Dion terpaksa menikahi wanita yang tidak cintainya karena perjodohan yang diatur orang tuanya. Namun kehidupan pernikahannya hancur berantakan dan membuatnya menjadi duda.
Selepas bercerai Dion menemukan wanita yang dicintai dan hendak diajaknya menikah. Namun lagi-lagi dia harus melepaskan wanita yang dicintainya dan menuruti keinginan orang tua menikahi wanita pilihan mereka. Demi menyelamatkan perusahaannya dari kebangkrutan, akhirnya Dion bersedia.
Pernikahan keduanya pun tidak bisa berlangsung lama. Sang istri pergi untuk selamanya setelah memberikan putri cantik untuknya.
Enam tahun menduda, Dion bertemu kembali dengan Raras, wanita yang gagal dinikahinya dulu. Ketika hendak merajut kembali jalinan kasih yang terputus, muncul Kirana di antara mereka. Kirana adalah gadis yang diinginkan Mama Dion menjadi istri ketiga anaknya.
Kepada siapa Dion melabuhkan hatinya? Apakah dia akan mengikuti kata hati menikahi Raras atau kembali mengikuti keinginan orang tua dan menikahi Kirana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Air dan Minyak
Kehidupan rumah tangga Dion dan Letisha dimulai setelah pengucapan ijab kabul. Letisha memegang teguh perjanjian yang dia ajukan sendiri. Bukan karena wanita itu tidak mau menjalankan kewajibannya sebagai istri. Hanya saja dia tidak mau terlibat intens dengan Dion, takut kalau terbawa perasaan. Apalagi kalau sampai mereka tidur bersama dan melakukan hubungan badan.
Pernikahan keduanya sudah memasuki usia sebulan lebih, namun intensitas pertemuan Letisha dan Dion di rumah, terbilang jarang. Mereka hanya bertemu di pagi hari sebelum berangkat kerja. Untuk malam hari bisa dibilang jarang. Sepulang kerja, keduanya lebih memilih berdiam di kamar. Begitu pula saat akhir pekan. Intensitas pertemuan Dion dengan Raras justru lebih banyak dibanding istrinya sendiri.
Diam-diam Raras selalu menanyakan situasi di rumah pada Susi. Wanita itu senang ketika asisten rumah tangga Dion itu mengatakan kalau kehidupan suami istri Dion dan Letisha seperti dua orang asing saja. Mereka memang tinggal di bawah atap yang sama, namun satu sama lain tidak pernah saling mengurusi urusan masing-masing. Keduanya seperti minyak dan air saja. walah berada dalam wadah yang sama, tapi tetap tidak bisa menyatu.
Susi memang direkomendasikan oleh Raras untuk bekerja di rumah Dion. Tujuannya tentu saja untuk memata-matai rumah tangga mantan kekasihnya itu. Jika terjadi pergerakan yang mencurigakan dan cenderung berbahaya, maka dia bisa mencari cara untuk mencegahnya. Karena berhutang budi pada Raras yang sudah memberinya pekerjaan, maka wanita itu menurut saja ketika Raras memintanya menjadi mata-mata.
Pagi ini Letisha dan Dion sarapan bersama di meja makan. Tidak ada pembicaraan selama makan pagi. Keduanya menikmati makanan dengan serius. Sumi menaruh gelas berisi jus jeruk di atas meja. Wanita itu merasa prihatin dengan kehidupan pernikahan majikannya. Padahal dia tahu kalau Letisha adalah wanita yang baik. Diam-diam wanita itu sering menyiapkan makanan atau pakaian untuk Dion. Tapi dia selalu meminta Sumi untuk tutup mulut. Sumi pun tidak pernah mengatakan itu pada siapa pun, termasuk pada Susi. Karena wanita itu pernah mendengar percakapan Susi dan Raras melalui ponsel.
“Apa pembangunan Blue Living sudah selesai?” akhirnya terdengar suara Letisha memecah kesunyian di antara mereka.
“Sudah.”
“Apa sudah soft opening? Setahuku Mas berencana melakukan soft opening lebih dulu.”
“Tidak jadi. Aku memutuskan langsung grand opening saja. Rencananya tiga hari lagi. Grand opening dimulai jam sepuluh pagi, dan malamnya digelar gala dinner untuk semua stake holder Blue Living. Aku harap kamu bisa datang.”
“Tentu saja aku akan datang.”
