NovelToon NovelToon
From Hell To Absolute

From Hell To Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:946
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.

Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.

Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Udara bergetar.

Langit retak oleh tekanan energi dua sosok yang berdiri saling berhadapan.

Di satu sisi—Jinwoo, tubuhnya sudah babak belur, darah mengalir dari banyak luka, napasnya berat, tetapi matanya tetap menyala penuh tekad.

Di sisi lain—Azhmodeus, Commander Demon King, berdiri gagah dengan Abyss Blade di tangannya, dikelilingi aura hitam pekat yang seolah menelan seluruh cahaya di dunia.

Dunia seakan berhenti berputar hanya untuk menyaksikan pertarungan mereka.

Pertarungan dimulai.

CLANG! CLANG! CLANG!

Tebasan pedang mereka saling beradu, menciptakan ledakan energi kosmik setiap kali bersentuhan. Gelombang kejut menghancurkan tanah, memecah batu, dan mengguncang medan perang.

Selene menutup mulutnya, air mata mengalir saat menyaksikan pertarungan itu. Dia benar-benar manusia? pikirnya.

Leonhard yang terluka parah hanya bisa menatap dengan rahang terkatup, suaranya tercekat oleh kagum dan rasa tidak berdaya.

Takeshi, yang biasanya selalu menyindir, kini terdiam, matanya tidak berkedip melihat sosok gurunya menahan setiap serangan Azhmodeus.

Dewa… senpai benar-benar… monster.

“HEAAAARGHH!!” Azhmodeus mengayunkan Abyss Blade.

Gelombang hitam memanjang keluar, membelah tanah sejauh ratusan meter.

Jinwoo memutar pedangnya, menahan serangan itu, tubuhnya terdorong mundur, kakinya menyeret tanah hingga tercipta parit panjang. Darah kembali keluar dari mulutnya.

“KAU LEMAH, MANUSIA!” Azhmodeus meraung.

Tebasan demi tebasan dilancarkan, masing-masing cukup untuk menghancurkan sebuah kota.

Namun Jinwoo tetap berdiri. Pedangnya menari, tubuhnya bergerak di luar batas manusia. Override Mode berdenyut di tubuhnya, detik demi detik mendekati akhir.

Sementara itu, Ezekiel duduk bersila, kitab sihir raksasanya terbuka lebar.

Rune-rune bercahaya muncul di sekelilingnya, terukir di udara, kemudian naik ke langit.

“Kau tidak boleh gagal, Ezekiel…” gumamnya sendiri, keringat membanjiri wajahnya.

Mage Demon King menyadari bahaya. Ia menatap Ezekiel dengan wajah penuh amarah, lalu segera merapal mantra penghancur. Pilar energi hitam muncul, siap menghantam rune yang terbentuk di langit.

Namun, tepat saat ia hendak melepaskan serangan—

CREEEEECK!

Mantranya hancur, terpecah seperti kaca. Tubuhnya membeku, wajahnya terkejut.

Ezekiel menatapnya dengan mata dingin, suaranya penuh kekuatan:

“Di bawah Void Catalysm, semua mantramu hanyalah debu. Tidak ada sihir yang bisa melawan kekosongan mutlak ini.”

Mage Demon King terdiam, untuk pertama kalinya wajahnya menunjukkan ketakutan. “T-Tidak mungkin…”

Kembali ke medan utama, Jinwoo melesat maju.

“HYAAARGHHH!!!”

Tebasannya menembus pertahanan Azhmodeus, membuat armor hitam iblis itu retak. Cahaya kosmik menembus celah itu, membakar daging iblis di bawahnya.

Azhmodeus meraung, lalu menangkis balik dengan kekuatan brutal.

“KAU MANUSIA MENJENGKELKAN!!!”

Pertarungan mereka semakin liar. Setiap langkah Jinwoo diikuti tebasan presisi, setiap pukulan Azhmodeus diimbangi dengan kekuatan tekad yang seakan mustahil bagi seorang manusia.

Takeshi menggenggam pedangnya erat-erat sambil berbisik, “Senpai… kau melampaui segalanya…”

Selene menahan tangisnya. “Tolong… bertahanlah…”

Leonhard memukul tanah dengan cakar naganya, penuh frustrasi karena tidak bisa membantu.

