Welcome to the sequel of You're Mine Brianna
Perjalanan seorang Hana Elodie Brown menghindari Ayahnya yang otoriter terhadap dirinya. Berbagai cara ia lakukan agar hidupnya bisa terbebas dari aturan yang menurutnya tak sesuai dengannya. Sampai pada suatu ketika, Hana dipertemukan oleh takdir dengan seorang pria yang tak pernah ia inginkan semasa hidupnya, Daniel Leonardo Smirnov. Seorang mafia yang dunianya penuh dengan kegelapan melebihi tempat tergelap di dunia. Mampukah Hana menjadi penerang bagi Daniel dan akankah Daniel mampu memberikan kehidupan yang diinginkan oleh Hana? Simak terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Gagal Mencapai Puncak
Pagi itu Nikolai bergegas mendatangi Daniel yang sedang bermain bersama Liam.
"Hai buddy.." sapa Nikolai kepada Liam.
"Daddy siapa dia?" tanya Liam kepada Daniel.
"Dia teman Daddy, Liam. Namanya Nikolai."
"Hallo Uncle Nik, senang bertemu denganmu." sapa Liam.
"Senang bertemu denganmu juga, tampan. Oh ya Uncle perlu bicara dengan Daddy mu, bisakah kau tinggalkan kami berdua?"
"Apa yang akan kalian bicarakan?"
"Ini urusan sesama pria dewasa, Kiddo. Kau bisa bergabung dengan kami jika sudah dewasa nanti." ujar Nikolai menjelaskan.
"Baiklah, aku mengerti." jawab Liam.
"Pergilah ke kamar, Mommy ada di sana." titah Daniel kepada putranya.
Liam pun menganggukkan kepalanya kemudian berjalan meninggalkan Daniel dan Nikolai. Nikolai mengacak pelan rambut Liam saat bocah itu melewatinya.
"Ada apa Nik?" tanya Daniel.
"Aku menemukan seorang pelayan yang ternyata pergi dari mansion. Dan itu terjadi di hari yang sama saat Garret berhasil kabur. Sayangnya, saat Gaston mendatangi rumahnya, wanita itu ditemukan tewas dengan luka tembak di kepalanya. Tubuhnya sengaja di gantung di dalam rumahnya." ujar Nikolai menjelaskan.
"Dia menantangku secara terang-terangan rupanya." sahut Daniel.
"Ya, siapapun itu ia sedang merencanakan sesuatu dan ia berhasil menutup mulut saksi kuncinya." jawab Nikolai.
"Sepertinya ini akan sedikit sulit, mengingat beberapa puzzle itu masih hilang. Kita belum bisa menyusunnya sekarang." Ujar Daniel.
"Ya, kau benar."
"Nikol, aku ingin kau menyiapkan berkas dan pesta pernikahan untukku." ucap Daniel tiba-tiba mengubah topik pembicaraan.
"What? Kau akan segera mengakhiri masa dudamu?"
"Jangan banyak bertanya. Aku merasa suatu saat nanti akan terjadi perang besar, Nikol. Aku harus segera menikahi Hana sebelum itu semua terjadi."
"Ya kau memang harus segera menciptakan para penerus." sahut Nikolai terkekeh.
"Kau juga sialan. Berhentilah bermain dengan para jalang, kasihan sekali adikmu itu."
"Aku tidak sembarangan melakukannya, Niel. Justru aku selalu menghabiskan ratusan juta untuk datang ke pelelangan gadis suci yang lugu." sahut Nikolai.
"Aku ingin pernikahanku secepatnya dilakukan dan pesta hanya diadakan untuk orang-orang terdekat saja." pinta Daniel.
"Siap Tuan." sahut Nikolai dengan patuh.
"Oh ya, Nik kau dan Gaston awasi transaksi yang akan dilakukan hari ini."
"Oh ayolaah, hari ini aku akan ke acara pelelangan lagi."
"Kau sudah mengikuti tiga kali pelelangan gadis perawan dalam minggu ini, Nik."
"Itu masih kurang, Niel. Juniorku tak pernah merasa puas."
"Patuh atau ku robek perutmu lalu ku keluarkan seluruh isinya?"
"Aisshh ya ya ya baiklah." jawab Nikolai karena ia sudah tak bisa lagi menolak perintah itu. Mengingat setiap perkataan Daniel tak pernah main-main. Tapi tetap saja, entah mengapa hanya dia yang berani untuk melakukan negosiasi atas perintah yang diberikan oleh Daniel, meski hasil akhirnya tetap patuh pada sahabatnya itu.
