Kiara merupakan seorang gadis yang masih berusia 18 tahun, saat ini dia baru dinyatakan lulus SMA, Akan tetapi takdir malah membuat dia terjebak dalam ikatan pernikahan dengan pria asing bernama Arya. akankah pernikahan yang dijalaninya berakhir bahagia? ataukah akan sebaliknya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rosnila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berusaha Lebih Baik
Pagi itu Kiara langsung kembali turun ke ruang makan, menunggu Arya untuk sarapan. Dan tak berapa lama yang ditunggu akhirnya datang juga.
Kiara langsung bangun dan mengambilkan sarapan untuk Arya. Namun keduanya nampak canggung.
Tanpa ada pembicaraan apapun , Kiara dan Arya menghabiskan sarapan masing-masing. Bik Marni yang melihat hal itu pun bingung dengan kedua majikannya.
Terkadang terlihat akur, dan saling mencari bila tidak terlihat satu sama lain. Namun terkadang seperti tak saling kenal.
Bik Darmi hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Berjalan menuju ke meja makan untuk membereskan piring kotor. seperti biasa dibantu oleh Kiara.
"Sudah, nyonya temani tuan saja!" pinta Bik Darmi.
" Tidak apa-apa Bik, biar Kiara bantu. " jawab Kiara.
" Sudah nyonya tidak apa-apa, sepertinya nyonya harus banyak ngobrol dengan tuan."
Kiara hanya tersenyum ke arah Bik Darmi, jujur saja dia pun bingung mau mengobrol apa.
Tapi benar juga kata Bik Marni, kalau mereka terus menjaga jarak. Bagaimana bisa mereka saling membuka hati.
Kiara menuju ruang tamu, dan disana Arya terlihat sedang memainkan handphone nya. Dia bahkan tak menyadari kehadiran Kiara.
"Mas tidak kekantor?" tanya Kiara yang sontak membuat Arya kaget.
"Iya, sebentar lagi." jawab Arya.
"Biasanya Mas selalu terburu-buru untuk pergi ke kantor." ucap Kiara sambil duduk menghadap kearah Arya.
"Bagaimana kalau kita kerumah sakit, bertemu Mama?" ajak Kiara.
" Kenapa? " tanya Arya.
"Mana tau dengan kita sering kesana, Mama jadi cepat sembuh kan?" Kiara entah kenapa reflek menyentuh lengan Arya.
Arya masih diam saja, bahkan tak menepis tangan Kiara. Namun tak juga menatap nya.
"Kamu pergi dengan Mbak Sari saja!" jawab Arya tiba-tiba.
" Tapi Mbak Sari juga kerja, kenapa Mas sepertinya tidak suka menjenguk Mama? "
" Tentu saja bukan begitu. " jawab Arya cepat.
" Ya sudah, kalau begitu Kiara ganti baju dulu." ucap Kiara yang langsung bangun dari duduknya.
Arya juga terlihat ingin ikut, Namun Kiara langsung mencegahnya.
"Mas mau kemana?" tanya Kiara.
"Ganti baju!." jawab Arya singkat.
"Tidak usah, Mas pakai baju ini saja!" jawab Kiara sambil menarik tangan Arya untuk duduk kembali.
Entah dari mana keberanian Kiara saat itu, Memang dia tak begitu dekat dengan Arya.
Arya terlihat heran, kenapa dengan gadis dihadapannya itu. Tapi ya sudah dia tidak ingin berdebat. Kembali duduk sesuai keinginan Kiara.
Kiara berjalan setengah berlari, berganti pakaian dengan dress selutut berwarna putih. Dia kembali keruang tamu.
"Kita berangkat sekarang ?" tanya Kiara.
Sesaat Arya diam menatap kearah Kiara, melihat baju yang dipakainya sama dengan warna bajunya.
"Kenapa Mas?" tanya Kiara bingung melihat Arya menatap kearah nya.
Arya langsung bangun tanpa bicara , begitu juga dengan Kiara mempercepat langkahnya menyusul Arya.
Setelah keduanya berada didalam mobil Arya melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Sempat membeli buket bunga untuk sang mama sebelum masuk.
Kiara hanya tersenyum, ternyata Arya itu juga romantis dengan Mamanya. Arya yang melihat Kiara senyum-senyum mengernyit kan dahinya.
Namun Kiara pura-pura tidak tau, membuka pintu kamar mertuanya dengan senyum lebar. Bu Amanda yang melihat kedatangan Kiara, juga begitu bahagia.
Melebarkan tangannya untuk memeluk sang menantu.
"Sayang, kamu apa kabar?" tanya Bu Amanda.
" Baik Ma."
" Mama bagaimana kabarnya?" tanya Kiara.
