Di cerai karena anak yang dia lahirkan meninggal, membuat hati Adelia semakin terpuruk, akan tetapi beberapa hari kemudian, dia di minta untuk menjadi ibu susu anak CEO di tempatnya bekerja, karena memang dirinya di ketahui mempunyai ASI yang melimpah.
Apakah Adelia mampu menyembuhkan lukanya melalui bayi yang saat ini dia susui? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Angel.
Malam ini suasana terlihat sunyi, Adel mulai mendekap anak susunya yang kini begitu lahap menyesap benda kenyal kesukaannya itu, semenjak kejadian tadi siang, Adel masih mengiring dirinya bersama dengan Dalton, beruntung bayi ini datang sebagai pelipur lara dan pelengkap hidupnya yang selalu terombang badai kehidupan.
"Aku tidak tahu Nak, jika kita tidak dipertemukan, mungkin hidup Ibu tidak berwarna seperti ini, tahu gak kamu, sebesar apa masalah yang Ibu hadapi akan tetapi melihat wajah gembul mu menatap kau begitu lahap menyusu, dan hal-hal kecil itu bisa membuat beban di pikiran Ibu sedikit berkurang, temani proses Ibu ya ....," ucap Adel seraya berbicara dengan anak kandungnya sendiri.
Sejenak pintu kamar mulai terbuka Arthur mulai berdiri diambang pintu sana, melihat Adel yang sedang fokus memberi ASI kepada anaknya, senyum tiba-tiba terbesit di sudut bibirnya menandakan kalau ia ikut larut juga di dalam kehangatan yang Adel berikan.
"Del ...," sapa Arthur dengan tenang.
"Iya Tuan," sahut Adel.
"Ini handphone si bajingan itu, dan semua video yang menyangkut kamu sudah aku hapus semua," sahut Arthur.
"Tuan simpan saja, aku tidak mau menyimpan barangnya," tolak Adel.
"Baiklah kalau begitu," sahut Arthur lalu mulai menatap ke arah Dalton yang terlihat begitu lahap menyesap sumber makanannya.
Tidak lama kemudian mulut mungil itu mulai melepas sendiri benda kenyal itu dari bibirnya.
"Tuh sudah kekenyangan itu makanya di lepas sendiri," ucap Arthur.
"Iya, dia kalau udah kenyang plus lelah maka akan tertidur dengan sendirinya tanpa banyak drama," ujar Adel.
"Yang penting ibunya senang pikiran tenang, makan tercukupi gizinya, dengan begitu air susuh yang di hasilkan melimpah dan bayi pun tidak akan rewel," sahut Arthur yang membuat Adel tersenyum simpul.
"Tuan, tahu benar mengenai bayi, Dalton nantinya akan bangga memiliki ayah seperti anda," ucap Adel.
"Aku hanya belajar menjadi yang terbaik untuk dia, karena aku tahu kesalahan terbesarku membuat dia jauh dari ibunya," sahut Arthur yang memang mencoba untuk berdamai dari kesalahannya di masa lalu.
Adel mulai menidurkan Dalton sementara Arthur hanya menatap cara Adel yang begitu lembut memperlakukan putranya. "Pantasan Dalton betah bersama Adel karena ia benar-benar-benar memperlakukan Dalton dengan baik," ucapnya lirih.
Suasana rumah sunyi. Dalton sudah tidur di kamar, Adel berada di dapur mencuci botol susu, sementara Arthur duduk di ruang tamu dengan mata menatap kosong ke layar ponsel. Sebuah video diam-diam ia ambil, hasil dari CCTV kamar Dalton.
Terlihat jelas: Angel masuk diam-diam, menatap Adel dan Dalton dengan penuh rasa iri. Kata-katanya yang sempat terekam kecil namun cukup terdengar:
"Kamu pikir kamu pantas dapatkan semua ini, Del? Bahkan anak itu pun... seharusnya aku yang ada di sana."
