Dark romance dewasa.
Ayahnya yang seorang Adipati, difitnah dan seluruh keluarganya Kirana dibunuh. Kirana berhasil meloloskan diri dari maut bersama dayang kesayangannya yang bernama dayang Sumi. Di dalam pelariannya, Kirana singgah di Dukuh Seti dan Kirana secara tidak sengaja menyembuhkan seorang wanita di dukuh Seti. Wanita itu ternyata seorang ronggeng. Kirana akhirnya tinggal bersama ronggeng itu dan terpilih jadi ronggeng selanjutnya. Kirana terpaksa bersedia karena jika menjadi ronggeng dia diijinkan masuk ke pendopo agung. Dia ingin membunuh orang pertama yang memfitnah ayahnya dan orang itu tinggal di pendopo agung. Namun, dia justru dikejutkan dengan adanya penggerebekan dan dia menjadi tawanannya Mahapatih Lingga yang dingin dan kejam. Bagaimana nasib Kirana selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Garwa Ampil
Kirana sontak membeku saat dia menemukan keseriusan di wajah pria tampan yang lengannya tengah memeluk erat pinggang Kirana.
"Diam kamu aku anggap iya" Lingga memajukan wajahnya secara perlahan dan tepat di saat dia hampir memagut bibir ranum menggoda yang sudah menyiksa angannya selama berhari-hari, terdengar teriakan histeris seorang wanita, "Lingga!"
Kirana tersentak kaget dan refleks mendorong dada Lingga. Sebelum Lingga menarik lengannya, dengan cepat Kirana berenang ke tepian. Gadis itu bergegas memakai kembali bajunya untuk menutupi dress putih panjang transparan yang dia pakai untuk berendam tadi. Saat Kirana memakai bajunya, di saat itulah ia melihat Lingga memeluk wanita lain dan berciuman dengan wanita lain.
"Dasar B*j*ng*n!" Teriak Kirana dengan kedua tangan mengepal lalu gadis cantik itu berbalik badan dan pergi meninggalkan Lingga.
"Tzk! Hampir saja aku termakan rayuan si brengsek itu. Sekali b*j*ng*n tetap b*j*ng*n, cih!" Kirana melangkah lebar dengan umpatan kesal.
Lingga sontak mendorong kedua bahu wanita yang sudah lancang masuk ke dalam danau lalu memeluk pinggangnya dan memagut bibirnya. "Siapa kamu?!" Lingga mencekik wanita itu.
Wanita cantik itu dengan lincahnya bisa melepaskan diri dari cekikan Lingga lalu dia tersenyum menggoda dan berkata sambil melangkah mundur, "Kamu lupakan aku setelah kamu menikmati tubuhku di malam pernikahan kamu dengan garwa ampil kamu, Lingga?"
Lingga mengulurkan tangannya ingin mencekik wanita itu sambil berteriak, "Aku tidak ingat pernah bertemu denganmu! Katakan siapa kamu!"
Dengan teknik ilmu beladiri yang cukup tinggi, wanita cantik itu berhasil menginjakkan kakinya ke tepian danau lalu menunjuk Lingga, "Aku akan datang menemui kamu lagi bersama dengan anak kita, hahahaha!!!!!" Lalu wanita itu berbalik badan dan lenyap dari pandangan Lingga.
Lingga terkesiap kaget mendengar kata anak lalu dia terbang keluar dari dalam air untuk mengejar wanita itu tapi Lingga tidak bisa menangkapnya. "Sial! Siapa dia? Kenapa aku tidak ingat sama sekali pernah bertemu dengannya apalagi tidur dengannya. Lalu kenapa ada kata anak? Sial! Kirana" Lingga bergegas berbalik badan lalu mengejar Kirana dengan ilmu meringankan tubuhnya yang sangat hebat.
Lingga menghentikan laju larinya saat dia menemukan Kirana dibawa masuk ke dalam kereta kuda yang sangat mewah dan itu adalah kereta kuda.......ayahnya.