Akhirnya, Ezekiel berdiri. Kitabnya bersinar terang.

Ia berteriak sekuat tenaga:

“Semua sudah beres! VOID CATALYSM!!!”

Langit hancur.

Rune raksasa seluas benua terbentuk di atas mereka, bersinar dengan cahaya kehampaan.

Semua orang tertegun. Suara dunia sendiri seakan hilang, digantikan dentuman kosmik yang menggetarkan jiwa.

Mage Demon King meraung panik, mencoba merapal mantra untuk menghentikannya. Tapi setiap kali ia mencoba, rune miliknya hancur begitu saja, lenyap ditelan kekosongan.

“Tidak… tidak mungkin… bahkan Abyss pun tak bisa… menolak ini!” ia berteriak ketakutan.

Azhmodeus melirik sekilas, wajahnya berubah tegang. “Penyihir… brengsek itu…!”

Namun ia tidak bisa lepas. Jinwoo menekannya dengan seluruh kekuatan.

CLANG!

Pedang mereka bertemu lagi. Jinwoo menatap Azhmodeus tepat di mata.

“Aku sudah bilang… selama aku berdiri, kau tidak akan menyentuh mereka!”

Energi kosmik mengalir ke pedangnya. Mata kirinya bersinar seperti galaksi mini, memantulkan cahaya Void Catalysm di langit dan memberikan Buff khusus untuk skill terkuat milik Jinwoo yang hanya bisa diaktifkan jika ada Void Catalysm.

Azhmodeus meraung. “KAU MANUSIA SIALAN!!!”

Ia mengerahkan seluruh kekuatan Abyss, tubuhnya membesar, aura gelapnya meluas menelan segalanya.

Tetapi Jinwoo tersenyum tipis.

“Ini akhirmu.”

Dengan sisa tenaga terakhir, ia mengeluarkan tebasan pamungkas—

“Void Galaxy Slash!”

Cahaya kosmik dan kehampaan bertabrakan.

Langit retak sepenuhnya. Tanah meledak.

Tubuh Azhmodeus terbelah, jeritannya menggema ke seluruh dunia sebelum hancur ditelan kehampaan. Abyss Blade terlepas, jatuh, lalu pecah menjadi debu hitam.

Mage Demon King menjerit panik, tubuhnya dilahap rune Void Catalysm hingga tak tersisa.

Semua iblis, monster, dan archdemon yang tersisa di medan perang ikut lenyap, seolah mereka hanyalah mimpi buruk yang akhirnya dihapus.

Hening.

Debu perlahan jatuh dari langit.

Jinwoo berdiri dengan pedang di tangannya. Tubuhnya penuh luka, darah menetes deras. Ia terhuyung beberapa langkah, lalu berlutut.

“Senpai!!!” Takeshi berlari menghampiri.

Selene segera merapal penyembuhan, tangannya gemetar.

Leonhard, dengan tubuh naga penuh luka, merangkak mendekat sambil menahan rasa sakit.

Ezekiel terjatuh, kehabisan energi setelah melepaskan Void Catalysm. Tapi bibirnya tersenyum lega.

Jinwoo mengangkat kepalanya sedikit, menatap rekan-rekannya.

“Kita… menang…”

Dan akhirnya, tubuhnya roboh.

“Senpai!!!” Takeshi berteriak, suaranya pecah.

Selene menangis tersedu-sedu sambil berusaha keras menyembuhkan luka Jinwoo. “Jangan mati… jangan tinggalkan kami…”

Leonhard meraung pelan, suaranya penuh duka.

Ezekiel menutup matanya, berdoa dalam hati agar pemimpin mereka bertahan.

Namun meski tubuhnya remuk, senyum tipis terlihat di wajah Jinwoo.

Bagi mereka semua, itu adalah wajah seorang raja yang telah melindungi semua orang hingga akhir.

Langit kembali jernih.

Gate yang selama ribuan tahun tertutup akhirnya bergetar, retakan cahaya muncul.

