Vina sangat terobsesi diterima menjadi pemeran wanita utama di casting sebuah drama. Dia juga seorang penggemar garis keras dari seorang aktor. Suatu hari saat melakukan casting, ia ditolak tanpa di tes dan parahnya lagi, orang yang menolaknya adalah si idola. Merasa terhina, Vina pun berubah menjadi pembenci sang aktor. Belum juga mulai menabur benih kebencian, ia justru terpaksa menikah secara kontrak dengan sang Aktor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumi Midah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana pernikahan
Ketika Arka asik menonton Televisi, Mala datang dengan membawakan secangkir coklat panas untuk adik iparnya.
"Terima kasih Kakak iparku yang cantik." Arka menyesap coklatnya. "Wah, kau memang pandai membuat coklat, Kak. Bagaimana kalau kita pacaran di belakang Kak Bayu?"
Mala memukul lengan adik iparnya itu. "Keterlaluan, biar pun kau lebih tampan dari Kakakmu, aku akan tetap setia. Lagi pula aku sangat mencintai kakakmu tahu."
Arka hanya terkekeh mendengar penuturan sang kakak ipar yang unik pribadinya.
"Kak Bayu belum pulang, ya?" tanya Arka.
"Iya."
Arka melihat jam dinding. "Padahalkan sudah lewat jam kantor, ya."
"Katanya, sih ada deadline yang harus cepat dia selesaikan," sambung Mala.
Lelaki itu mmengangguk paham, lalu meletakan cangkir berisi coklat panas yang barusan ia sesap lagi. Mala memperhatikan tubuh adik iparnya yang tampak makin kurus.
"Hey, kenapa tubuhmu jadi mengurus seperti ini, eoh?"
"Masa, sih?"
"Tinggallah bersama kami, Arka. Percayalah kalau aku sudah menganggapmu seperti adik kandungku." Mala selalu merasa adik iparnya itu pindah karena tidak nyaman akan kehadirannya.
"Ah, aku juga percaya, Kak, tapi aku tidak mau menganggu kalian, jadi biarlah aku yang menepi."
Mala mendengkus. "Lagakmu, Ar."
Arka terkekeh melihat raut wajah kesal kakak iparnya. "Lagi pula aku tidak mau melihat kemesraan kalian. Kakak dan Kak Bayu, 'kan suka berciuman sembarangan di depanku."
Mendengar itu Pipi Mala bersemu merah. "Salahkan kakakmu yang mesum itu."
Sambil tertawa renyah. Tanpa sengaja Arka bercerita jika sebelum menikah kakaknya itu "seorang" predator malam.
Mala mengerutkan keningnya tidak suka. "Maksudmu sebelum menikah denganku, Bayu sering tidur dengan jalang?"
Pertanyaan kakak iparnya itu sontak membuat tawa Arka berhenti. Lelaki tampan berhidung mancung itu
mengigit bibir bawah dalamnya. Ia tiba-tiba merasakan sebuah dilema. "Mm, tapi itu 'kan, sebelum Kak Bayu menikah dengan Kakak."
Meskipun itu terjadi sebelum mereka menikah, tetapi Mala tetap merasa tak senang. "Berapa jalang yang sudah ditiduri Bayu?!"
Arka resah. Jika Mala marah pada Bayu soal ini, tentu hal tersebut juga akan berimbas padanya. Ia terkekeh sumbang. "Ya ... beberapa," jawab lelaki itu pelan dan lambat.
Kemarahan di wajah Mala membuat Arka sedikit gelisah. Ia khawatir kalau-kalau Bayu menghapus nama Arka dari kartu keluarga Prayudha, dengan alasan percobaan, menghancurkan pernikahan Bayu dan Mala.
"Kak se-"
"Aku ke kamar dulu, ya." Setelah kepergian Mala, Arka tidak henti-hentinya merutuki diri sendiri.
Ketika jam menunjukkan pukul sembilan malam, terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumah. Tak berselang lama, masuklah sesosok jangkung yang tak kalah tampan dari Arka. Lelaki itu menegur Arka yang sedang menonton acara malam.
