Langit di seluruh dunia kini hanyalah kanvas retakan. Malam tanpa bintang. Dua puluh tahun yang lalu, peradaban manusia berubah selamanya. Sebuah lubang dari retakan dimensi yang menganga seperti luka di angkasa, memuntahkan makhluk-makhluk dari mimpi buruk.
Mereka datang dari dunia lain, tanpa nama dan tanpa belas kasihan. Mereka menghancurkan gedung pencakar langit, meratakan jalan, dan menyebarkan kepanikan di mana-mana. Separuh populasi musnah, dan peradaban manusia berada di ambang kehancuran total.
Namun, di tengah-tengah keputusasaan itu, harapan muncul. Beberapa manusia, entah bagaimana, mulai bangkit dengan kekuatan luar biasa.Mereka menjadi Pemburu. Dengan kekuatan yang setara dewa, mereka berjuang, jatuh, dan bangkit kembali.
Namun, di balik layar, rumor mulai beredar. Retakan-retakan kecil yang seharusnya stabil mulai menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Seolah-olah mereka adalah mata-mata dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang sedang menunggu di sisi lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Rapat Besar di Markas WHA
Di gedung WHA (World Hunters Association) di Amerika, yang menjulang tinggi dengan arsitektur futuristis, perwakilan dari seluruh Lembaga Pusat Pemburu dunia berkumpul untuk rapat lima tahunan. Suasana lobi megah dipenuhi orang-orang dari berbagai negara, mengenakan pakaian formal, bertukar sapa dan lelucon ringan. Namun, di balik senyum ramah dan jabat tangan, ada ketegangan yang tak terhindarkan, kesadaran bahwa mereka semua ada di sana untuk membahas ancaman yang sama.
Harsa Baskara, Ketua Lembaga Pusat Pemburu Indonesia, bersama sekretaris dan rombongannya, tiba di depan gedung itu. Setelah melalui pemeriksaan keamanan ketat, mereka masuk ke aula utama yang luas. Setelah semua orang berkumpul, rapat pun dimulai, diawali dengan pembahasan laporan rutin dari berbagai negara. Laporan-laporan itu bervariasi, mulai dari retakan dimensi yang tersembunyi di hutan lebat hingga yang berada di palung terdalam lautan. Meskipun masalah-masalah itu rumit, semuanya masih dalam batas yang bisa ditangani.
Namun, suasana berubah drastis saat giliran Harsa tiba. Dia mengambil podium, dan dengan suara serius, ia mulai menceritakan apa yang terjadi di Gunung Gede. Ia menggambarkan retakan raksasa yang tidak mengeluarkan monster kuat, namun tetap tidak tertutup. Ruangan aula yang tadinya dipenuhi gumaman, seketika hening. Puncak dari laporannya adalah ketika Harsa memperlihatkan rekaman yang diambil oleh drone, yang menampilkan sebuah mata tunggal berwarna biru dari balik retakan dimensi.
Video itu berdurasi hanya beberapa detik, tapi dampaknya luar biasa. Para delegasi dari seluruh dunia tertegun. Gumaman ketidakpercayaan menyebar, diikuti oleh keheningan yang mencekam. Ini adalah peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lima sosok Pemburu terkuat di dunia, yang duduk di samping pemimpin WHA—tokoh-tokoh legendaris dengan aura yang tak terbantahkan—seketika menoleh, menatap Harsa dengan tatapan tajam dan penuh perhitungan. Kejadian di Indonesia ini telah menarik perhatian mereka sepenuhnya.
Diskusi berlanjut, tetapi fokusnya kini beralih. Seorang ketua lembaga dari negara lain angkat bicara, wajahnya pucat. "Pemimpin WHA, apakah Pemburu bisa memasuki retakan dimensi? Kami mendengar ada laporan tentang hal itu."
Pemimpin WHA, seorang pria tua dengan aura tenang namun menakutkan, menggelengkan kepala. "Itu sangat tidak mungkin. Bahkan jika bisa, itu akan sangat berbahaya. Tidak ada yang tahu apa yang ada di balik retakan dimensi itu."
Namun, seorang ketua lembaga lain menyela dengan nada putus asa. "Seorang Pemburu kualifikasi S di negara saya mencoba menyentuh retakan dimensi. Tubuhnya langsung membeku dan jatuh koma. Sampai hari ini, ia tidak sadarkan diri, dan energi kehidupannya terus berkurang."
Cerita yang sama datang dari ketua negara lain, menambah kepanikan di dalam ruangan. Informasi ini adalah sebuah pukulan telak. Ruangan bergemuruh, dan Harsa memegang erat podiumnya.
Pemimpin WHA kembali berdiri, suaranya menggelegar menenangkan keributan. "Kami mengimbau kepada seluruh Pemburu di dunia untuk tidak mencoba terlalu dekat dengan retakan dimensi! Jangan ada lagi korban yang tidak perlu!"
Rapat berlanjut hingga malam, dengan pembahasan yang semakin serius. Akhirnya, pemimpin WHA menutup rapat dengan pernyataan yang penuh kewaspadaan. "Jika ada retakan dimensi yang sangat besar hingga menjulang ke langit seperti yang dilaporkan dari Indonesia, segera hubungi WHA. Organisasi Pemburu tingkat dunia akan turun tangan membantu."