"Ayah? Apakah benar Ayah yang berada di dalam kereta kuda itu?" Lingga mengejar kereta kuda itu dan menemukan kereta kuda yang berhenti di depan kediamannya Adipati Kavi telah kosong.
Lingga melesat masuk ke dalam dan bergumam, "Semoga Kirana baik-baik saja"
Lingga mengentikan langkahnya di depan pendopo agung kediamannya Kavi dan di sana, Lingga melihat ayahnya sudah duduk tegak di kursi besar sedangkan Kavi dan Kirana duduk bersimpuh di depan ayahnya Lingga.
"Pangeran Lingga sudah datang, raja" Pelayan setianya raja berbisik di telinganya raja.
"Bawa dia masuk!" Perintah raja dengan wajah datar
"Sendika dhawuh, raja"
Di Kerajaan Kediri, tak ada yang lebih gelap daripada hati Pangeran Lingga yang memiliki jabatan Mahapatih. Hatinya adalah labirin es, dan satu-satunya kompas yang bisa menuntunnya saat ini adalah sang putri dari mendiang Adipati Arkan yang statusnya masih buruk, pengkhianat kerajaan. Nama putri itu adalah Kirana.
Lingga berjalan memasuki pendopo agung itu dan melangkah mendekati sang raja dengan wajah kaku. Dia masih bingung sampai di detik ini, apakah dirinya membenci atau merindukan ayahnya. Jarak rasa benci dan rindu yang ada di hati Lingga untuk sang ayah hanyalah setipis kertas Daluang. Lingga akhirnya memutuskan di dalam hatinya, aku akan meminta Kirana menjadi garwa ampilku sebelum ayah menjatuhi Kirana hukuman mati jika Kirana dikaitkan dengan kasus ayahnya Kirana.
"Saya mohon jangan sakiti Kirana, Raja! Gadis ini tidak bersalah dia.....
Raja memerintahkan Kavi untuk keluar dengan menunduk tajam pintu keluar tanpa mengeluarkan kata dan Kavi melangkah pergi dari pendoponya sendiri dengan langkah gemetar dan terus berdoa di dalam hatinya untuk keselamatannya Kirana.
Lingga melihat Kirana pertama kali saat gadis cantik itu tengah melawan si bandot tua yang hendak merenggut kesuciannya. Keberanian dan ketangguhan gadis itu mengusik hati Lingga. Lingga bahkan terpaku di depan pintu kamar si bandot tua itu cukup lama ia menebas kepala si bandot tua. Kirana dibawa ke hadapan raja, ayahnya, sebagai tawanan perang. Pakaiannya sederhana, rambutnya yang hitam lurus dan indah tertutup debu keindahannya, namun matanya, mata yang seolah menyala seperti bara api, memancarkan kebencian yang murni. Di mata itulah Lingga selalu menemukan keindahan yang brutal.
Raja, yang mengetahui bahwa Kirana adalah putri dari Adipati Arkan Nitiyoga, Adipati yang sudah berkhianat dan menyebabkan garwa ampil kesayangan raja meninggal dunia bersama prajurit-prajurit terbaiknya langsung meneriakkan, "Kenapa kamu menahan dan melindungi putri seorang pengkhianat, hah?! Kau tidak membunuhnya? Padahal ayahnya yang sudah menyebabkan ibu kamu meninggal mengenaskan di Medan pertempuran. Mana bakti kamu kepada mendiang ibu kamu, hah?!"
Lingga tersentak kaget, "Ayahanda tahu siapa dia?" Lingga menunjuk ke Kirana yang masih bersimpuh di lantai dan masih menatap tajam sang raja.
"Aku tahu karena aku pernah bertemu dengannya di perjamuan makan bersama ayah dan ibunya sebelum ibu kamu berangkat berperang" Raja duduk tegak dengan dua tangan mengepal erat dan rahangnya mengeras menahan amarah.
"Ayah saya bukan pengkhianat!" Teriak Kirana dengan mata menyala penuh amarah.