“Kalau kamu ingin membeli pakaian, sekalian pilihkan untuk ku.”
“Oke.”
Obrolan singkat yang hanya membicarakan masalah bisnis berakhir. Mereka kembali menikmati makanan dengan tenang. Letisha meneguk jus jeruk sampi habis lalu bangun dari duduknya. Dia mengambil tasnya kemudian menghampiri Dion sebelum meninggalkan meja makan. Wanita itu mencium punggung tangan Dion, hal yang biasa dia lakukan sebelum berangkat kerja. Dion sendiri sudah mulai terbiasa menerima perlakuan ini dari istrinya.
“Aku berangkat dulu, Mas.”
“Hati-hati.”
Hanya anggukan kepala saja yang diberikan oleh Letisha. Wanita itu segera keluar dari rumah. Tidak lama kemudian Dion pun menyusul pergi. Susi segera membersihkan meja makan sepeninggal majikannya. Ketika tengah membereskan meja makan, ponselnya berdering. Wanita itu dengan cepat menjawab panggilan yang berasal dari Raras.
“Halo, Bu.”
“Dion sudah berangkat?”
“Sudah, Bu. Baru saja.”
“Perempuan itu?”
“Ibu Leti juga sudah berangkat kerja.”
“Apa ada kejadian yang tidak biasa?”
“Kejadian apa?”
“Apa mereka terlihat intim? Atau mungkin sudah tidur bersama satu kamar?”
“Tidak, Bu. Bapak dan Ibu tetap tidur terpisah.”
“Oke. Terus kabari pada ku kalau ada yang mencurigakan.”
“Baik, Bu.”
Susi memasukkan kembali ponsel ke saku celananya. Ketika wanita itu berbalik, dia terkejut melihat Sumi sudah berdiri di depannya. Wanita itu melihatnya dengan tatapan tajam, membuat Susi sedikit takut.
“Susi.. Apa selama ini Ibu Leti memperlakukan mu dengan buruk?”
“Ti.. tidak.”
“Apa selama ini Bu Leti berlaku atau berkata kasar pada mu?”
“Ti.. tidak.”
“Kalau begitu, berhentilah memata-matai Bu Leti dan Pak Dion. Bagaimana mereka menjalani rumah tangga, tidak perlu diketahui oleh orang lain. Ibu Raras memang kekasih Pak Dion, tapi itu sebelum Bapak menikah. Setelah menikah, mereka tidak ada hubungan apa-apa lagi. Jangan karena Bu Raras yang merekomendasikan kamu bekerja di sini, lalu kamu harus menjadi mata-matanya. Ingat, Pak Dion yang menggaji mu, bukan Bu Raras. Sekali lagi aku tahu kamu melaporkan semua kejadian di rumah ini, maka aku akan melaporkan mu pada Bapak dan juga Ibu.”
Ancaman Sumi sukses membuat Susi ketar-ketir. Kalau sampai Sumi mengadukannya dan dia kehilangan pekerjaan, maka dari mana dia bisa mendapat uang untuk membiayai sekolah anaknya? Suaminya tidak bekerja dan hanya mengandalkan dari penghasilannya saja untuk kehidupan sehari-hari.
“Satu lagi, apa kamu ingat uang kamu pinjam dari ku?”
“I.. ingat, Mbak. Apa Mbak mau minta aku membayarnya sekarang? Aku belum punya uang, Mbak. Gajian bulan besok, baru aku bayar.”
“Tidak usah kamu bayar. Karena uang yang kamu terima bukan dari ku, tapi dari Bu Leti. Dan sembako yang kita terima, itu juga dari Bu Leti, bukan Pak Dion. Jadi lebih baik kamu gunakan otak mu sebelum bertindak. Mana yang patut kamu ikuti, mana yang tidak.”
Setelah mengatakan itu, Sumi langsung meninggalkan Susi begitu saja. Penyesalan langsung menyentak batin Susi. Selama ini dia berusaha mengabaikan kebaikan yang diberikan Letisha. Karena hutang budi, wanita itu memihak pada orang yang salah.
***
“Besok acara grand opening Blue Living, malamnya ada gala dinner. Apa kamu sudah menyiapkan pakaian?” tanya Raras setelah jam kerja mereka berakhir.
“Sudah. Leti yang menyiapkan.”
“Kenapa Leti? Kenapa kamu tidak meminta ku?”
“Leti itu istri ku, sudah seharusnya aku meminta bantuannya.”
