NovelToon NovelToon
Perjodohan Tidak Sesuai Naskah

Perjodohan Tidak Sesuai Naskah

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:459
Nilai: 5
Nama Author: Romanova

Yue menerima perjodohan itu dengan satu kata singkat. "Ya."

Bukan karena cinta, jauh dari itu. Dia hanya berpikir hidupnya akan seperti kisah di film atau novel yang sering dia tonton, klasik, klise, dan penuh drama. Seorang pria kaya raya yang dingin dan tak acuh, yang diam-diam mencintai wanita lain, dan hanya menikah karena tekanan keluarga. Lalu Yue akan menjalani hidup sebagai istri formal, tidak dicintai, tapi tetap hidup mewah. Simple.

Satu-satunya alasan Yue setuju hanyalah karena satu kata sakral, UANG. Dia realistis, bukan romantis. Tapi yang terjadi, sungguh berbeda.

Pria itu, Raymon Sanchez tidak sesuai skrip. Sejak hari pertama mereka bertemu, bukan tatapan datar yang dia terima, melainkan pandangan tajam seolah dia adalah teka-teki yang ingin dia pecahkan. Bukan sikap acuh, tapi perhatian yang menusuk hingga ke tulang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Romanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Kabur Eh! Ada Mantan

Setelah selesai meeting, Yue menyimpan berkas presentasi di map dan berdiri, menyisipkan rambut ke belakang telinganya.

Matanya melirik cepat ke sekeliling ruangan kaca kantor utama.

Raymon masih di dalam, duduk tenang bersama tiga kolega bisnisnya. Semua berdasi rapi, dengan ekspresi serius dan penuh perhitungan.

Salah satu dari mereka bahkan tertawa di antara obrolan soal investasi.

Tapi Raymon tetap tak tergoyahkan, tampak sepenuhnya fokus kecuali saat matanya sempat menoleh ke arah Yue, hanya sekilas.

Yue pura-pura tak melihatnya.

Sekarang, waktunya menghirup udara segar, sebelum pria itu sadar dia hilang dari pandangan.

Dengan langkah ringan, dia melewati meja Marian, menyapa singkat, dan masuk ke dalam lift.

Begitu pintu tertutup, Yue mendesah pelan.

Wajah tegangnya runtuh, berganti dengan senyum lega kecil.

"Akhirnya…"

Tangannya membuka satu kancing atas blusnya, memberi ruang napas.

Tumitnya berdenting pelan saat dia bergoyang-goyang kecil, merasa bebas walau sebentar.

Saat lift turun ke lantai dasar, Yue mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasi peta.

Mall terdekat, kafe lucu. Tempat manis yang tak perlu pengawasan.

Setelah hari-hari penuh kendali dan tatapan tajam dari suaminya itu, dia butuh sesuatu yang normal.

Bahkan melihat etalase baju atau menyeruput kopi sendirian terasa seperti liburan.

Pintu lift terbuka.

Yue melangkah keluar, rambutnya berayun ringan, mata menatap lurus ke arah pintu kaca lobi.

Tak ada pengawal, tak ada pesan dari Raymon.

Tak ada siapa pun yang menarik lengannya atau menyuruhnya kembali.

Hanya untuk kali ini, Yue pikir, dia akan jadi wanita biasa. Bukan istri dari pria yang bahkan tak percaya udara luar itu aman baginya.

Dia menghentikan taxi, lalu masuk dengan tenang.

•••

Yue menyandarkan kepala ke jendela.

Wajahnya terkena pantulan cahaya matahari, dan untuk beberapa menit, dia membiarkan pikirannya kosong.

Tak ada rapat, tak ada Raymon. Tak ada ciuman yang menyelinap tanpa izin, tak ada genggaman tangan yang terlalu erat.

Hanya suara jalanan, deru kendaraan, dan aroma kota.

"Sudah lama tidak naik taksi." gumamnya sambil tersenyum kecil.

Taksi berbelok ke area parkir basement mall besar, lampunya remang, udara di dalam lebih sejuk.

Yue membuka pintu dan melangkah keluar, membayar sopir dengan cepat sebelum pria itu sempat mengenalinya.

Langkahnya ringan menuju eskalator.

Mall ini bukan tempat mewah, bukan jenis tempat yang biasanya disukai sosialita sekelas istri seorang CEO besar.

Tapi justru itu yang membuat Yue merasa lebih aman, lebih hidup.

Dia ingin mampir ke toko buku, atau mungkin duduk di kafe kecil dengan croissant dan kopi hangat.

Mungkin membeli novel murah, lalu membaca diam-diam sambil menertawakan betapa naifnya tokoh utama yang jatuh cinta pada pria posesif.

Ironisnya, itu cerita hidupnya sekarang. Hanya saja, dia tidak tahu.