***
Malam harinya Daniel baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja sejak tadi siang. Ia cukup sibuk mengatur jadwal pengiriman selundupan senjata serta berton-ton narkotika jenis baru yang sudah beberapa kali datang ke Rusia. Ia memasuki kamarnya dan di sana sudah ada Hana serta Liam yang sedang bermain menyusun sebuah puzzle dengan gambar binatang.
"Liam, i have something for you." ujar Daniel.
"Really? Apa itu Daddy?" tanya Liam yang langsung acuh dengan puzzlenya.
"Ayo, Daddy akan tunjukan padamu."
Daniel menggendong tubuh Liam lalu membawanya ke sebuah pintu yang berada di dalam kamarnya. Hana tersenyum dan mengikuti langkah kedua laki-laki itu. Daniel membuka pintu tersebut dan Liam langsung terkejut.
"Wow.. Daddy apa ini kamarku?" Kedua mata Liam begitu berbinar saat melihat kamar barunya dengan desain superhero favoritnya.
"Kau menyukainya?" tanya Daniel.
"Aku sangat-sangat menyukainya. Thank you Daddy.." Liam menciumi pipi Daniel dengan bertubi-tubi. "Malam ini aku ingin tidur di sini, Mom."
"Kau yakin akan tidur sendiri, Liam?" tanya Hana.
"Tentu saja, aku adalah seorang laki-laki. Jadi aku harus belajar mandiri, Mom." sahut Liam.
"Oh astaga, kau tahu dari mana kalimat itu huh?"
"Of course from Daddy.." jawab Liam dengan bangganya. "Tapi, aku ingin dibacakan cerita sebelum tidur." pinta Liam kepada Hana.
"Dengan senang hati, my prince." jawab Hana.
Saat Daniel akan bergabung dengan mereka, ponsel yang berada di dalam sakunya berdering. Daniel pun meminta izin kepada Hana untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Berapa yang mereka inginkan?" tanya Daniel.
"Tiga ton, mereka menginginkan jenis yang sama seperti satu bulan yang lalu, dan transaksi ingin dilakukan malam ini juga." jawab Gaston.
"Kratom sangat banyak peminat rupanya." sahut Daniel. "Kau bisa melakukannya bersama Nikolai. Sepertinya ia sudah selesai melakukan transaksi yang lainnya."
"Kau tak akan bergabung?" tanya Gaston.
"Aku akan mengawasi kalian dari sini saja kecuali ada hal mendesak yang terjadi."
"Baiklah."
Setelah selesai, Daniel langsung kembali ke dalam kamar Liam dan ia melihat putranya sudah tertidur pulas.
"Dia sudah tidur? Cepat sekali." ujar Daniel.
"Sebenarnya ia sudah mengantuk sejak tadi, tapi Liam memaksa untuk menunggumu sambil bermain puzzle." jawab Hana.
"Ayo kita kembali ke kamar kita." ajak Daniel lalu ia mencium kening Liam serta kedua pipi gembul bocah itu.
"Goodnight handsome." ujar Daniel.
Hana pun melakukan hal yang sama kemudian ia kembali bersama Daniel. Daniel tidak langsung berbaring di ranjang, melainkan ia memilih untuk ke balkon kamar dan membakar sebatang rokok lalu menghisapnya perlahan. Ia belum bisa pergi ke alam mimpi sebelum transaksi malam ini berhasil dilakukan semuanya.
Hana yang belum terserang rasa kantuk pun memilih untuk menghampiri Daniel. Hana duduk di samping pria itu kemudian mengambil satu bungkus rokok milik Daniel.
"Hana jangan dibuang!" pekik Daniel.
"Aku tak akan membuangnya, Daniel." jawab Hana. Daniel terkejut saat ia melihat Hana yang mengambil satu batang rokok miliknya lalu menyalakan api kemudian ia membakar rokok tersebut dan menghisapnya.
"Sejak kapan? Bukankah kau begitu membenci benda itu?" tanya Daniel.
"Aku terlalu sibuk bekerja dan menemukan ketenangan saat menghisap benda sialan ini." jawab Hana.
"Itu tak baik untukmu, Hana." sahut Daniel.
"Tidak setiap hari, kau tak usah khawatir."
"Kau ingin bisa menghisapnya setiap hari tanpa efek samping? Kebetulan sekali aku memilikinya."
"Benarkah?"
Daniel mengangguk sembari tersenyum nakal. Ia mengangkat sebelah tangan Hana dan mengarahkannya ke kejantanan miliknya.
"Kau bisa menghisapnya setiap hari dan itu tidak akan membuat paru-parumu tersiksa karena asap." ujar Daniel.
"Dasar bajingan mesum!"
