Keanu Wiratmadja
Presdir muda yang tak pernah tertarik pada seorang wanita selama hidupnya, tiba-tiba hatinya tergerak dan ingin sekali memilikinya. Karena dia wanita pertama baginya.
Keana Winata
Putri semata wayang yang sangat disayangi ayahnya, tapi bukan berarti dia putri yang manja. Dia berbeda, sehingga dapat membuat seseorang tergerak hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ade eka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Ken mencondongkan wajahnya ke samping telinga Ana. "Tangannya akan dipukul 100 kali", ucapnya setengah berbisik. Ken menarik wajahnya kemudian menyeringai seram.
***
Tubuh Ana menegang, wajahnya memaku saat Ken berbicara tepat di telinganya. Ana bergidik, kali ini bukan karena rasa geli tapi lebih karena rasa takut. Dia meringis sendiri membayangkan apa yang akan terjadi dengan tangannya nanti.
Ana menjadi panik, dia tak ingin menerima hukuman semacam itu. Ana meronta-ronta mencoba melepaskan diri. Sekuat tenaga Ana berusaha mendorong tubuh Ken dengan kedua tangannya. Tapi apalah daya, lawannya adalah seorang pria yang tenaganya jauh di atasnya.
Ana terus meronta hingga rak dibelakangnya bergoyang tak seimbang. Dan akhirnya beberapa barang jatuh. Ken berusaha melindungi Ana, dia menjadikan kepala dan bahunya sebagai tameng untuk mereka. Meskipun yang jatuh hanyalah beberapa botol kecil saus tetap saja membuat kepalanya berdenyut.
Otomatis Ken mengendurkan perangkapnya pada Ana. Ana memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur dari Ken yang sedang mengelus-elus kepalanya sambil mengernyit kesakitan.
Ana membawa papan dengan tumpukkan kertas itu dan kalkulator di atasnya. Dia berjalan menuju meja di teras minimarket. Ana melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi. Ken menyusulnya sambil membawa kopi yang tadi dia pesan. Dia menarik sebuah kursi dan duduk di hadapan Ana. Ken terus tersenyum memandangi Ana yang terlihat serius. Ana mengetahuinya, tapi dia berpura-pura masa bodoh.
"Heh, apalagi yang mau dilakukan Tuan yang gila ini. Sungguh menguji kesabaranku saja", desah Ana dalam hati.
Han memperhatikan dari dalam mobil sambil tersenyum.
"Ohh, jadi ini alasan mengapa Tuan jadi lebih tampan hari ini dan juga mengapa dia terus tersenyum sepanjang jalan tadi. Sungguh Tuan sudah memiliki kemajuan yang sangat banyak. Kurasa Tuan sudah menyukai wanita ini. Seandainya saja ada Tuan Sam di sini, pasti dia akan lebih senang melihatnya. Entah keajaiban apalagi yang akan terjadi nanti. Aku jadi tidak sabar", gumam Han di dalam mobil. Han terus menyunggingkan senyuman saat tahu kenyataan bahwa bossnya sudah bisa menyukai seorang wanita.
"Ahh, aku jadi iri padamu Tuan. Semoga secepatnya aku juga bisa menemui jodohku, Ya Tuhan", ucapnya kemudian menengadahkan kepalanya ke atas memohon pada Yang Kuasa.
Ken sudah merasa bosan, karena Ana terus mendiamkannya. Dia berusaha mencari perhatian Ana dengan mengganggu konsentrasinya. Mulai dari mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja hingga bernyanyi dengan keras dan nada yang sumbang. Usahanya masih gagal, Ana hanya merespon dengan gelengan kepala. Kali ini usaha terakhir, Ken menggebrak meja dengan keras, otomatis papan dengan kertas dan kalkulator yang dipegang Ana sedikit melompat ke udara.
Ana begitu kaget dibuatnya. Matanya mendelik ke arah Ken, "Sebenarnya apa sih mau mu? Kenapa kau terus saja menggangguku".
Ken senang usahanya berhasil membuat Ana melihat ke arahnya. Dia menopang dagunya dengan satu tangan yang bertumpu pada meja. Dia memiringkan sedikit kepalanya dan tersenyum sangat manis.
Tiba-tiba tubuh Ana menegang. Dia merasakan jantungnya mulai tak berkompromi. Wajahnya memaku memandang Ken.
"Ya Tuhan, mengapa laki-laki gila ini tampan sekali. Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa jantungku terus berolahraga seperti ini. Astaga pipiku pasti sudah seperti tomat", gumam Ana dalam hati.
"Wahh lihatlah pipimu, sudah seperti tomat! haha", ucap Ken sambil terbahak seperti tahu apa yang dipikirkan Ana.
Ana tersentak sadar dengan ucapan Ken. Dia makin geram dengan tingkah Ken yang terus saja menggodanya. Ana mengipasi wajahnya yang sudah panas itu dengan kedua tangan untuk menetralisir emosinya.
"Aku datang ke sini, jelas untuk bertemu denganmu. Memangnya apalagi. Aku akan mengantarmu pulang", jelas Ken singkat kemudian mengalihkan pandangannya ke arah mobil dan melihat Han sedang memperhatikan mereka. Han yang ketahuan jadi salah tingkah di dalam mobil, dia langsung berpura-pura memainkan ponselnya.
