebut namanya dengan panggilan pak.

Bisma mengumpat dalam hati melihat perlakuan relasinya yang mulai tebar pesona pada Ajeng.

“Baiklah mas Andre .... “ dengan sopan Ajeng menuruti keinginan Andrean.

“Apa mbak Ajeng mengenal pak Bisma?” kini Andrean mulai menatap Bisma yang kelihatan menyimak pembicaraan mereka dengan serius.

Ajeng langsung menoleh ke samping yang kebetulan Bisma juga menatapnya lekat. Dengan gerakan halus ia menggelengkan wajah seketika. Karena ia memang tidak pernah tau apa posisi dan jabatan Bisma di kantor.

“Wah, masa mbak Ajeng gak kenal? Beliau adalah staf ahli dinas perdagangan. Pak Bisma biasa mendampingi kepala dinas untuk turun ke lapangan meninjau kegiatan para pelaku usaha .... “ ujar Andrean dengan perasaan tak yakin.

“Maklum Pak, pak Bisma baru sekitar tiga bulan mutasi dari Jakarta,” sela Ibnu cepat.

Andrean manggut-manggut mendengar pembicaraan keduanya. Ini sangat masuk akal baginya. Karena ia pun baru kali ini bertemu dan mengenal Bisma setelah kegiatan diklat dan seminar di Bandung selama tiga hari, hingga saat ini keduanya berada di acara yang sama di kota Malang.

“Wah, berarti mbak Ajeng dan pak Bisma memang belum saling mengenal sebelumnya...”

Mendengar ucapan Andrean setelah melihat sikap Ajeng membuat Bisma kesal seketika. Bagaimana bisa Ajeng mengaku tidak mengenalnya. Sedangkan mereka pernah berbagi bantal dan selimut, bahkan keringat ....

Jari tangannya mengepal tidak terima dengan jawaban Ajeng. Rasa marah mulai menyeruak naik ke dada. Ia yang selalu perfeksionis dan perkataannya  menjadi rujukan setiap pengambilan keputusan, merasa harga dirinya diinjak perempuan yang pernah membersamainya hampir tiga tahun dalam ikatan rumah tangga.

Sesi makan siang telah berakhir bersama dengan berakhirnya kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari. Para peserta, panitia dan tokoh-tokoh penting yang menjadi nara sumber mulai bersalaman dan saling mengucapkan kata perpisahan.

1
Fani Indriyani
Icha berharap menjadi nyonya teryata si Rudi miskin yg hidupnya ditopang ma mama Nurita,dari sekretaris jd cleaning servis deh wkwkwk
Sukaesih Esih
cerita bagus menginspirasi
Fani Indriyani
Wow Siska selamat bermain ma Gandi ya,tak ada Bisma,Gandi pun okelah wkwkk
Fani Indriyani
Ya sdhlah Ajeng mending menjauh dari keluarga mantan apalagi kamu menolak rujuk,kalo mereka kangen ma Lala ya bawa aja anaknya ga ush kamu ikut juga
Fani Indriyani
Makanya kalo mau berbuat sesuatu harus dipikir matang2 Bisma,skr menyesalpun ga ada guna,perempuan kalo udh pernah disakiti susah bt melupakannya,apalagi Ajeng skr udh nyaman dgn kesendiriannya
Fani Indriyani
Sudahlah Bosma biar Ajeng sendiri dulu,mungkin ini yg terbaik buat kalian,raih kebahagiaan kalian masing2,kalo dgn hidup sendiri bikin Ajeng bahagia ya sdh jgn dipaksa,masalah Lala toh kalian bs memberi kasih sayang tanpa harus menikah lagi
Rismawati Damhoeri
kenapa nggak di bikin tobat siskanya thor?
Fani Indriyani
Bisma ma Hilman tuh laki2 lemah yg beralasan "kasihan" hingga tdk bisa bertindak tegas,duh aku nunggu si Ibnu nongol nih soalnya berkas perceraian kan masih ma dia kan?kalo emang Bisma mau rujuk ma Ajeng sok atuh bs ga tegas ma Siska,greget aku ma Siska dan papanya
Assyfa Purti
Luar biasa
Fani Indriyani
Kayanya Ajeng bakal balik ma Bisma deh apalagi berkas perceraian ada dtangan Ibnu kan yg mungkin saja ga akan diurus ma Ibnu
Fani Indriyani
Laki2 kalo udh mengatasnamakan "kasihan" ya susah....bagus Ajeng dan Hilman blm menikah jd Ajeng ga terlalu sakit lagi
Khairul Azam
ya itulah klo pernah berselingkuh dianya yg klabakan sendiri
Fani Indriyani
Ya sdh mending sendiri aja Jeng ngurus Lala,ga ush mikirin cinta lagi,kamu perempuan kuat,mandiri pasti kamu bisa
Fani Indriyani
Waduh knp lagi dgn Hilman,jgn bilang tar ketemu masa lalu dan melupakan Ajeng
Khairul Azam
bisma takut karna dia pernah selingkuh
Fani Indriyani
Memang kurang ajar si Bisma mulutnya lemes ga pantes banget bilang istrinya ndeso ,matre... bener tuh cocok banget ma Dwby,semoga mereka berjodoh ya
Fani Indriyani
Bisma nyerah deh,kasian Ajeng juga..biarlah dia bahagia dan dicintai oleh Hilman..resmikan segera perceraian kalian
Fani Indriyani
Dimas awas aja kamu bantu Bisma buat rujuk,ga kasian apa liat mbakmu yg dulu tiap malem menangis karna Bisma...biarlah mbakmu bahagia dgn Hilman
Fani Indriyani
Selamat menikmati sakitnya merindukan seseorang yg ga mungkin bs digapai Bisma,begitulah yg dulu pernah dirasakan Ajeng
Khairul Azam
jujur aku kurang puas dgn jawaban ajeng disetiap dia direndahkan. baik boleh sopan boleh tp ketika kita direndahkan jgn sampai kita diam
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!