Arini gadis 25 tahun menjadi pewaris tunggal . Ayahnya meninggal 1 tahun yang lalu. Arini sejak kecil sudah diasuh oleh ibu tirinya dan juga kedua saudara tirinya. Selam ini keluarganya baik kepadanya dan penuh kasih sayang.
Siapa sangka ternyata di balik semua itu ada rencana, satu persatu kebusukan ibu tirinya dan kedua saudaranya terungkap, Arini mendapatkan pengkhianatan dari kekasihnya dengan adanya perselingkuhan.
Tabiat laki-laki yang dia pikir selama ini mencintainya, juga sudah mulai terungkap ketika Arini memberikan posisi Direktur di Perusahaan.
Arini mulai dicampakkan ketika aset keluarganya memiliki saudara tirinya dan calon suaminya. Arini bahkan dibuang dan mendapat caci maki dari orang-orang akibat jebakan yang dari keluarganya.
Sampai akhirnya Arini kembali bangkit dari keterpurukan untuk membalas semua dendamnya. Dari mengambil seluruh apa yang telah menjadi miliknya dan menjadikan orang-orang yang telah menghancurkannya saling menusuk satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 Satu Langkah Berhasil
Hari ini dipenuhi dengan para petinggi Perusahaan menghadiri rapat seperti biasa di awal bulan. Mereka saling melihat satu sama lain bertanya kebingungan saat Arini ada di sana.
"Nona Arini? Bukankah anda sudah tidak memiliki kapasitas apapun di Perusahaan ini. Kami tidak menginginkan anda sebagai direktur Dan kami memiliki direktur yaitu tuan Dellon," sahut seseorang.
"Bersabarlah tuan! jangan langsung marah seperti itu kepada saya. Saya juga tidak ingin mengambil posisi itu. Tetapi saya juga berhak ada di sini," sahut Arini.
"Apa maksudnya?" tanya seorang wanita kebingungan.
Pintu ruang rapat itu terbuka dan muncullah Dellon, seperti biasa berpenampilan rapi, dia adalah orang yang sangat dihormati di Perusahaan itu dengan posisi yang tinggi.
Para penghuni rapat berdiri dari tempat duduk mereka dan memberi salam dengan menundukkan kepala.
"Apa tidak ada tempat untuk sekretaris saya sehingga kalian membiarkan dia berdiri seperti ini?" tebak Delon.
"Sekretaris!" semua orang dalam rapat tersebut saling melihat satu sama lain dengan mulut mereka bergunjing pelan.
"Kalian tidak mendengarkan saya?" tanya Dellon dan tetap saja tidak ada yang bergerak.
"Baiklah! mungkin kalian bingung kenapa Arini bisa ada di Perusahaan. Arini hari ini menjadi Sekretaris saya dan juga seterusnya. Sekretaris saya yang lama tidak bekerja dengan becus dan saya memiliki kuasa untuk mengganti Sekretaris saya sendiri," jelas Dellon membuat Arini tersenyum.
"Tuan Dellon, mengapa menjadikan Nona Arini sebagai Sekretaris tanpa membahas dulu dengan kami?" tanya seseorang seperti keberatan.
"Ini adalah Sekretaris pribadi saya dan tidak ada kaitannya dengan diskusi dengan kalian," jawab Dellon.
"Tetapi satu tahun yang lalu Nona Arini membuat masalah di Perusahaan ini dan bagaimana jika itu terulang kembali?" tanya pria itu.
"Tuan mengapa harus meragukan kemampuan saya? itu adalah masa lalu dan bukankah semua orang memiliki versi berubah menjadi lebih baik dan begitu juga dengan saya," sahut Arini.
"Kamu dengar bukan apa yang dia katakan Arini barusan! Suka tidak suka dengan keberadaan Arini di Perusahaan ini, bukan menjadi urusan saya. Ini masalah pribadi saya!" tegas Dellon membuat semua orang yang ada di sana terdiam.
Arini hanya memberikan senyumannya, bagaimana tidak, dia benar-benar sangat bahagia berada dalam posisi itu dan tidak percaya akan kembali ke Perusahaan meski awalnya harus menjadi Sekretaris Dellon.
Orang-orang yang mengikuti rapat itu juga tidak bisa berkomentar apapun.
****
Arini dan Dellon berada di dalam Ruangan Dellon dengan Dellon memeluk Arini dari belakang.
"Aku tidak percaya sayang, akhirnya kamu menjadi Sekretarisku dan kita bisa berduaan terus," ucap Dellon sengaja menempelkan pipinya pada pipi Arini
Arini terlihat sangat jijik dengan sentuhan pria yang telah mengkhianatinya itu.
"Ini adalah ruanganku dan selama 1 tahun ruangan ini di tangan orang yang salah. Ruangan ini menjadi kotor," batin Arini.
Arini mengubah ekspresi jijiknya menjadi tersenyum ketika berbalik badan.
"Aku juga tidak percaya jika kita akan berada di dalam ruangan ini. Tetapi ada satu hal yang belum kamu lakukan," ucap Arini.
"Apa itu?" tanya Dellon.
Arini tersenyum dan memberikan map berwarna merah kepada Dellon.
"Kamu belum menandatangani kontrak kerjaku," jawab Arini.
"Arini apa perlu menandatangani kontrak kerja! sudahlah kita sebaiknya bermesraan saja," ucap Dellon dengan mencolek dagu Arini.
"Dellon bagaimanapun aku harus serius bekerja menjadi Sekretaris kamu dan aku ingin dikontrak secara jelas. Aku sangat trauma dibuang olehmu, bagaimana jika istrimu mengetahui hubungan kita dan pasti kamu akan membuangku," ucap Arini.
