Ternyata Dia Adalah Aku

"Jangan ibu, ibu jangan liat vidio itu, " ujar Nadia yang tak ingin Merida melihat vidio nya.

Namun Merida tak menghiraukan larangan Nadia, Merida menonton vidio itu hingga matanya melotot seperti ingin keluar.

Brakk..

"Ahh handphone ku, " ujar guru kelas Nadia yang handphone nya terjatuh.

"Nadia bisa kamu jelaskan semua ini, ?" ujar Merida pada Nadia dan menghiraukan sang guru yang handphone nya terjatuh.

Bukan nya menjawab Nadia hanya menunduk dan terus terisak.

"JAWAB IBU NADIA, " teriak Merida dengan marah.

"Ekheemm.. " pak kepala sekolah berdehem untuk menyadarkan Merida dari kemarahan nya.

"Maaf nyonya Susilo.. bisa kah kita berbicara terlebih dahulu, ?" ujar pak kepala sekolah.

"Ahh maafkan saya pak kepala sekolah, " ujar Merida yang tersadar akan tindakannya.

"Begini nyonya, Nadia akan mendapatkan hukuman atas tindakan nya itu. untuk saat ini dia hanya akan di skor tapi jika semua sudah terbukti bahwa yang di vidio itu benar Nadia, maka Nadia akan di keluarkan dari sekolah ini dengan tidak hormat, " ujar kepala sekolah.

"Jangan pak jangan itu bukan saya, " ujar Nadia menyela kata-kata pak kepala sekolah.

Dan lagi Nadia membuat semua guru yang ada di ruang itu geram pada Nadia, sebenarnya para guru sudah banyak yang merasa marah akan sikap Nadia. namun karna kedudukan keluarga Wicaksana yang tinggi mereka tak bisa mengusik Nadia, sebab mereka takut pak Susilo akan berhenti jadi donatur di sekolah mereka.

"Diam kamu Nadia, " bentak Vino dengan marah, Nadia pun kembali menunduk diam.

"Baiklah pak, saya akan mengikuti semua prosedur sekolah. saya harap pihak sekolah menyelidiki masalah ini dengan cepat, dan saya juga berharap yang di vidio itu bukan anak saya, " ujar Merida.

"Baik nyonya, dengan cepat kami akan menyelidiki masalah ini, " ujar kepala sekolah.

"Kalau begitu saya permisi pak kepala sekolah, karna masih ada hal yang harus saya lakukan, " ujar Merida.

"Silahkan nyonya Susilo, " ujar pak kepala sekolah memberikan ijin nya.

"Ikut ibu pulang, " ujar Merida pada Nadia yang tak ingin di bantah.

Nadia hanya bisa pasrah sambil terus terisak, begitu pun Vino dia juga mengikuti ibu nya untuk pulang kerumah.

Saat di pertengahan halaman sekolah mereka bertemu dengan Siska juga yang lain nya, karna sekolah memang di bubarkan karna kacau dengan vidio Nadia.

Merida menghentikan langkahnya saat melihat Siska, dan dia segera berlari kecil untuk menghampiri Siska.

"Siska, " pangil merida.

Siska pun melihat ke arah suara yang memanggil nya, namun bukan menjawab Siska malah mengajak teman-teman nya segera pergi dari sana menuju ke parkiran motor.

"Nak tunggu.. ibu ingin bicara, " ujar Merida sambil mengejar Siska.

Siska menghentikan langkah nya, dan dia diam menunggu Merida.

"Maaf ada yang bisa saya bantu nyonya,? " tanya Siska dengan nada dingin nya.

Deg, wajah Merida langsung berwarna pucat setelah mendengar pertanyaan Siska. Merida lupa akan satu hal, dia telah mengusir Siska jadi pasti sekarang Siska merasa kecewa terhadap nya.

Kini tak ada lagi Siska yang raut wajahnya nya manis, tak ada lagi Siska yang selalu hormat padanya, tak ada lagi Siska yang selalu mencari perhatian nya.

Kini di hadapan nya hanya ada Siska yang asing, Siska yng bersikap dingin, Siska yang seperti tak mengenalnya.

