Wati seorang istri yang diperlakukan seperti babu dirumah mertuanya hanya karena dia miskin dan tidak bekerja.
Gaji suaminya semua dipegang mertuanya dan untuk uang jajannya Wati hanya diberi uang 200ribu saja oleh mertuanya.
Diam-diam Wati menulis novel di beberapa platform dan dia hanya menyimpan gajinya untuk dirinya sendiri.
Saat melahirkan tiba kandungan Wati bermasalah sehingga harus melahirkan secara Caesar. ibu mertua Wati marah besar karena anaknya harus berhutang sama sini untuk melunasi biaya operasi Caesar nya.
Suaminya tidak menjemputnya dari rumah sakit. saat Wati tiba dirumah mertuanya dia malah diusir dan suaminya hanya terdiam melihat istrinya pergi dengan membawa bayinya.
Bagaimana nasib Wati dan bayinya? Akankah mereka terlantar dijalanan ataukah ada seseorang yang menolong mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuni Soehardi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
Pagi-pagi Bu Warni mertua Wati bangun sambil memijit kepalanya dia melihat piring kotor bekas makan malam yang menggunung, perutnya lapar tidak ada makanan sama sekali. Biasanya dia bangun tidur sarapan sudah terhidang, rumah sudah bersih karena Wati bangun dini hari sudah mulai bekerja menyapu seluruh rumah, memasak sarapan pagi dan mencuci pakaian seluruh penghuni rumah.
Dia menggedor pintu kamar anaknya
“Duar..duar..duar…Fitri bangun…Fit…”
“Ada apa sih bu pagi-pagi sudah teriak-teriak ganggu orang tidur saja ini masih gelap Bu.”
“Gelap gundulmu itu…lihat matahari sudah terbit, cepat bangun.”
“Tapi masih terlalu pagi bu aku masuk kerja kan jam 08.00?”
“Ibu tahu tapi siapa yang membereskan rumah, memasak sarapan dan mencuci piring? Bekas makan semalam juga belum kamu cuci padahal ibu sudah menyuruhmu kan?”
“Iya…iya aku lupa. Sekarang aku cuci tapi ibu yang masak sarapan dan membersihkan rumah ya.”
Cucian menggunung tidak ada yang mencuci pakaian semua orang sudah menipis.
“Fit siapa yang mencuci baju-baju ini? Ibu tidak sanggup kalau mencuci baju sebanyak ini.”
“Panggilkan mbak Ningsih saja bu dia kan buruh cuci di kampung kita.”
“Ya sudah setelah selesai sarapan ibu akan panggil mbak Ningsih. Siapa yang membayar jasa mbak Ningsih?”
“Ya ibu lah wong tiap bulan kita sudah setor uang ke ibu kok.”
“Bu tolong buatkan kopi dan bolu untuk sarapan bapak.”
“Tidak ada bolu pak sarapan nasi saja ya.”
“Bapak tidak suka sarapan nasi goreng kan pisang saja.”
Pria setengah baya itu merasa kehilangan menantunya yang rajin membuat bolu pisang untuk mertuanya, dia bergegas mandi dan bersiap-siap pergi bekerja. Pekerjaan mertua Wati adalah guru SD di daerah itu.
“Ini pak kopi dan pisang gorengnya.”
“Kalau ibu tidak bisa membuat bolu pisang, tiap hari sediakan sukun dan pisang goreng saja bu.”
“Iya nanti ibu ke pasar. Kalau bolu biasa bapak mau ga? Nanti ibu belikan sekalian dipasar.”
“Iya boleh. Lumayan untuk teman minum kopi kalau sore.”
Semua sedang sarapan bu Warni selesai terlebih dahulu daripada yang lain. Dia membuka story menantunya dan teriakan nya menggelegar membuat semua yang baru selesai sarapan kaget ada yang tersedak.
“Ibuuu….kita sedang sarapan, ibu bisa ga sih ga bikin gaduh? Suamiku sampai tersedak,” seru Fitri sambil menyodorkan gelas minum untuk suaminya sambil menepuk-nepuk punggungnya.
“Dasar menantu kurang ajar, nih lihat kelakuan istrimu. Cepat seret dia pulang bakal kubejek-bejek itu anak.”
Dony segera melihat story istrinya di handphone ibunya kemudian mendesah panjang.
“Kenapa harus kuseret pulang bu, bukankah ibu sendiri yang mengusirnya?”
“Dia harus mengganti biaya operasi caesar nya. Enak saja melahirkan pakai Caesar segala dasar perempuan manja, ga mau ngeden akhirnya anakku jadi punya banyak hutang padahal dia punya banyak uang.”