Jinwoo perlahan membuka matanya. Pandangannya kabur, kepalanya berat, tubuhnya seakan dihantam ribuan tombak sekaligus. Namun yang pertama kali ia lihat adalah wajah pucat Selene yang tengah bersimbah keringat, tangan mungilnya bergetar tak berhenti memancarkan cahaya suci untuk menutup luka-luka Jinwoo.

“...Kau sadar…?” suara Selene pecah, diiringi tangisan yang selama ini ia tahan. Ia langsung memeluk Jinwoo erat, seakan takut sosok itu akan lenyap begitu saja. “Kau bodoh! Kenapa selalu memaksakan diri seperti ini?!”

Tubuh Jinwoo masih lemah, tapi ia mengangkat tangannya dan menepuk pelan punggung Selene. Senyum tipisnya terukir, meski di wajahnya masih penuh darah kering.

“Kalau aku tidak memaksakan diri… kita semua sudah mati di tangan Azhmodeus,” bisiknya lirih.

Langkah berat terdengar mendekat. Takeshi yang wajahnya masih diliputi kelelahan ikut berjongkok di samping mereka. “Senpai… kau benar-benar gila. Aku kira kau tak akan pernah bangun lagi.”

Leonhard, sudah kembali ke wujud manusianya, berjalan tertatih dengan satu sayapnya yang hilang. Aura muram tampak jelas di wajahnya. “Dan aku kira… kau benar-benar sudah jadi arwah. Tapi kau selalu membuat keajaiban, pemimpin.”

Ezekiel pun datang, wajahnya pucat pasi, tubuhnya hampir roboh setelah Void Catalysm memakan hampir semua sumber dayanya. Namun senyumnya tipis, penuh lega. “Syukurlah… kau bangun sebelum aku benar-benar kehilangan harapan.”

Jinwoo menatap mereka semua, lalu berusaha duduk tegak. Napasnya masih berat. “Kita belum keluar…?”

Pertanyaan itu membuat keheningan sejenak. Ezekiellah yang menjawab, dengan suara getir.

“Itu juga yang kupikirkan. Bukankah Azhmodeus adalah boss terakhir dungeon ini? Tapi… gate tak muncul.”

Sekejap, ketegangan mengisi ruangan.

Leonhard memukul tanah dengan tinjunya, amarahnya meluap. “Sialan! Apa mungkin masih ada hidden boss?!” wajahnya memerah, emosinya tak terbendung. “Bagaimana kita bisa menang kalau memang ada?! Kau tak lihat aku kehilangan satu sayapku? Aku masih keracunan oleh kutukan bajingan Azhmodeus itu!”

Takeshi mendengus dingin, menatap Leonhard dengan tatapan meremehkan. “Kau saja yang lemah. Selalu menyalahkan keadaan.”

“Apa kau bilang, Asia sialan?!” tangan Leonhard diselimuti api, matanya membara.

Takeshi perlahan menarik pedangnya, suaranya serak penuh amarah. “Aku bilang badanmu besar, tapi otakmu kecil. Hanya itu.”

Udara menegang. Api mulai menjilat tangan Leonhard, sementara pedang Takeshi berkilau tajam.

“Sudah cukup!” Ezekiel dan Selene hampir bersamaan menghela napas pasrah. Mereka sudah terlalu lelah untuk menghentikan pertengkaran, tapi Jinwoo malah tersenyum samar melihat itu. Senyum yang bukan mengejek, tapi penuh rasa syukur—bahwa rekan-rekannya masih bisa berdiri, meski di ujung kehancuran.

“Kalau kalian berdua masih bisa bertengkar, itu artinya kita belum benar-benar mati,” ujar Jinwoo dengan nada ringan. Ia lalu menoleh pada Selene dan Ezekiel. “Bagaimana dengan kalian?”

Ezekiel menghela napas panjang. “Mana Ki-ku terkuras habis. Butuh waktu lama untuk pulih. Jika bukan karena buff Selene, aku yakin kita semua sudah jadi abu.”

Selene menunduk, wajahnya suram. “Kekuatan suciku juga hampir habis. Efek heal dan buff yang kuberikan sudah makin tipis. Aku bahkan tak yakin bisa menahannya lebih lama lagi.”