Sakit.. ya kini hati Merida sakit melihat perubahan sikap Siska, Merida merasa kehilangan Siska yang selalu bersikap manis padanya.

"Siska sayang, bisakah kamu pulang nak, ?" ujar Merida.

"Pulang, ?" tanya Siska dengan dingin.

"Iya nak kita pulang sama-sama ya, " ujar Merida yang berpikir Siska akan mau ikut pulang dengan nya.

"Apa nyonya tak salah bicara, ? siapa saya untuk anda, ? bukan kah anda telah mengusir saya, ? dan bukan kah anda tak sudi menampung saya wanita murahan ini, ?" tanya Siska berturut-turut.

Jleb... seakan jantung nya di tusuk dengan belati, betapa sakit hati Merida dengan semua pertanyaan Siska yang beruntun, Merida lupa akan hal itu. Merida lupa bahwa dia telah mengusir Siska dengan mengucapkan kata-kata kasar, dan kini Siska kembali mengingatkan nya dengan kata-kata yang telah Merida katakan kepada Siska.

"Jangan keterlaluan kamu Sis, " kata Nadia yang kembali mencari muka di depan ibu nya.

"Keterlaluan, " ujar Siska dengan tersenyum devil nya.

"Maaf NONA NADIA yang baik, keterlaluan seperti apa yang nona maksud, ?" lanjut Siska dengan nada dingin nya bertanya pada Nadia.

"Diam kamu Nad, " ujar Vino melerai agar tak terjadi keributan.

Merida sekarang hanya terdiam, seakan terpukul dengan kata-kata Siska hingga membuat nya lupa cara berbicara.

"Saya rasa kita tak mempunyai urusan lagi nyonya, dan permisi masih ada banyak hal yang berguna yang harus saya kerjakan, " ujar Siska yang lagi-lagi membuat Merida terdiam.

"Dek bisa gak kita bicara sebentar, " tanya Vino sambil memegang tangan Siska.

"Maaf Tuan muda saya bukan adik anda, " ujar Siska sambil melepaskan tangan Vino dari tangan nya.

Lagi, kata-kata Siska menghantam perasaan Merida.. kini dia sadar bahwa dia telah kehilangan Siska nya, Siska yang manis, Siska yang penurut, Siska yang selalu mengharapkan kasih sayang nya.

Tampa menghiraukan sepasang anak dan ibu itu Siska segera berlalu bersama teman-temannya, Siska merasa tak penting jika harus berbicara dengan mereka.

Masih ada hari esok untuk bisa berbicara panjang lebar dengan mereka, dan saat itu kehancuran akan menghampiri mereka.

Secara perlahan Siska akan membuka kejahatan Nadia, dan secara perlahan juga Siska akan memberikan rasa sakit untuk keluarga Wicaksana.

Siska versi kuno bukanlah Siska versi modern yang mudah terbuai oleh kata-kata manis, Siska versi kuno adalah wanita yang tangguh dengan pendiriannya.

Sekali dia mempunyai niat, maka dia tak akan dengan mudah melupakan niat itu sebelum tercapai.

Jadi untuk Nadia bersiap lah, kemalangan akan menghantui mu mulai dari pagi tadi.

"Sis lo gak kasian liat bu merida, " tanya Reki yang hatinya mudah ter potek.

"Gak, " jawab Siska singkat.

"Kasian dia Sis sampe terus ngeliatin lo noh, " ujar Reki lagi.

"Udahlah biarin aja Rek.. lo itu ye kek gak tau Siska aja kalo udah marah gimana, " ujar Riska.

"Iye deh iyeh, " ujar Reki yang emang agak ngeri juga melihat raut wajahnya Siska.

"Gue balik duluan, " ujar Siska.

"Bukan nya kita mau ke markas, " tanya Risky.

"Nanti gue kesana, " jawab Siska.

"Oke, " ujar teman-teman Siska serempak, Siska pun pergi meninggalkan teman-teman nya.

"Siska sekarang makin serem ya, " ujar Reki setelah melihat Siska berlalu meninggal kan mereka.

"Ya bagus dong karna pemimpin memang harus seperti itu, " ujar Galang.

"Buk.. ibu...

BERSAMBUNG.