“Sudahlah bu membiayai istri melahirkan kan memang kewajiban ku sebagai ayah dan suami kenapa harus dipermasalahkan sih bu. Dulu ibu ngotot minta Dony menceraikan Wati sekarang ibu ngotot minta Wati kembali. Ibu ini maunya apa sih?”
“Kenapa dia tidak jujur kalau punya pekerjaan?”
“Kalau dia jujur pasti disuruh setor penghasilannya ke ibu mertua kayak aku kan bu padahal ibu masih punya suami.” sahut Tono suami Fitri.
“Jangan kurang ajar kamu Tono kalian disini itu numpang ya wajar dong ibu minta gaji kalian.”
“Bukan numpang kali bu tapi dipaksa tinggal dengan mertua. Tono bisa kok ngontrak atau mengajak Fitri tinggal dirumah orang tua Tono. Ibu masih punya suami lha ibu Tono sudah janda tinggal sendiri lagi karena Tono anak tunggal.”
“Tidak…jangan harap bisa memboyong anakku tinggal dengan mertua bisa-bisa gaji suaminya dikuasai ibu mertuanya.” Sanggah bu Warni
“Di sini gaji suami Fitri juga dikuasai mertua? Apa bedanya? Bantah suami Fitri.
“Kalau kau menikahi anakku ya harus menerima keluarganya dong. Bukankah ibu juga membantu menjaga anak kalian?”
“Dik aku langsung berangkat saja. Debat kusir sampai besok pagi juga ga bakalan kelar.” Tono bangkit, mengambil tas kerjanya kemudian langsung berangkat tanpa berpamitan.”
“Aku juga mau berangkat, ayo nak ibu antar ke sekolah.”
“Bu hari ini satria bekalnya apa?”
“Loh nenek tidak membuatkan bekal Satria? Ibu ini gimana sih bu anakku bisa kelaparan disekolah kalau tidak dibekali.”
“Mana duitnya? Ibu belikan kue di warung bu Imah.”
“Duit….duit….duit lagi-lagi duit bukankah gaji suamiku ibu yang mengelola sekarang kenapa minta duit? Buatkan bekal buat anakku sekarang jangan membantah!”
“Dasar anak durhaka berani kamu membentak ibumu?”
“Kalau aku anak durhaka maka ibu adalah ibu yang tidak tahu diri. Dimana-mana gaji suami itu istrinya yang mengelola bukan ibunya atau mertuanya. Kalau ibu beda minta gaji menantu tapi kerjaan ga beres.”
“Cepat buatkan bekal untuk anakku “ teriak Fitri.
Bu Warni segera ke dapur dan menggoreng nugget untuk cucunya lalu dimasukkan kedalam kotak bekal yang sudah diisi dengan nasi. Ia menyodorkan kotak bekal itu kepada cucunya.
“Nenek jangan terlambat menjemput Satria seperti kemarin ya nek.”
“Apa…! nenek terlambat menjemputmu nak? Apa-apaan ini bu? Kalau tugas tidak ada yang beres jangan minta uang lagi. Aku bisa mengerti Wati tidak memberitahu kalau dia penulis novel online kalau dia memberitahukan pekerjaannya bakal jadi gelandangan dia saat ibu usir.”
“Asal ibu tahu gaji penulis online bisa mencapai puluhan juta bu. Gajiku dan gaji suamiku digabung saja tidak ada setengahnya. Ibu sendiri yang rugi kehilangan menantu seperti Wati. Pantas dia mampu menginap dihotel berbintang.”
Bu Warni terperangah tanpa dia sadari mulutnya menganga seperti ikan predator yang mencari mangsa ikan kecil-kecil.
“Satria berangkat nek jangan lama-lama buka mulutnya nanti kemasukan lalat.”
“Dasar cucu kurang ajar anak sama emak sama saja” gerutu nenek dua cucu itu.
“Apa benar gaji penulis novel itu besar? Wah benar-benar tidak bisa dibiarkan ini. Dony harus membawa istrinya pulang.”
Saat itu Dony hendak berpamitan pada ibunya. Setelah takzim ibunya berpesan
“Carilah istrimu nak. Mintalah maaf dan ajak dia pulang.”
“Aku harus mencarinya kemana bu?”
“Sepertinya dia tinggal di hotel yang bagus, coba pulang kerja carilah istrimu siapa tahu ketemu. Screenshot restoran tempat dia sarapan tadi pagi. Besok pagi kau langsung ke hotel itu dan menemuinya. Carilah hotel yang restoran nya mirip dengan tempat istrimu sarapan.”
“Baiklah bu hari ini Dony pulang terlambat. Aku akan mencari istriku sampai dapat.”
Akhirnya bisa damai