"Mulai sekarang, setiap benua akan saling membantu. Organisasi tingkat benua harus bekerja sama untuk menyelesaikan masalah retakan dimensi di wilayah masing-masing. Bersiaplah, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan datang dari balik kegelapan itu," pungkasnya, meninggalkan semua delegasi dengan bayang-bayang kehancuran yang lebih besar.
°°°
Di balik retakan dimensi, Arka masih terlelap dalam semedi yang dalam. Di bawah ribuan bintang yang berpendaran, ia terus menyerap energi, tanpa menyadari waktu yang telah berlalu. Bagi Arka, rasanya seperti berada dalam keadaan setengah sadar, di mana setiap detik adalah keabadian. Ia tidak tahu bahwa sudah satu minggu terlewat sejak ia masuk ke dimensi itu. Tubuhnya bercahaya, menjadi bagian dari alam asing yang tenang. Namun, ia tidak kunjung bangun, seolah-olah jiwanya sedang ditempa ulang untuk menghadapi takdir yang lebih besar.
°°°
Keesokan harinya, di sebuah hotel di Amerika, telepon di meja Harsa Baskara berdering. Harsa, yang sedang sarapan dan bersiap kembali ke Indonesia, terkejut saat sekretarisnya memberitahu bahwa ia mendapat undangan khusus untuk datang ke kantor pribadi Ketua WHA. Tanpa membuang waktu, Harsa bergegas pergi.
Setibanya di gedung WHA, Harsa disambut oleh staf khusus dan diarahkan ke ruangan Ketua WHA. Saat pintu terbuka, ia melihat Ketua WHA duduk di meja kantornya. Namun, yang lebih mengejutkan, di sofa panjang untuk tamu, duduk seorang pria muda dengan rambut putih panjang, matanya terpejam. Harsa merasakan aura yang begitu kuat dan mencekam dari pemuda itu.
"Silakan, Tuan Harsa," sapa Ketua WHA sambil menunjuk sofa di sebelahnya. Harsa duduk, masih merasakan tekanan yang luar biasa dari aura pria muda berambut putih itu.
Ketua WHA memperkenalkan pria di sebelahnya. "Perkenalkan, ini Valerius Thorne, pemimpin dari salah satu organisasi pemburu terkuat di dunia, Blood Sword of Heaven."
Harsa terkejut. Pantas saja ia merasakan tekanan yang luar biasa. Ia tidak menyangka pemuda berambut putih yang terlihat berusia sekitar 28 tahun itu adalah seorang Pemburu dengan kualifikasi SSS, salah satu yang terkuat di dunia.
"Tuan Valerius tertarik dengan laporan Anda," lanjut Ketua WHA. "Mohon jelaskan kembali situasi yang terjadi dengan retakan dimensi di Gunung Gede secara lebih detail."
Harsa mengangguk dan mulai menjelaskan kembali secara rinci kejadian di Gunung Gede. Ia menceritakan retakan dimensi yang sangat besar namun hanya mengeluarkan monster-monster kecil, dan yang paling penting, tentang tatapan mata tunggal berwarna biru dari balik celah dimensi.
Setelah Harsa selesai, Valerius bertanya, "Apakah Pemburu di sana mencoba menyerang sosok mata itu?"
"Tidak mungkin," jawab Harsa. "Jangankan menyerang, saat mata para Pemburu kualifikasi S di sana bertatapan langsung dengan mata itu, mereka membeku dan merasakan tekanan seolah-olah ditusuk sampai ke dalam jiwa."
Valerius mengerutkan kening, tenggelam dalam pikirannya. Ia kemudian berbicara, suaranya dipenuhi keseriusan, "Jika satu mata sebesar itu berada di balik retakan dimensi, maka monster di baliknya pasti sangat besar. Mungkin bisa tiga kali lebih tinggi dari gunung, atau bahkan sebesar Gunung Gede itu sendiri."
Pernyataan Valerius membuat Harsa dan Ketua WHA terkejut. Valerius melanjutkan, "Dua puluh tahun yang lalu, monster terbesar yang pernah kami hadapi hanya seukuran gedung biasa, namun kali ini bisa berkali-kali lipat lebih besar."
Suasana di ruangan itu semakin mencekam dengan pemikiran Valerius. Ia telah memberikan wawasan baru yang menakutkan tentang ancaman di masa depan.
Kemudian, Valerius meminta Harsa untuk menerima kunjungannya dalam satu bulan ke depan. Ia ingin mengecek lokasi retakan dimensi itu secara langsung. "Ada kemungkinan kecil ada sesuatu yang tertinggal di sana," jelas Valerius. "Saya memiliki indra yang sangat tajam untuk merasakan hal-hal ganjil terkait retakan dimensi."
Harsa setuju. Valerius juga meminta Harsa untuk segera memberitahunya jika terjadi retakan dimensi yang sama di Gunung Gede. "Biasanya, kasus seperti ini bisa berulang, dan monster yang keluar bisa jadi sama," jelas Valerius. "Perintahkan Pemburu untuk terus mengawasi puncak gunung dari kejauhan."
jangan dikasih kendor thor😁🔥