Evan adalah seorang pemuda miskin yang membangkitkan kekuatan mata api di dalam dirinya. Mata api ini memiliki kemampuan yang luar biasa, mampu menembus pandang, kekuatan medis legendaris, ahli beladiri tidak tanding.
Kehidupan Evan juga seketika mulai berubah, dari yang sebelumnya begitu di remehkan, kini orang yang paling di idamkan.
Istri yang dia nikahi secara tiba-tiba, secara perlahan juga jatuh hati kepadanya dan bahkan banyak gadis-gadis cantik yang mendekatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 24 DEMI HUBUNGAN INI
"Adik, kamu sampai juga, ayo sini duduk!" ujar Jakson.
Setelah peristiwa sebelumnya, Jakson juga sudah menganggap Evan seperti adiknya sendiri.
Evan juga hanya tersenyum kepada Lisa, karena walaupun mereka adalah suami istri, tapi hubungan mereka tidaklah dekat. Evan juga langsung duduk dan mengobrol dengan Jakson.
"Adik...?" Lisa tampak bingung mendengar Jakson memanggil Evan dengan sebutan adik.
Sebenarnya ada hubungan apa antara Evan dan tuan Jakson yang menjadi tanda tanya bagi Lisa.
Kemudian asisten tiba-tiba saja dengan ramah meminta Lisa untuk keluar dari ruangan Jakson.
Lisa juga hanya bisa berjalan keluar meninggalkan ruangan itu dengan penuh rasa penasaran akan hubungan Evan dengan tuan Jakson.
Sementara itu, Evan sendiri juga penasaran dengan apa yang sedang di lakukan Lisa di tempat ini. Sebelumnya kakek Darmawan mengatakan bahwa Lisa pergi pagi-pagi sekali dari rumah karena masalah pekerjaan.
"Kak Jakson, kalau boleh tahu apa yang di lakukan Lisa barusan di sini?" tanya Evan.
"Oh nona Lisa, dia sedang mengajukan kerja sama dengan perusahaan ku, tapi kami sudah hampir sepakat bekerja sama dengan perusahaan lain, jadi aku menolaknya," jawab Jakson.
Jakson juga mengatakan bahwa Lisa ini terus berusaha untuk membujuknya agar mau bekerjasama dengan perusahaanya. Pada awalnya Jakson menolaknya karena perusahaan Lisa masih kekurangan stok bahan baku giok untuk membuat perhiasan.
Tapi kini mereka telah mempunyai banyak giok, namun sayangnya sudah sedikit terlambat. Perusahaan lain sudah terlebih dahulu menemui Jakson dan nanti sore akan langsung tanda tangan kontrak.
Evan juga langsung mengerti kenapa pada pasar judi batu sebelumnya, Lisa begitu menginginkan batu giok yang dia dapatkan. Ternyata semua itu Lisa lakukan untuk dapat bekerja sama dengan Jakson, pikirnya.
"Kenapa memangnya, sepertinya kalian tadi juga terlihat saling mengenal?" tanya Jakson.
"Wanita yang bernama Lisa tadi adalah istriku," jawab Evan.
"Istri..." Jakson tampak kaget.
Jakson sama sekali tidak menyangka bahwa ternyata Lisa adalah istri dari Evan.
"Adik, kenapa kamu tidak pernah mengatakannya bahwa nona Lisa adalah istrimu," ujar Jakson.
"Jika tahu dari awal, aku pasti sudah bekerja sama dengan perusahaannya tanpa perlu mempertimbangkan apapun," sambung Jakson.
Evan adalah penyelamat yang telah menyelamatkan hidupnya dan Jakson berhutang nyawa terhadapnya, jika istrinya mengajukan kerjasama, mana mungkin Jakson menolaknya.
Kini Jakson justru langsung merasa tidak enak kepada Evan. Bagaimana bisa dia menolak bekerjasama dengan istri penolongnya sendiri.
"Tuan Jakson tidak perlu meras tidak enak, aku juga belum lama menikah dengannya," ujar Evan.
"Mengingat bagaimana pun Lisa adalah istriku, bisa tuan Jakson untuk mempertimbangkannya," sambung Evan.
Walaupun pernikahan mereka tidak bisa di sebut sebuah pernikahan yang di pikirkan semua orang, tapi Lisa tetaplah istrinya, jadi Evan juga membantunya.
"Ya, kalau begitu aku akan memutuskan untuk memberikan proyek kerjasama ini kepada nona Lisa," balas Jakson.
Jakson segera menghubungi asistennya untuk membatalkan rencana kerjasama dengan Satrio group dan menjadikan Darmawan group sebagai mitra kerjasama nya.
Sementara itu, Lisa kini telah berada di luar royal hotel dan menghampiri Jesika yang telah menunggunya.
"Lisa bagaimana?" tanya Jesika.
"Huh... tuan Jakson sudah mendapatkan mitra kerjasama dengan Satrio group," jawab Lisa tampak begitu kecewa sambil menghela nafasnya.
Kemudian sebuah panggilan telepon masuk ke ponsel milik Lisa yang berasal dari asistennya Jakson.
"Halo nona Lisa, ini saya asisten pribadinya tuan Jakson," ujar asisten di telepon.
"Iya, ada apa ya?" tanya Lisa.
Lisa sedikit terkejut tiba-tiba saja asisten dari Jakson menghubungi nya.