"Tidak sayang, aku tidak akan melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya," jawab Dellon.
"Dengan kau perlakukanmu seperti ini dan kau sudah melakukan kesalahan itu, karena kau sudah mulai tergoda dan mengkhianati istrimu secara tidak sadar," batin Arini.
"Tetapi tetap saja aku tidak ingin bekerja tanpa adanya kontrak," sahut Arini dengan tegas dan bahkan melepas rangkulan pria sange itu. Arini juga menjauh dari Dellon.
"Jangan cemberut seperti itu, baiklah! jika memang kamu menginginkan tanda tangan kontrak, aku akan menandatanganinya," sahut Dellon rela melakukan apapun.
Barulah Arini tersenyum memberikan dokumen tersebut. Dellon mengambilnya dan kemudian duduk di sofa membuka dokumen itu terlihat membacanya.
Melihat hal itu membuat Arini menghampiri Dellon dengan cepat dan duduk di sampingnya. Arini memegang tangan Dellon dengan penuh sensual dan menatap matanya.
"Kenapa harus membuat situasi menjadi lama. Apa salahnya mendatangani Dokument ini terlebih dahulu," ucap Arini berusaha agar Dellon tidak membacanya.
"Ternyata kamu sudah tidak sabaran," ucap Dellon dengan tersenyum miring dan langsung menandatangani dokumen tersebut.
"Dasar bodoh! bukankah seperti ini juga yang kau lakukan kepadaku, dan ternyata kata bodoh itu cocok denganmu," batin Arini tersenyum penuh kemenangan dan sepertinya ada sesuatu di balik Dokumen itu.
"Selesai, sekarang waktunya kita bersenang-senang!" Dellon begitu semangat mendekati Arini ingin mencium bibirnya namun ditahan oleh Arini dengan mendorong pelan bahu Dellon.
"Bukankah kamu mengatakan kepadaku bahwa di jam seperti ini istrimu penuh curiga itu akan datang," ucap Arini melihat arloji di tangannya.
"Sial!" umpat Dellon menepuk dahinya yang tampak frustasi karena lagi-lagi dia gagal bermesraan dengan Arini.
"Baiklah!" Arini berdiri dari tempat duduknya dan mengambil dokumen tersebut dengan sangat elegan.
"Aku tidak ingin dituduh macam-macam oleh Mona. Aku akan pergi untuk menghindari hal-hal yang tidak terduga. Sampai ketemu besok," ucap Arini secara singkat melambaikan tangan dengan manja dan kemudian keluar dari ruangan itu dengan suara heels yang terdengar begitu sangat indah.
"Huhhhh, Arini kau membuatku benar-benar ingin tidur denganmu, kenapa kau muncul tiba-tiba dengan secantik dan seksi ini. Aku akan membuat rencana agar bisa menghabiskan waktu satu harian bersama tanpa diketahui oleh Mona," batin Dellon dengan penuh rencana.
*****
Arini berada di dalam lift dan memegang dokumen tersebut.
"Akhirnya aku mendapatkan apa yang aku mau, aku akan menghancurkanmu Dellon. Kau membuatku tidak diinginkan di Perusahaanku sendiri, membuat orang-orang membenciku, melemparku tanpa rasa iba dan kau juga akan mendapatkan hal yang sama. Posisi yang kau dapatkan secara instan akan aku ambil kembali dan kau akan diusir dengan cara menyakitkan melebihi apa yang aku rasakan," batin Arini dengan penuh dendam.
Suara pintu lift terbuka. Aditya berdiri di depan pintu lift dan langsung masuk. Arini tadinya ingin keluar dan tidak jadi ketika Aditya sudah berdiri di sampingnya.
"Apa tujuan dia berada di Perusahaan?" batin Arini.
"Kamu mau keluar?" tanya Aditya.
"Tidak! saya ada ketinggalan di atas," jawab Arini.
"Begitu!" Aditya menutup pintu lift dan menekan tombol yang ingin dia naiki.
"Apa kepentingan dia berada di Perusahaan ini? Apa dia ingin bertemu dengan Dellon. Aku juga tidak mungkin bertanya," batin Arini.
Sampai akhirnya pintu lift kembali terbuka. Tanpa berpamitan Aditya langsung keluar dari dalam lift.
"Dia benar-benar cuek dan tidak menyapaku sama sekali, aku masih penasaran apa tujuan dia," batin Arini melihat kepergian pria itu sampai pintu lift kembali tertutup.
Arini sudah sampai bawah dan berjalan di lobi dan langkahnya harus terhenti ketika Mona berada di hadapannya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Mona dengan mengerutkan dahi.
"Apa aku harus membuat laporan denganmu tentang keberadaanku di manapun itu?" Arini kembali menimpali pertanyaan itu.
"Aku bertanya maka dijawab dan bukan bertanya lagi!" tegas Mona.
"Tapi aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaanmu," jawab Arini.
"Kau menemui Dellon dan berusaha untuk menggodanya. Kau ingin kembali ke Perusahaan dengan menghasut suamiku yang bodoh itu?" tebak Mona.
Sesuai dengan pikirannya dan memang itu yang saat ini sedang direncanakan Arini.
"Jangan tersenyum dengan menjijikkan seperti itu dan jawablah!" tegas Mona menguatkan volume suaranya sampai orang yang lewat melihat ke arahnya.
"Karena terbiasa mendapatkan sesuatu secara instan dan sekarang dipenuhi dengan curiga dan rasa takut. Mona aku tidak perlu menggoda suamimu untuk mendapatkan apa yang sudah menjadi milikku," jawab Arini selalu menikmati kepanikan di wajah Mona.
Bersambung....