"Lama sudah aku tidak melihatmu?" tanya Bayu.
"Kak Bayu baru pulang ngantor?"
Bayu meregangkan otot lehernya yang tegang karena terlalu banyak menatap laptop. "Hm, banyak pekerjaan yang mesti cepat diselesaikan." Lelaki itu kemudian mengedarkan pandangannya dan bertanya tentang keberadaan istri terkasihnya. Dengan sedikit perasaan tidak enak, Arka menjawab kalau kakak iparnya sudah ada di kamar.
Bayu menyeringai. Kurang lebih seminggu sudah ia berpuasa karena Mala sedang haid dan hari ini, ia akan berbuka dengan yang nikmat.
"Kau pulang atau menginap?" tanya Bayu.
"Menginap."
"Oh, ya sudah." Bayu pun pergi menuju kamarnya.
Setelah kakak lelaki satu-satunya itu menghilang di balik pintu, Arka bergegas mematikan TV, kemudian pergi ke kamarnya yang ada di lantai dua. Ia berusaha menghindar dari amukan Bayu yang mungkin saja terjadi.
***
Keesokan pagi, setelah bangun, Arka berjalan ke dapur untuk menghilangkan dahaga dengan segelas air putih. Ketika di dapur, ia bertemu dengan Mala yang sedang membakar roti di pan
"Hay, Kak," sapa Arka.
Mala membalas sapaan tersebut. "Awal sekali kau bangun?"
"Awal apanya, ini 'kan sudah setengah delapan. Kak Bayu belum bangun?" Arka mengisi gelas dengan air bening yang ada di dalam dispenser.
Senyum terbit di bibir Mala saat mengingat wajah tidur suami tampannya. "Belum, nampaknya dia sedang lelah."
Usai minum dan meletakan gelas di wastafel, Arka berceletuk, "Berapa ronde memangnya?" Lelaki yang memakai piyama biru navy itu duduk di kursi meja makan.
"Hey sopankah bertanya seperti itu," kata Mala, "kau mau sarapan roti atau nasi goreng?"
"Roti saja, Kak."
Tak lama Bayu pun datang ke dapur. , Sebelum minum segelas air ia melumat bibir istrinya. Melihat itu Arka merasa tertohok. "Hoi, pertimbangkanlah, seorang manusia lagi di sini," kata Arka.
Bayu memandang si jomblo yang protes barusan dengan tatapan tak perduli. Tanpa berkata apa-apa, ia melanjutkan niatnya untuk minum.
"Cie iri," goda Mala dan itu membuat Arka merasa keki.
Bayu mengisi kursi di sebelah Arka, ia membawa serta gelas berisi air bening. "Bagaimana tidurmu, Ar? Apakah kau tidur nyenyak atau mendapat gangguan berupa suara-suara aneh?"
"Suara aneh berupa apa dulu? Kalau suara panas yang berasal dari permainan suami istri, tentu saja tidak."
"Suara hantu," kata Bayu dengan gaya sok menakuti Arka.
"Apaan, sih, Kak, nggak lucu." Tiba-tiba Arka teringat tentang si kera betina. "Oh ya, Kak. Aku akan segera menikah," ucap Arka yakin, walau jelas-jelas mendapatkan penolakan dari gadis itu.
"Jadi benar Sera adalah pacarmu? Kupikir cuma gosip," kata Bayu. Sera adalah aktris pendatang baru yang baru-baru ini digosipkan memiliki hubungan dengan Arka.
"Bukan dia, Kak. Pacarku itu berasal dari kalangan biasa."
Bayu mengangguk mendengar penuturan adiknya. Namun, sesaat kemudian ia teringat akan pacar pertama adiknya itu.
"Kau sudah melupakan, Anna memangnya?" Diingatkan soal mantan kekasih yang lebih memilih untuk bersama selingkuhannya dan pergi ke Amerika, membuat raut wajah Arka keruh.