Jinwoo menatap tangannya sendiri, merasakan tubuhnya yang gemetar. “Aku pun sama. Energi sudah tak tersisa… dan mataku—” ia menyentuh mata kirinya, “God Eye… juga sudah di ambang batas. Hanya tersisa satu tebasan terakhir.”

Semua terdiam. Kata-kata itu berat, seperti palu yang menghantam keputusasaan mereka.

Ezekiel menegakkan tubuhnya dengan susah payah. “Sepertinya kita benar-benar berada di ujung tali, ya? Untungnya, semua iblis sudah musnah karena Void Catalysm. Kita bisa beristirahat sebentar…” suaranya melemah, namun ia menyambung, “Namun… ada satu hal yang membuatku tak tenang. Notifikasi sistem tidak muncul.”

Semua mata tertuju padanya.

Keheningan kembali menguasai. Hingga—

[DING!]

Sebuah notifikasi sistem muncul dilangit. Namun alih-alih lega, semua membeku. Tulisan hijau kebiruan khas sistem tiba-tiba bergetar, terdistorsi… berubah menjadi glitch berwarna merah darah.

[⚠ ERROR: kalian semua mengacaukan segalanya ⚠]

Mata Jinwoo membesar. Selene terdiam. Takeshi dan Leonhard refleks menyiapkan posisi bertarung. Ezekiel memucat.

Sistem kembali bergetar. Huruf-huruf yang tak terbaca menari di udara seperti cacing.

[⚠ KALIAN MERUSAK KESENANGAN PARA ADMINISTRATOR ⚠]

“Apa-apaan ini…?” bisik Ezekiel dengan wajah pucat.

Seketika dunia runtuh. Lantai hancur, langit retak seperti kaca pecah, tubuh mereka ditarik oleh kekuatan tak terlihat.

“Kuaghhh!!” Selene menjerit. Takeshi berusaha melindunginya, tapi tubuhnya ikut terseret. Leonhard meraung marah, sementara Ezekiel mengutuk keras-keras sambil tetap berusaha menahan dirinya. Jinwoo mencoba menancapkan pedangnya ke tanah, tapi dunia itu sudah tidak punya fondasi lagi.

Semua menjadi hitam.

Ketika cahaya kembali, mereka terhempas di sebuah tempat asing. Udara dingin menusuk tulang. Di sekeliling mereka terbentang miliaran layar holografis, menayangkan kehidupan setiap Hunter di seluruh dunia. Ada yang sedang bertarung, ada yang menangis, ada yang mati. Semua terekam. Semua dipertontonkan.

“...Apa-apaan ini…?” Takeshi berbisik ngeri.

Suara berderit terdengar. Di kejauhan, sebuah kursi raksasa perlahan berputar. Di kursi itu duduk sosok humanoid tinggi, namun tanpa wajah. Hanya permukaan datar berwarna putih berkilau, memantulkan cahaya layar-layar itu.

Hawa membunuh langsung menyelimuti ruangan. Lebih pekat dari Azhmodeus, lebih berat dari ribuan demon lord sekaligus. Nafas Jinwoo tercekat. Jantungnya seakan berhenti. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa benar-benar… tak berdaya.

Sosok itu perlahan berdiri. Suaranya bergema, dalam dan tak manusiawi, seakan berasal dari ribuan mulut sekaligus.

“Halo… para anomali yang merusak tatanan sistem.”

Langkahnya menggema, setiap pijakan membuat ruang bergetar.

“Aku adalah Host… Revenant.”

Jinwoo menggertakkan giginya, darah menetes dari bibirnya karena terlalu keras menahan tekanan. Selene gemetar ketakutan, Takeshi dan Leonhard sama sekali tak mampu bergerak. Ezekiel memandang dengan mata terbelalak, wajahnya menunjukkan sesuatu yang tak pernah ia perlihatkan sebelumnya—ketakutan murni.

1
Rudik Irawan
nanggung banget
RDXA: hehe/Blackmoon/
total 1 replies
Rudik Irawan
up terus Thor
Ilham bayu Saputr
mantap
Ilham bayu Saputr
crazy up thor
RDXA: insyaallah, terimakasih atas dukungannya 💪
total 1 replies
Rudik Irawan
sangat menarik
Rudik Irawan
lanjutan
mxxc
lanjut bg
Rudik Irawan
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!