Lingga menoleh kaget ke Kirana dan langsung memberikan kode gelengan kepala saat Kirana melihat ke arahnya. Lingga menggelengkan kepalanya karena dia ingin Kirana tidak banyak bicara.
Kirana lalu mengarahkan kepalanya ke arah raja dan tanpa sadar gadis cantik itu mengangkat kepalanya karena marah. Ia marah ayahnya masih menerima fitnahan dan dia marah karena saat ini dia masih belum diperbolehkan mengungkap kebenarannya di depan raja.
Dia teringat akan kesepakatannya dengan Lingga dan Kavi bahwa mereka akan menjebak permaisuri karena mengungkapkan kebenarannya kepada raja sama saja percuma. Semua bukti itu akan raja lenyapkan karena raja takut kepada kekuatan besar yang saat ini permaisuri genggam dan kekuatan besar itu bisa membunuh raja jika mereka terdesak. Atau bukti itu akan direbut oleh permaisuri dan raja akan dibunuh. Kalau raja mati maka putra mahkota yang akan menggantikannya dan itu sama saja dengan membiarkan permaisuri semakin berkuasa dan semena-mena. Tidak, mereka tidak menginginkan hal itu terjadi. Mereka menginginkan akar kejahatan harus dicabut semuanya.
Raja sontak bangkit berdiri dan menunjuk tajam Kirana yang sedang duduk bersimpuh di lantai dengan kepala menengadah ke singgasana raja, "Kau lihat tidak?! Dia berani melotot dan mengangkat kepalanya ke arahku. Dia bukan gadis baik-baik. Kenapa kamu tidak membunuhnya lalu kamu langsung melanjutkan perjalanan kamu ke Kediri, hah?! Kenapa malah mempertahankan dia di sisi kamu selama ini?"
"Kirana sudah mengobati racun di tubuh ananda dan Kirana juga sudah membantu ananda mengalahkan perompak asing yang hendak menyelundupkan obat-obatan dan senjata asing ke tanah Jawa ini dan bukankah itu berarti ananda dan Kirana berhak mendapatkan hadiah dari ayah sebagai raja?" Ucap Lingga dengan wajah tegas.
"Apa yang kamu inginkan?"
"Bebaskan Kirana dari hukuman mati karena dia tidak bersalah dan dia sudah berjasa pada negeri ini" Jawab Lingga.
Kirana menoleh kaget ke Lingga.
"Hanya itu?" Tanya raja.
"Iya, ayah" Sahut Raja.
"Baiklah" Sahut Raja.
Kirana hanya bisa diam mematung.
"Ucapkan terima kasih kepada raja!" Lingga menepuk pelan pundak Kirana.
Kirana sontak menyemburkan, "Terima kasih," dengan kepala menunduk.
Raja hanya diam menatap Kirana. Lalu dia mengarahkan tatapannya ke Lingga, "Lalu, apa yang kamu inginkan?"
"Ananda menginginkan Kirana menjadi garwa ampil. Nikahkan aku dengan Kirana detik ini juga Ayah! Sebelum kita pulang ke Kediri.
Kirana sontak membeliak lebar dan bergegas menoleh ke Lingga dengan wajah penuh tanya.
Alih-alih mengiyakan permintaannya Lingga, raja justru menopang dagu dan menatap ke lantai cukup lama.
Melihat ayahnya menatap lantai, dengan cepat Lingga duduk bersimpuh lalu berbisik di telinganya Kirana sebelum gadis cantik itu menyemburkan protes padanya. "Jangan protes atau niat kamu ingin membalaskan dendam ayah kamu akan terhenti sampai di sini!"
Kirana langsung mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
Aku tidak boleh berhenti sampai di sini. Aku harus menggulingkan kedudukan pamanku dan menggulingkan permaisuri. Tangan Kirana mencengkeram kedua pahanya dengan rahang mengeras kuat.
