MY DADDY IS MINE

Ingin rasanya Kenzo membohongi Zara, namun tatapan Zara padanya seakan menekannya untuk berkata jujur. Mungkin Zara terlalu baik untuk ia bohongi.

"Kita tidak sedekat itu Zara. Aku memang sangat menyukaimu, tapi kau sering mengabaikan perasaanku," gumam Kenzo.

Zara tersenyum membenarkan ucapan Kenzo. Sebenarnya ia masih ingat siapa Kenzo." Terimakasih Kenzo. Ternyata kamu sahabatku yang sangat baik. Tetaplah seperti ini," ucap Camilla

Keduanya membahas banyak hal hingga akhirnya Zara kembali tertidur karena pengaruh obat penenang yang kembali ia terima dari perawat. Kenzo keluar dari ruang ICU itu dan menceritakan apa pun pada Luis melalui pesan suara.

"Camilla masih mengingatmu tuan tapi bukan sebagai suamimu namun sebagai ayah tiri baginya. Apakah kamu masih ingin menjauhinya?" tanya Kenzo sambil melirik ke arah pintu kaca di mana ia bisa melihat wanita yang sangat dicintainya.

Beberapa saat kemudian Luis membaca pesan itu dan dia hanya bisa pasrah. Ia ingin Camilla kembali kepadanya sesuai dengan perasaan Camilla padanya bukan dipaksa untuk menerimanya.

"Syukurlah. Dia masih mengingatku. Setidaknya kami masih punya kesempatan untuk kembali bersama atau mulai lagi dari awal. Jika dia memang milikku maka aku yakin cintanya tetap terjaga untukku," gumam Luis memainkan bola kecil di tangannya untuk melatih pergelangan tangannya.

Kini ia berada di perusahaannya sambil menatap ke luar dinding kaca. Tidak lama kemudian pintu diketuk dengan keras dan Luis cukup kaget. Ia tahu kalau itu bukan Mac.

"Siapa yang berisik seperti itu?" ujarnya namun pintu itu sudah terbuka dan menampakkan sesosok wanita yang sudah tidak berarti lagi di hatinya.

"Kau rupanya...? Mau apa kamu ke sini dan bagaimana kamu tahu aku pemilik perusahaan ini?" tanya Kenzo dengan wajah datar pada Anna yang memberikan senyum terbaiknya.

"Aku tidak menyangka pria culun sepertimu bisa memiliki perusahaan sebesar ini. Jika tahu kamu sehebat ini, aku pasti tidak akan meninggalkanmu, Luis.

Dan kau tidak akan pernah memaksa Camilla menikahimu. Pasti kau sudah mengiming-imingi putriku dengan kekayaanmu, bukan?" sinis Anna sambil berjalan mengitari ruang kerjanya Luis yang cukup luas itu.

"Aku berterimakasih kepadamu karena kamu sudah selingkuh dengan pria lain hingga aku mendapatkan putrimu yang seratus kali jauh lebih baik dari dirimu," sarkas Luis.

"Memang benar Camilla itu sangat sayang padamu hingga ia tidak ingin menghilangkan apapun yang telah kalian lewati bersama termasuk rumahmu. Ia memujamu setinggi langit dan anehnya cinta tulusnya sebagai seorang anak kau ubah menjadi sebuah pemanfaatan untuk mendapatkan masa mudanya yang tidak bisa aku berikan padamu.

Bahkan putriku tidak pernah berdekatan dengan pria manapun yang begitu menyukainya," geram Anna menatap tajam wajah Luis.

Luis tersenyum kecut seakan mengejek mantan istrinya itu yang saat ini sedang menyesali perbuatannya sendiri." Camilla cukup dewasa untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Dia wanita sempurna yang aku impikan selama ini. Wanita yang tahu batas kehormatannya pada siapa yang pantas ia serahkan. Aku berhasil mendidiknya dan aku menuai hasilnya itu. Sekarang pergilah dari kehidupan kami. Keluarlah dari sini sebagaimana kau masuk tadi. Aku sangat sibuk saat ini," usir Luis kembali membuka laptop miliknya.

"Dasar sial...! Lihat saja nanti aku akan meminta putriku meninggalkan mu. Aku tahu jika kau menikahinya hanya untuk membalas dendam pada ku karena telah mengkhianati mu," ucap Anna lalu melangkah pergi dengan hati gusar.