" Mama sudah baik-baik saja, menurut dokter besok Mama sudah bisa pulang kerumah." jawab Bu Amanda.
" Ya sudah Mama pulang saja kerumah kami." jawab Kiara dengan semangat.
Mereka begitu terlihat akrab. Bahkan Arya yang masih berdiri ditempatnya tidak disapa sama sekali.
Kiara berbalik arah, dan mengambil bunga dari tangan Arya.
"Ma, ini bunga yang dibelikan Mas Arya, bagus kan?" tanya Kiara.
" Iya, Mama suka." jawab Bu Amanda.
Arya benar-benar tidak di anggap, tapi tiba-tiba Arya tersenyum melihat mama nya sudah baik-baik saja.
Berjalan mendekat dan memeluk sang Mama yang saat itu masih tertawa bersama Kiara.
"Apa Mama lupa kalau aku anak Mama?" tanya Arya bercanda.
Bu Amanda, terkekeh dengan pertanyaan itu. Dia benar-benar lupa kalau Arya disana.
"Mama bahagia, kalian sudah bisa menerima satu sama lain." ucap Bu Amanda dengan senyuman.
"Mama do'akan saja yang terbaik." jawab Kiara, sambil mengelus lembut punggung tangan wanita dihadapannya.
Dia tak ingin apapun yang terjadi dengan dirinya dan Arya dapat memperburuk kondisi ibu mertuanya.
Setelah hampir satu jam berada disana, mereka pun izin pulang. Karena saat itu Sari sudah sampai dirumah sakit.
"Kamu terlihat begitu bahagia?" tanya Arya tiba-tiba.
" Iya, Kiara merasa menemukan Mama kembali." jawab nya namun seperti menyimpan kesedihan.
"Kapan kamu mulai kuliah?" tanya Arya.
"Akhir bulan ini, tapi Kiara belum tau apa akan melanjutkan kuliah atau tidak." jawab Kiara.
" Kenapa?" tanya Arya bingung.
Karena setau Arya Kiara begitu bersemangat Masalah melanjutkan kuliah.
"Mas, Kiara ini belum tau, bagiamana kedepannya kehidupan Kiara."
" Bagaimana cara Kiara kuliah, tidak mungkin Kiara meminta Mbak Sari membiayai kuliah Kiara."
" Jika nanti pernikahan kita berakhir."
Arya menghentikan mobilnya, menatap kearah Kiara begitu lekat.
"Apa kamu benar-benar ingin berusaha untuk pernikahan kita?" tanya Arya serius.
Tatapannya kali ini berbeda dengan biasanya, Kiara sesaat terdiam. jujur dia pun masih bingung dengan semuanya.
"Kalau cuma Kiara yang berjuang sendirian, semua akan sia-sia."
" Mas masih ingatkan, nasihat pernikahan yang diucapkan oleh penghulu."
" Kalau suami istri itu harus berjuang bersama, berusaha untuk saling melengkapi."
Arya terdiam, kata-kata itu terasa bagai pukulan untuknya. Bagaimana tidak, dia mengatakan setuju atas semua yang disampaikan penghulu.
Namun apa yang dia lakukan, membiarkan Kiara berusaha sendirian untuk bertahan. Arya menelan ludahnya yang tercekat di tenggorokan.
Dia malu dengan dirinya, disini Kiara lah korbannya, gadis yang jauh lebih muda dari nya itu bisa berpikir lebih bijaksana.
Bahkan dia rela mengorbankan perasaan dan kebebasan nya demi melihat mamanya tidak terluka. Arya merasa dirinya terlihat begitu kejam.
"Maaf kan saya!" ucap Arya tiba-tiba.
"Tidak sepenuhnya ini salah Mas Arya, keadaan yang membuat kita menjadi seperti ini."
Keduanya terdiam, Arya bisa merasakan kalau Kiara telah menerima semuanya. Namun entah kenapa semua tidak semudah itu untuk nya.
Arya kembali melajukan mobilnya, menembus jalan raya. Tak ada lagi pembicaraan. sampai akhirnya mobil berhenti disebuah restoran, karena sudah jam makan siang.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan, Hari itu Arya memutuskan untuk tidak berangkat ke kantor. Dia ingin istirahat dirumah.
Menghabiskan waktu hanya dengan menonton televisi bersama Kiara. Meskipun tak ada yang dibicarakan disana.
Dan seminggu sejak hari itu, Arya sudah tak lagi sedingin sebelumnya. sikapnya terlihat sedikit lebih baik.
Meskipun dia masih menghindari tidur sekamar dengan Kiara. Namun dia tak lagi menolak ketika Kiara membantunya memasangkan dasi, dan memakai jas.
Namun akan kah awal ini menjadi akhir yang baik untuk rumah tangga Kiara dan Arya?