Sesungguhnya Raja sangat menyayangi Lingga dan setiap detik, setiap menit, waktu, dan hari, bahkan di setiap tarikan napasnya, ia ingin memeluk Lingga.Tapi, kekuasaan permaisuri sahnya yang sangat besar membuat raja tidak memiliki daya untuk memberontak di saat sang permaisuri mengambil Lingga di bawah asuhannya permaisuri dan raja tidak pernah diijinkan untuk menemui Lingga barang sedetik pun. Sedangkan ibunya Lingga selalu dikirim ke medan pertempuran yang pelik dengan tujuan garwa ampil kesayangannya raja itu mati di medan pertempuran. Raja sangatlah ingin mengabulkan permintaan putranya, putra yang tidak pernah ia berikan kasih sayang sejak putranya itu dilahirkan di dunia ini.
Lingga kembali berbisik di telinga Kirana saat ia melihat ayahandanya masih berpikir keras, "Hanya dengan cara ini aku bisa melindungi kamu dan membantu kamu membalaskan dendam kamu"
"Tapi, garwa ampil? Saya tidak mau. Saya tidak mau menjadi garwa ampil laki-laki brengsek seperti Anda" Bisik Kirana dengan wajah kesal.
"Kalau kamu menolaknya, maka aku tidak bisa membantumu lagi. Terserah kamu mau dihukum pancung atau dimasukkan ke kandang singa, aku tidak akan peduli lagi" Bisik Lingga.
Kirana sontak membeliak ketakutan dan tanpa sadar dia meneriakkan, "Saya mau!"
Lingga sontak bangkit berdiri sambil menunduk dan bibirnya menahan tawa kemenangan.
Raja mendongak kaget mendengar teriakannya Kirana. Di saat raja masih tersentak kaget, Lingga langsung mengatupkan kedua tangannya di depan dada, "Tolong kabulkan permintaan ananda, ayah. Bukankah ananda tidak pernah meminta apapun kepada ayah selama ini?"
Raja yang mengkhawatirkan adanya balas dendam dan membahayakan hidupnya Lingga karena dirinyalah yang memerintahkan penumpasan habis seluruh keluarganya Kirana, sontak berteriak, "Sebagai Ayah kamu, aku melarang kamu mengangkat putri dari seorang pengkhianat menjadi garwa ampil kamu. Demi keselamatan kamu. Kalau kamu menginginkannya, jadikan dia dayang dan kalau kamu sampai nekat mengangkat dia menjadi garwa ampil kamu, maka aku akan tangkap dan penggal kepalanya!"
Karena takut membayangkan kepalanya dipenggal atau dimasukkan ke dalam kandang singa sebelum dia berhasil membersihkan nama keluarganya, Kirana sontak berteriak, "Saya mau menjadi dayang!"
"Kenapa kau tidak tutup rapat mulutmu saja?!" Geram Lingga ke Kirana.
Kirana menyipitkan matanya ke Lingga sambil mendesiskan, "Saya tidak mau dipenggal"
Di saat Lingga hendak memperjuangkan impiannya, yakni memiliki Kirana sebagai garwa ampilnya, prajurit yang berjaga di depan pintu kediaman pendopo agungnya Adipati Kavi berteriak, "Putra mahkota Gandi datang berkunjung!"
Raja menoleh ke pelayan pribadinya dan pelayan pribadinya raja langsung berteriak, "Biarkan Putra Mahkota masuk!"
Lingga berputar badan ke pintu masuk dengan wajah penuh tanda tanya, "Kenapa dia bisa secepat ini berada di sini?" Gumam Lingga dengan menghunus tatapan tajamnya ke adik tirinya.
"Kenapa kamu bepergian sejauh ini? Apa kamu begitu merindukan ayah?" Tanya raja dengan senyum lebar. Senyuman yang belum pernah raja berikan kepada Lingga dan itu membuat Lingga tersenyum kecut.
"Saya ingin menjemput calon istri saya karena ibu menginginkan saya memperistri Kirana" Jawab Gandi dengan wajah santai tanpa menoleh ke Kirana.
"Apa?!" Kirana, Lingga, dan raja berteriak secara bersamaan.