Luis memejamkan matanya sambil menarik nafasnya. Ia sangat bersyukur Camilla tidak melihat perdebatan ibunya dan dirinya saat ini. Namun hatinya tiba-tiba merasakan kerinduan yang amat mendalam pada istrinya.

"Camilla. Aku harap ingatanmu kembali pulih dan kita akan kembali bersama," ucap Luis.

...----------------...

Satu bulan kemudian, Kenzo membawa pulang Camilla ke kota asal mereka dengan menumpangi helikopter rumah sakit. Hanya helikopter itu yang memilki fasilitas medis untuk berjaga-jaga jika Camilla kembali drop.

"Apakah kamu masih ingat rumah tinggal mu, Camilla?" tanya Kenzo.

"Yah. Aku tinggal di sebuah apartemen. Aku rindu kamar ku," ucap Camilla.

Kenzo merasa lega karena Camilla tidak ingat rumah Luis. Ia juga meminta salah satu pelayannya untuk menjaga Camilla. Ingin rasanya ia menjaga Camilla namun Camilla menolaknya dengan tegas karena janjinya pada Luis sebagai seorang anak saat itu.

Saat Camilla tiba di apartemennya, Luis diam-diam mengamati istrinya itu di lobby apartemen. Kenzo mendorong kursi roda yang ditempati Camilla menuju pintu lift. Wajah pucat dengan kepala yang tertutup turban tetap membuat Camilla terlihat masih cantik seperti biasa.

"Sayang. Apakah kamu tidak merindukanku?" gumam Luis bertepatan dengan pintu lift Camilla tertutup.

Camilla sempat melihatnya namun gadis itu sedang berpikir keras saat ini. " Sepertinya aku melihat Daddy deh? Aku tidak mungkin salah walaupun wajah Daddy tidak lagi muda seperti terakhir kami bertemu," lirih Camilla.

"Ada apa Camilla? Apa yang sedang kamu pikirkan, hmm?" tanya Kenzo lembut.

"Ah tidak ada Kenzo. Mungkin aku terlalu merindukan seseorang sehingga melihatnya di mana-mana," ucap Camilla sambil tersenyum getir. Dadanya terasa sesak seakan rindu itu harus ia lepaskan saat ini.

"Apakah yang kamu rindukan itu adalah daddymu, Camilla?" tanya Kenzo terlihat cemburu.

"Iya Kenzo. Hanya ada dia yang selalu memenuhi hati dan pikiranku," ucap Camilla tanpa sadar meneteskan air mata.

"Apakah kamu ingin aku mencarikannya untukmu?" tawar Kenzo.

"Tidak usah. Dia pasti sudah bahagia dengan kelurga barunya. Jangan menganggu mereka. Aku sudah cukup puas mengenangnya dengan rinduku. Jika suatu saat kami nanti bertemu biarlah itu menjadi urusan takdir bukan karena dipaksa," ucap Camilla.

"Astaga Camilla...! Andai saja kamu tahu kalau pria itu sudah jadi suamimu pasti kamu akan pergi menemuinya saat ini. Apakah aku harus mengatakan sebenarnya padamu? Dengan begitu kamu tidak tersiksa oleh rindumu yang bodoh itu," geram Kenzo merasa serba salah. Namun ia hanya bisa berperang dengan batinnya sendiri.

Lift terbuka dan Camilla sudah berada di depan pintu unit apartemennya. Camilla dengan cepat menekan kode angka pada pintu itu lalu masuk ke dalam ditemani Kenzo yang langsung merapikan kursi rodanya.

Camilla memasuki kamarnya yang semua terlihat sangat rapi namun ada sebersit ingatannya pada Luis yang pernah mendatangi apartemennya.

"Ya Tuhan. Kenapa aku seolah pernah bertemu dengan Daddy di sini? aku bahkan pernah memeluknya. Ada apa denganku?" Camilla memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. Bel pintu unit kamarnya terdengar kembali dan ia segera keluar namun tidak menemukan Kenzo di sana. Rupanya pria tampan itu kembali ke mobil untuk mengambil barang-barangnya Camilla termasuk obat-obatan.

"Siapa yang datang?" tanya Camilla melihat ke arah monitor cctv. Namun punggung orang itu membelakangi kamera membuat Camilla terpaksa membuka pintu itu dengan perlahan.

"Maaf. Anda siapa...?" tanya Camilla pada orang itu.