"Jangan bicarakan gadis penghianat itu!" Sikap dingin Arka ketika membicarakan gadis yang menyakitinya, membuat Bayu terkekeh sumbang.
"Apa wanita itu hamil?" tanya Mala mencoba memperbaiki suasana.
"Tidak."
Mala mengangguk. "Siapa namanya?"
Arka tergagap, ia lupa siapa nama gadis yang ia juluki kera betina. "Aku lupa."
"Bagaimana kau bisa lupa nama calon istrimu?" tanya Bayu heran.
"Cuma lupa sesaat, kok, besok pasti ingat lagi." Arka cengengesan.
"Aneh, masa nama dari orang yang kau cintai, bisa lupa?"
"Banyak yang perlu kuingat, Kak," kilah Arka.
"Kenapa tiba-tiba ingin menikah?" tanya Mala.
Dengan desahan kecil, Arka menjawab kalau dia lelah dijadikan alat untuk mepamorkan nama artis baru.
***
Setelah menghadiri acara peragaan busana, Arka ditodong pertanyaan dari para awak media, mulai dari apa saja yang ia kenakan sampai klasifikasi tentang videonya yang berciuman dengan seorang gadis.
"Aku dan kekasihku sudah menjalin hubungan selama tiga tahun. Rencananya dalam waktu dekat kami akan segera menikah."
"Kapan itu?" tanya seorang wartawan
Arka berakting agar dirinya terlihat tersipu menyampaikan pernikahannya. "Aku tidak bisa memberitahukan pastinya, tapi aku dan calon istriku akan melakukan konferensi pers jika sudah menemukan tanggal yang pas."
"Apa pekerjaan calon istrimu itu?" tanya seorang reporter lain.
"Ah, dia pernah bilang padaku untuk tidak mengatakan pekerjaannya." Arka terkekeh kecil. "Calon istriku itu agak pemalu."
Dua hari yang lalu ketika masih berada di rumahnya, Arka duduk di sebelah Bayu yang tampak sedang sibuk dengan seabrek berkas perusahaan. Melihat itu, Arka bersyukur karena tidak perlu terjebak dalam urusan kantor.
Melihat berkas yang bertumpuk saja langsung membuatnya pusing, apalagi mengurusnya. Tidak, Arka tidak akan pernah mau terjebak dalam urusan seperti itu. Cukup Bayu saja yang menjadi korban, pikirnya.
"Kak Bay lagi ngurus apa?" tanya Arka berbasa-basi, sambil membuka kulit pisang.
"Apa kau buta sampai harus bertanya lagi!" ucap Bayu sarkastik. Mendengar penuturan kakaknya, Arka hanya meringis kesal. Tak lama Bayu mengalihkan sebentar atensinya pada Arka yang santai memakan pisang.
"Hey, kapan kau akan membantuku, mengurus salah satu perusahaan ayah! Aku sudah pusing memegang 3 perusahaan milik ayah! Kau peganglah satu!"
Arka mendesah malas. "Aku belum berminat buat ..." Kalimatnya terhenti saat melihat foto sebuah minimarket milik gadis yang ia juluki kera betina. Arka mengambil berkas bermap kuning.
"Ini apa, Kak?"
Kembali Bayu memandang adiknya. "Oh itu berkas peminjamam uang milik nasabah bank kita. Minimarket itu jaminannya, kenapa kau bertanya?"
Arka tidak menjawab. Dengan segera ia membuka berkas itu dan terkejut dengan nominal peminjaman uang yang mencapai satu milyar. Masih ada sisa uang tujuh ratus juta yang belum dibayarkan.
"Sebenarnya yang bersangkutan, sudah menunggak selama tiga bulan," ucap Bayu.
Seringaian terbit di bibir Arka. ia memiliki senjata untuk mengancam gadis itu. Takdir memang sangat baik kepadanya. "Kak yang ini biar aku saja yang mengurusnya!"
"Uruslah, aku sudah pusing!"