"Tuan Jakson bersedia untuk bekerja sama dengan perusahaan nona Lisa," jawab asisten.
Sontak saja Lisa terkejut mendengarnya, sebelumnya tuan Jakson telah menolaknya, tapi kini justru menerimanya.
"Nona Lisa bisa datang untuk langsung menandatangani kontraknya nanti sore," sambung asisten.
Seketika Lisa juga langsung menjadi bersemangat kembali.
"Baik-baik, terima kasih," balas Lisa.
Panggilan itu kemudian juga berakhir, Lisa tampak begitu sangat senang sekali kali ini.
"Lisa ada apa?" tanya Jesika.
Lisa menjelaskan bahwa tiba-tiba saja tuan Jakson setuju untuk bekerja sama dengan dirinya dan memintanya nanti sore untuk datang menandatangani kontraknya.
"Ini bagus sekali, selamat, akhirnya kamu berhasil mendapatkan kerjasama ini," ujar Jesika juga ikut senang.
"Ayo kita ke kantor sekarang, aku harus menyiapkan semua proposal yang di butuhkan secepatnya," ujar Lisa.
Mereka segera masuk kedalam mobil dan langsung pergi menuju ke perusahaan Lisa. Sepanjang jalan Lisa terus berpikir bagaimana bisa tuan Jakson berubah pikiran seperti ini.
"Apa ini ada hubungannya dengan Evan?" pikir Lisa dengan penuh tanda tanya.
Lisa belum mengetahui bahwa Evan memiliki hubungan yang sangat baik dengan Jakson. Semua itu karena Lisa dan Evan tidak begitu dekat, sehingga tidak mengetahui satu sama lain.
Jakson mengajak Evan ke sebuah ruangan VIP khusus pribadi miliknya dan makan bersama di sana. Ruangan itu merupakan ruangan pribadi milik Jakson yang tidak bisa di masuki oleh sembarang orang tanpa seijinnya. Tampak begitu banyak sekali makanan dan minuman mewah di atas meja yang tersedia di sana.
Mereka berdua juga mulai menyantap makanannya sambil mengobrol. Di dalam obrolan itu, Jakson mengatakan bahwa dirinya sangat hobi mengoleksi barang-barang antik.
Selain sebagai pebisnis yang sukses, Jakson juga merupakan seorang kolektor barang antik.
"Lukisan pacuan kuda itu adalah salah satu koleksi barang antik terbaik yang aku miliki," ujar Jakson sambil menunjuk ke sebuah lukisan yang terpasang di dinding.
Tampak sebuah lukisan pacuan kuda yang sudah rapi terbingkai dan terpasang di tembok ruangan itu.
"Aku mendapatkannya pada suatu pelelangan dengan harga 15 milyar, umur lukisan ini setidaknya berusia lebih dari 500 tahun lalu," sambung Jakson.
Evan cukup terkejut mendengar, harga sebuah lukisan yang mencapai 15 milyar. Evan juga tahu tentang barang antik, tapi tidak pernah menyangka ternyata barang antik juga memiliki nilai yang tinggi seperti batu giok.
Evan mulai menatap ke lukisan itu dan mengeluarkan kekuatan mata apinya. Sekilas cahaya api terlintas di kedua mata Evan. Bola mata Evan langsung berubah menjadi bola api yang membara.
Pandangan Evan langsung menembus lukisan pacuan kuda tersebut. Seketika tampak muncul keanehan pada lukisan itu yang membuat Evan langsung mengetahuinya bahwa lukisan itu bukanlah barang antik.
"Menghabiskan 15 milyar untuk membeli sebuah barang palsu, bukankah akan sangat rugi," pikir Evan.
"Kak Jakson, aku rasa ada masalah dengan lukisan pacuan kuda ini," ujar Evan.
"Maksudmu bagaimana, ada masalah apa?" tanya Jakson.
"Aku rasa lukisan ini bukanlah barang antik," jawab Evan.
Jakson langsung terdiam seketika mendengar perkataan Evan ini. Bisa-bisanya Evan berkata bahwa lukisan yang dia beli adalah barang palsu. Padahal dirinya sudah mengamati dan mengeceknya beberapa kali untuk memastikannya sebelum membayarnya.
"Aku sudah menggeluti dunia barang antik ini puluhan tahun, menurut pengetahuan ku, lukisan ini adalah asli," balas Jakson.
"Apa kamu juga mengerti tentang barang antik, sehingga mengatakan lukisan pacuan kuda ini adalah barang palsu," sambung Jakson.
"Aku hanya tahu sedikit saja tentang barang antik," balas Evan.
"Adik, hanya melihat saja tidak bisa menentukan barang itu palsu atau bukan, untuk menentukannya, memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang banyak, baru bisa untuk menilainya," ujar Jakson.
Kemudian Evan langsung melangkah kedepan lukisan itu dan mengeluarkan korek api, lalu membakar pada bagian ujung lukisan.
Hal itu tentu saja membuat Jakson terkejut, namun yang terjadi selanjutnya semakin membuatnya bertambah terkejut lagi.
Panas api yang membakar ujung lukisan itu membuat cat warnanya meleleh dan menetes di lantai.
"Ini..." Jakson terkejut dengan apa yang di lihatnya, beberapa tetes cat berwarna biru jatuh di atas lantai.
"Kak Jakson, apa mungkin cat warna seperti ini sudah ada pada 500 tahun yang lalu?" ujar Evan.