Arthur menghela napas panjang, menahan amarah yang mendidih. Tapi bukan amarah yang ia cari malam itu, melainkan kebenaran, dan sebab musabab, tentang tingkah adiknya yang selama ini cukup aneh mengenai dirinya, hingga akhirnya membuatnya memberanikan diri untuk menyelidikinya.
Semenjak kejadian tadi pagi Arthur mulai diam-diam mengecek CCTV dan ternyata memang selama ini kecurigaannya terhadap Angel terjawab sudah.
☘️☘️☘️☘️☘️
Sementara di luar kota sana saat ini Adel sedang di kejutkan dengan kabar yang kurang sedap mengenai rencana Bima yang gagal membuat nama baik Adel hancur.
"Ah! Sial ... Dasar pria tidak berguna mengurus gadis plango-plongo kaya Adel saja gak becus!" amarah Angel menggelegar.
Wanita itu mulai melempar barang yang ada di hadapannya, hingga amarahnya tidak terkendali, semua barang-barang yang di kepah pecah berserakan memenuhi ruangan apartemennya.
"Kau boleh menang sementara, wanita kampung! Aku tidak sudi jika kau terus-menerus mengusik kehidupanku, kau itu pengrusak kebahagiaanku tahu, lima tahun aku menunggu Kak Arthur pisah dengan istri pertamanya, kau pendatang baru ingin menduduki singgah sana ku langkai dulu mayatku!" desis Angel dengan amarah yang meluap-luap.
Angel pun mulai terduduk di sofa yang lantainya susah dipenuhi oleh pecahan kaca, di saat dirinya mulai menangisi kegagalannya tiba-tiba saja handphone nya berdering, dari ibu kandungnya yang ada di belahan negara lain.
"Halo Mam ada apa" tanya Angel dengan suara isaknya.
"Nak, kamu kenapa?" tanya suara dari seberang sana.
"Aku hancur Mam rencanaku untuk membongkar kedok wanita yang sekarang dekat dengan Kak Arthur gagal total," sahut Angel.
"Nak, kau harus bermain dengan tempo dan ritme yang halus tapi tepat pada sasaran," sahut ibunya itu bukannya mengarahkan malah mendukung perbuatan anaknya.
"Maksud Mama gimana?" tanya Angel.
"Temuilah Kakakmu besok minta maaflah pada dia dan wanita itu, bukan dari hatimu, melainkan ada desakan kecil yang mengharuskan kamu melakukan itu," sahut ibunya itu.
"Oh begitu ya baiklah kalau memang cara yang mama anjurkan ini berhasil aku akan jalani besok padi," ucap Angel dengan seringai di wajahnya.
Angel mulai mematikan ponselnya, rasanya begitu lega setelah menerima telepon dari ibunya, yang selalu memberikan dukungan dan juga arahan.
"Besok aku akan datang ke sana," seringai Angel sambil menggenggam sedikit tangannya.
Pagi itu, mentari bersinar lembut menyusup lewat jendela kaca besar di ruang tengah. Arthur duduk di kursi sambil menyesap kopi, Adel berdiri di belakangnya, menggenggam tangannya dengan halus—seolah memberi kekuatan diam-diam. Luka semalam masih menggantung, tapi pagi itu justru diwarnai kedatangan sosok yang tak diduga-duga.
Angel datang mengenakan dress putih sederhana, wajahnya tanpa riasan, rambut digerai, dan mata sembab. Seperti seseorang yang baru saja bertarung dengan batin sendiri. Ia melangkah pelan, lalu menunduk dalam.
“Aku minta maaf…,” ucapnya pelan, hampir seperti bisikan. “Aku... aku nggak tahu kenapa aku setega itu ke kalian. Aku cuma merasa... ditinggalkan. Aku kesepian...," ucap Angel seketika tatapan Arthur mulai mencoles ke arahnya.