Apa dia sudah jatuh cinta pada Raymon atau tidak, tapi dia sudah merelakan kesuciannya sebagai istri.

Itu tandanya apa?

Dia hanya melakukan kewajibannya atau dia jatuh cinta?

Sampai di lantai dua dan melihat kafe kecil dengan meja luar yang menghadap ke atrium, Yue tahu.

Ini tempatnya, sepotong kebebasan. Walau sebentar.

Yang belum dia sadari.

Ponselnya yang ada di dalam tasnya itu masih aktif, dan Raymon tak butuh pengawal di belakangnya, jika dia bisa mengawasi dari layar.

Dan dia sedang melakukannya sekarang.

Dengan ekspresi datar dan mata yang menyimpan badai.

Yue duduk di pojok kafe, tempat paling strategis.

Tidak terlalu dekat dengan keramaian, tapi masih bisa melihat lalu lalang orang di atrium mall.

Croissant nya sudah setengah habis, kopi latte nya masih hangat di gelas, dan jari-jarinya sibuk menggulir layar ponsel membuka media sosial yang selama ini dia abaikan.

Dia membiarkan tubuhnya rileks, bahu turun, rahang melemas.

"Ini dia… hidup normalku yang dulu. Sekali lagi saja, biarkan aku merasa jadi manusia biasa."

Sampai sesuatu atau seseorang masuk ke dalam pandangannya.

Yue membeku.

Langkah itu, gaya jalan santai, sedikit ogah-ogahan.

Jaket denim dan ransel hitam yang sama seperti terakhir kali mereka bertemu.

Dan ketika pria itu menoleh, astaga.

Wajah itu, senyum itu, itu Gevan mantan pacarnya.

Yue segera menunduk, setengah panik, pura-pura sibuk menulis pesan di ponsel.

Tapi dadanya mendadak sesak, seolah udara siang tadi yang segar kini berubah jadi beban.

Dia tidak salah lihat. Itu benar-benar Gevan.

Pria yang dulu mencintainya habis-habisan sampai akhirnya meninggalkannya demi sahabat kecilnya, tcih!

Sial.

"Kenapa harus sekarang?"

Pikirannya berlari, haruskah dia kabur? Atau tetap diam dan berharap pria itu tak melihatnya?

Tapi sebelum dia memutuskan, suara yang sangat familiar terdengar pelan di dekat mejanya.

"Yue?"

Yue mengangkat kepala pelan, dan benar saja.

Gevan berdiri di sana, masih dengan senyum kecil yang sama, tapi kini diselimuti kebingungan dan keterkejutan.

"Benar kau, kan?" tanyanya.

"Kupikir… aku cuma halu." ucapnya kembali.

Yue menelan ludah, menyembunyikan kepanikannya di balik senyum datar.

"Oh, hai." nada Yue terdengar ringan, hampir terlalu ringan, seperti sapaan biasa untuk orang asing yang kebetulan dikenal.

Tapi matanya berkata lain, dingin seperti kaca yang tak ingin disentuh.

Di hadapannya, berdiri pria yang katanya 'akan mencintai Yue selamanya' tapi akhirnya malah memilih sahabat kecilnya.

Lili yang dulu bahkan tak punya keberanian untuk bicara terang-terangan.

Yue tersenyum tipis, pura-pura ramah, walau dalam hati, dia mendesis.

"Lucu ya, yang katanya aku tak bisa hidup tanpamu, ternyata hidup-langsung-move-on bareng si boneka polos itu."

Gevan menggaruk tengkuknya, gugup.

"Kau... kelihatan berbeda. Lebih dewasa, lebih tenang."

Yue mengangkat alis. "Yah, waktu bisa melakukan banyak hal." jawabnya.

Gevan tertawa kecil, canggung.

"Kau masih tajam seperti dulu." kata Gevan.

Yue hanya menyesap kopinya, tak membalas.

"Jadi, kau sudah pulang dari luar negeri dan tinggal di sini sekarang?" tanya Gevan lagi.

Dia mencoba membuka obrolan seperti teman lama, seolah tidak ada luka, seolah tidak ada pengkhianatan yang dulu membuat Yue menangis sendirian di kamar apartemen semalaman.

"Tidak juga, hanya mampir sebentar. Mencari udara segar." jawab Yue santai, menyimpan ponsel ke dalam tas.

Dia merasa percakapan ini sudah terlalu panjang.

Di tempat lain, layar monitor kini ditatap Raymon dari ruang kerjanya, wajah Gevan juga terlihat jelas.

Dan ekspresi Raymon?

Luruh, pelan dan mati rasa.

Sebelum perlahan berubah menjadi senyuman yang sangat berbahaya.

Tbc

1
Syaquilla Mbull
author aku suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!