PLAK
Hana menepuk bagian yang paling vital itu dengan cukup kencang hingga membuat Daniel terpekik dan menjatuhkan rokoknya.
"Arrkhhhh what the hell..." pekik Daniel kesakitan.
"Oh my god, Daniel i'm so sorry.." Hana yang terkejut dengan reaksi Daniel spontan mengusap benda itu hingga tanpa ia sadari ternyata Daniel sudah menatapnya dengan penuh gairah.
"Kau nakal, Hana. Kau sengaja menyentuhku dan membuat adikku terbangun." ujar Daniel dan membuat Hana memandang ke arah Daniel yang juga sedang memperhatikan senjatanya yang kini sudah mengeras.
Tanpa menunggu lama, Daniel menarik tubuh Hana hingga wanita itu terduduk di atas pangkuannya. Rokok yang ia pegang sejak tadi dan baru ia hisap satu kali pun sudah jatuh entah kemana. Hana merasakan benda keras itu menempel dengan sesuatu miliknya. Daniel mendaratkan ciuman di bibir Hana namun wanita itu segera menoleh ke samping. Daniel dengan cepat menarik dagu Hana hingga kini bibir mereka saling menempel dengan sempurna.
Tak ada penolakan dari wanita itu, sepertinya logikanya kini tidak lagi berjalan ketika ia merasakan bibir Daniel yang bergerak liar menempel dan mencoba menghisapnya. Hana tenggelam dalam sapuan lembut lidah milik Daniel hingga akhirnya ia membalas ciuman itu.
Tangan Daniel pun mulai meraba punggung Hana yang hanya tertutup oleh baju tidur berbahan satin yang tipis berwarna hitam. Tentu saja hal itu membuat Daniel begitu leluasa menyentuhnya. Ia bahkan meremas bokong sintal milik Hana.
Hana yang sebelumnya pernah merasakan, secara otomatis ia mengetahui apa yang harus ia lakukan. Ia mulai bergerak menggesek-gesekkan miliknya dengan milik Daniel yang sudah sangat siap untuk memasuki.
"Fuck, Hana aku tak bisa menahannya lagi." Daniel langsung menggendong tubuh Hana untuk kembali ke dalam kamar dan merebahkannya di atas ranjang.
Daniel melepas kemejanya dan melemparnya begitu saja. Hana takjub dengan tubuh pria itu yang kekar dihiasi dengan eight pack serta tato memenuhi dada hingga ke perut sebelah kanan. Tangan kecil itu meraba dari atas hingga ke bawah, menciptakan gerakan sensual di sana yang membuat gairah Daniel semakin terbakar. Bibir mereka kembali saling bertautan menghasilkan suara decakan yang sangat merdu di telinga mereka.
Hana berinisiatif untuk mengubah posisinya menjadi di atas tubuh pria itu. Hana memberikan kecupan-kecupan basah dan di ceruk leher Daniel dan memberikan tanda merah di sana.
"Ahh... Hana." lenguh Daniel.
Saat mereka baru saja akan melakukan permainan inti, ponsel Daniel berdering tak henti-hentinya. Daniel berniat untuk mengabaikan panggilan itu, tapi ternyata dering di ponselnya memaksanya untuk segera mengangkatnya. Sebelah tangan Daniel terangkat untuk mengambil ponselnya yang berada di atas meja di samping ranjang. Daniel menerima ponsel tersebut dalam keadaan Hana yang sedang memainkan senjata miliknya.
"Ada apa brengsek? Kau menggangguku.. ahh.." Daniel tak bisa menahan desahan itu agar tak keluar.
"Shit! Aku di sini sedang mempertaruhkan nyawaku dan kau malah asik bercinta!" teriak Nikolai dari sebrang sana. "Aku butuh bantuan, Daniel Leonardo Smirnov!!!"
"Apa kau tidak bisa menyelesaikannya sendiri?"
Hana seketika menghentikan kegiatannya, ia memberikan waktu kepada Daniel karena sepertinya ini sangat mendesak.
"I can't.. Ayolah cepat!!"
"Merepotkan. Aku akan segera kesana!" Daniel segera memutus panggilannya.
"Baby kita lanjutkan ini nanti, jangan mencoba kabur dariku atau kau akan ku ikat dan aku akan menggempurmu tanpa henti." ujar Daniel lalu mengecup bibir Hana dan ia segera memakai kembali pakaian serta celananya.
Hana tertawa pelan karena melihat raut wajah Daniel yang masam. Bagaimana tidak, mereka sedang asyik menikmati lenguhan demi lenguhan tapi kegiatan panas itu terpaksa dihentikan karena hal yang mendesak sedang terjadi di lokasi transaksi.
TBC