Adel menunduk, diam. Tak ada satu pun kata yang keluar dari bibirnya.
Arthur mengernyit, tidak langsung menjawab. Wajahnya datar, sorot matanya masih menyimpan luka. Namun sebagai kakak, nalurinya tak bisa langsung membalas dengan kemarahan.
“Maaf, Angel, kau bukan sekadar cemburu. Kau sudah melewati batas,” jawab Arthur dingin namun tenang.
“Kalau kamu datang hanya untuk minta maaf, kami terima. Tapi kalau kamu mengharapkan semuanya kembali seperti semula... maaf, tidak bisa," tegas Arthur.
Angel menggigit bibirnya, seolah menahan tangis. Tapi jauh di balik matanya yang berkaca-kaca itu, ada bara kecil yang menyala. Ia menangis bukan karena menyesal akan tetapi. Luka harga diri dan rasa kalah membuatnya belum benar-benar menyerah.
“Aku ngerti... aku memang salah,” bisiknya lagi, dan kedatanganku kali ini hanya ingin meminta maaf kepada kalian dan untuk Kak Arthur tolong tetap ijinkan aku untuk tinggal di rumah ini," pinta Angel.
"Aku tidak percaya begitu saja, dengan seseorang sudah berani berkhianat sekalipun itu saudaraku sendiri, dan untuk sekarang aku pertegas kan lagi agar kamu pergi saja dari rumah ini," ucap Arthur masih dengan nada tenang meskipun amarahnya sudah meluap.
Arthur mulai memberanikan menatap wajah Angel yang langsung tertunduk ketika sorot matanya mulai menyapu pandangannya wanita itu.
"Aku ingin tanya sekali lagi kenapa kau berbuat seperti itu, bersekongkol dengan mantan suami Adel untuk menghancurkan dia, padahal dia tidak pernah mengusik kehidupan mu?" tanya Arthur kali ini tatapannya benar-benar menakutkan.
Sementara Angel menunduk, gelisah. Lalu tertawa hambar. “Karena dia mencuri semuanya dariku," sahutnya dengan berani, sedangkan Adel hanya menyimak ucapan yang keluar dari bibir perempuan itu.
Arthur menatap tajam, meski nada suaranya tetap tenang.
“Semuanya? Maksudmu… Dalton? Atau aku?”
Angel terkejut. Ia tidak pernah menyangka kalau Arthur bisa berkata sejauh itu, dan menebaknya dengan tepat sasaran.
“Angel… jangan berpikir aku nggak tahu. Kamu sengaja menggiring Adel ke posisi salah, bahkan kaku menginginkan wanita ini hancur dihadapan dunia, karena kamu cemburu melihat keseriusanku terhadap wanita ini, ingat Adel kau hanya adik tiri, dan sampai kapanpun aku hanya menganggap mu sebagai Adik tidak lebih," tekan Arthur di akhir kalimatnya.
Angel tersentak ia tidak menyangka kalau Arthur akan mempermalukan dia di hadapan wanita yang saat ini ia benci, bahkan dengan kuat Angel mulai mengepalkan jemarinya.
"Aku tidak pernah meminta untuk jatuh cinta tapi aku juga tidak tahu kapan cinta itu datang dan bertahta," sahut Angel yang akhirnya memberanikan diri.
"Cinta mu itu salah, buang jauh-jauh sebelum aku benar-benar membencimu," ucap Arthur. Lalu berdiri, menuntun Adel kembali masuk ke dalam rumah.
Angel berdiri sendiri di teras. Saat langkah kaki keduanya menghilang di balik pintu, wajah Angel berubah. Sorot matanya tajam. Senyum kecil tercipta di sudut bibirnya.
"Kau boleh bahagia dan menertawakanku wanita kampung, tapi lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan padamu.
Bersambung ....
Mohon doanya ya kak semoga lolos bab terbaik. Dan tetap semangat ya baca kelanjutannya.
vote pun udah meluncur lho