"Kalau aku tidak mau?!", Ana mencoba menolak.
"Beraninya kau menolakku?! Aku tadi sudah menyelamatkan mu dari botol-botol saus yang jatuh, kau lihat ini kepalaku sakit semua. Aku meminta ganti rugi untuk ini", ucap Ken sambil menunjukkan kepalanya yang tadi kejatuhan botol.
"Hey, itu hanya beberapa botol kecil Tuan. Kau ini pria atau apa hah. Beraninya mengancam wanita!", ujar Ana tersulut emosinya.
"Baik aku akan melakukan visum dan melaporkannya pada polisi atas tindakan penganiayaan. Bagaimana?!", ucap Ken dan menaikkan salah satu sudut bibirnya.
"Kau ini, apa karena kau orang penting lalu bisa seenaknya begini hah", Ana berbicara agak keras sambil berkacak pinggang.
Ken menahan tawanya melihat tingkah Ana.
"Aku berlaku seenaknya hanya padamu saja. Dan apa kau tau, bahkan aku belum memberimu hukuman dari yang sebelumnya", ucap Ken menyeringai seram dan matanya menatap Ana tajam.
Ana merasakan aura dingin menyerangnya. Dia tak mampu melawan Ken lagi. Membayangkan tangannya akan dipukuli sampai 100 kali membuat nyalinya yang tadi membara menjadi ciut hanya seperti nyala lilin.
Ana menundukkan kepalanya, meraih pulpennya dan melanjutkannya pekerjaannya. "Baiklah, tunggu aku 30 menit lagi", ucap Ana sangat pelan bahkan lebih seperti dia sedang menggerutu.
"Apa? Aku tidak mendengarnya".
"Baiklah, tunggu aku 30 menit lagi", Ana menaikkan sedikit suaranya.
"Kemana suaramu yang lantang tadi, hah. Aku tidak mendengar apa yang kau katakan", ucap Ken menahan tawanya.
Ana menaikkan pandangannya mengarah pada Ken. "Baiklah, tunggu aku 30 menit lagi. Puas !", ucapnya sedikit membentak. Kemudian menundukkan kepalanya lagi, meneruskan pekerjaan sambil terus menggerutu tidak jelas.
"Benar-benar menyenangkan menggodanya seperti ini", ucap Ken dalam hati.
Sudah 10 menit Ken menunggui Ana meneruskan pekerjaannya. Rasa bosan datang lagi menghampirinya. Dia penasaran sebenarnya apa yang dikerjakan oleh Ana, sehingga dia begitu serius dan mengacuhkannya.
Ken menghampiri Ana. Dia berdiri di belakang Ana dan membungkukkan badannya agar bisa melihat apa yang Ana kerjakan. Kini wajah Ken berada di sebelah wajah Ana.
Merasakan ada hawa dingin di sebelahnya, Ana menoleh. Dan tak sengaja bibir Ana menyentuh pipi Ken. Refleks Ana menjauhkan wajahnya. Ken malah terkekeh dibuatnya.
"Wahh, kau makin berani menyentuhku rupanya. Hukuman yang sebelumnya saja belum ku berikan. Lalu kau sudah menginginkan hukuman tambahan rupanya", ucap Ken berpura-pura serius.
"Hey, kau yang tiba-tiba ada di sebelahku. Jadi apa ini masih bisa dibilang juga salahku", ucap Ana membela diri.
"Sudah jelas ini salahmu karena berani menyentuhku lagi", ucap Ken tak mau kalah.
"Hey, siapa yang korban di sini sebenarnya hah. Aku ini juga korban", ucap Ana lagi.
"Baiklah aku tidak akan menghukummu kali ini, tapi kau harus menuruti perintahku", ucap Ken yang raut wajahnya sudah merencanakan sesuatu.
"Apa?".
"Kita ulangi kejadian tadi dan kau tidak akan menyentuh pipiku", ucap Ken sambil tersenyum penuh arti.
"Emmh, baiklah", jawab Ana sedikit ragu.
Ken sudah berdiri dibelakang Ana. Dan Ana sudah meneruskan pekerjaannya lagi. Ken membungkukkan badannya lagi hingga wajahnya tepat di sebelah wajah Ana.
Jantung mereka memompa sangat kencang.
"Wah, aku sudah tidak sabar", ucap Ken senang dalam hatinya.
"Kenapa jantungku sekarang begini. Apa yang sebenarnya dia rencanakan. Perasaanku jadi tidak enak", gumam Ana dalam hati.
"Siap?", tanya Ken menahan senyumnya. Ana menjawab dengan anggukan.
"Mulai".
Ana menoleh ke arah wajah Ken, tapi Ken malah sengaja ikut menoleh ke arah Ana sehingga bibir mereka bertemu. Ana membulatkan matanya lebar. Saat akan menjauhkan wajahnya, Ken menahan tengkuk kepalanya dan menyesap lembut bibir Ana.
Han yang melihat pemandangan langka pun tak melewatinya. Dia merasa malu sendiri dan menutupi wajahnya dengan jemari tangan nya yang merenggang. Yang jelas saja, Han masih ketagihan melihat adegan bossnya itu.