Wajah Raras nampak cemberut. Dipikirnya Dion akan memintanya memilihkan pakaian untuk gala dinner. Dengan begitu dia bisa memilihkan pakaian dengan warna senada. Tapi ternyata apa yang diinginkan tidak sesuai dengan kenyataan.
“Sudahlah, kamu jangan ngambek. Ini.. kamu beli saja gaun untuk mu. Kembalikan kartunya kalau kamu sudah membeli pakaian.”
Walau masih kesal, namun akhirnya Raras mengambil juga kartu pipih itu dari tangan Dion. Dia akan membeli gaun mahal sebagai balasan karena Dion sudah mengecewakannya. Pria itu bangun dari duduknya sepeninggal Raras lalu keluar dari ruangan. Dia memang berencana pulang cepat karena tubuhnya sudah letih.
Sebelum maghrib, Dion sudah sampai di rumah. Pria itu langsung menuju kamarnya. Dia memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Ketika Dion hendak berganti pakaian, dia melihat sebuah tuxedo sudah tergantung di walk in closet. Tuxedo berwarna hitam itu yang dipilihkan Letisha untuknya. Tanpa mencobanya, pria itu menggantungkan tuxedo di deretan jas miliknya.
Selesai berganti pakaian, Dion keluar dari kamarnya. Ketika kakinya melangkah ke ruang tengah, telinganya menangkap suara tawa dari arah dapur. Karena penasaran, Dion pun mengintip. Ternyata Letisha sedang berkutat di dapur dengan Sumi dan Susi. Sambil memasak makan malam, mereka berbincang. Sesekali terdengar suara tawa mereka. Melihat ketiganya yang begitu akrab dan ceria, tak ayal memunculkan senyum di wajah Dion. Sejak kehadiran Letisha, harus dia akui kalau suasana di rumah sedikit semarak. Letisha tidak pernah menjaga jarak dengan kedua asisten rumah tangganya dan senang sekali bercengkerama dengan mereka.
***
Acara grand opening Blue Living berlangsung sukses. Pihak EO yang dipercaya untuk mengurus acara grand opening sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Banyak pengunjung yang datang di acara pembukaan. Bahkan tidak sedikit yang sudah memesan produk furniture atau membeli yang sudah jadi. Melihat antusiasnya pengunjung yang datang, membuat Dion optimis kalau ke depannya Blue Living akan semakin maju dan sukses.
Malamnya acara gala dinner digelar di ballroom hotel Grand Luxury. Para petinggi di PT. Blue Harmony datang menghadiri acara ini. Begitu pula dengan Fendi dan keluarga. Pria itu menjadi tamu kehormatan, karena investasi yang sudah diberikan. Selain mereka, para stake holder, atau rekanan bisnis yang menyewa tempat di Blue Living juga diundang.
Sebagai tuan rumah, Dion sudah datang sejak setengah jam lalu. Dia menyambut para tamu di dekat pintu masuk. Di dekatnya ada Letisha yang setia mendampingi. Letisha terlihat cantik dengan dress midi berwarna putih yang dikenakannya. Leher dress dibuat melebar, membuat bahunya terekspos bebas. Senyum tak henti tersungging di bibirnya. Secara sekilas, pasangan ini terlihat begitu serasi.
Lima belas menit berselang, Raras muncul. Dia datang sendiri saja di acara gala dinner ini. Wanita itu terlihat cantik dalam balutan dress hitam panjang yang membalut tubuhnya. Bagian atas gaun yang dikenakannya model kemben, memperlihatkan bahu dan dada bagian atasnya. Belahan gaun sampai sebatas paha, membuat wanita itu terlihat seksi. Ditambah lagi dengan high heels yang semakin mempercantik penampilannya.
Begitu memasuki ruangan, wanita itu langsung mengambil tempat tepat di samping Dion. Kini posisi Dion berada di antara dua wanita cantik. Sama seperti halnya Letisha, Raras juga ikut tersenyum ketika menyambut tamu undangan.
***
Raras masih jadi enemy of the state nih😂
Marahlah Raras kepada Susi yang merasa dia yang memperkerjakan Susi.
Ketika Raras bilang mau memecat Susi, Letisha sudah berdiri di belakang Susi dan berkata - kamu tidak berhak memecat pegawai di rumah ini.
Malu dong harusnya Raras dengan Letisha berkata begitu.