Katanya satu yang hilang dapat diganti dengan seribu yang datang. Tapi jika yang hilang adalah ibu, siapa yang mampu menggantikannya?
Meskipun begitu, aku memiliki seseorang yang mendampingiku. Merekapun menyayangiku tanpa syarat. Namun sayangnya, mereka malah saling memperebutkan aku. Hal inilah yang membuatku ditempatkan pada situasi yang sulit untuk memilih salah satu diantara mereka. Aku harus memilih antara menetap dengan kakak tiriku yang sejak kecil menemaniku ataukah pergi bersama kekasihku yang sangat aku cintai. Keputusan akhir yang kuambil adalah memilih untuk menetap. Tapi takdir punya rencana lain, ia malah mendatangkan kembali orang baru ke hidupku. Aku kembali di tempatkan di situasi yang sama yaitu dipaksa untuk memilih lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulyanee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan Selalu Lebih Baik Saat Bersamamu
Satu bulan setelah pesta kolega itu, Ergi selalu menghubungi Seriya setiap hari. Baik itu pesan chat ataupun pesan suara. Tak jarang juga Ergi menelpon Seriya di waktu senggangnya. Ergi mendapatkan nomornya Seriya langsung dari Erwin.
Seperti biasa Saat ini Seriya sedang berada di perpustakaan kota. Ia menjadikan membaca sebagai hobi dan Seriya selalu mendatangi perpustakaan di setiap weekend. Seriya juga banyak mengoleksi buku di rumahnya.
Di tengah kegiatan membawa bukunya itu, Ergi tiba-tiba menelpon Seriya. Ia cukup lama memandangi layar handphonenya sebelum akhirnya mengangkat panggilan tersebut, "Halo, aku sedang sibuk sekarang. Hubungi lagi aku nanti saja yah."
Seriya tampaknya sudah terbiasa dengan kehadiran Ergi. Rasa canggung diantarnya keduanya sudah benar-benar hilang. Seriya bahkan bisa menunjukkan sisinya yang lain. Ergi ternyata sangat menyukai Seriya yang aslinya begitu periang dan menyebalkan. Berbeda sekali dengan tingkah lakunya sebelum mereka lebih saling mengenal seperti sekarang ini.
"Kau sangat cantik," setelah mengatakan itu sambungan telepon pun terputus.
Seriya tentu saja tidak menghiraukan itu dan memilih melanjutkan kegiatan membacanya. Sampai datanglah seseorang yang tiba-tiba duduk di kursi yang berhadapan dengan Seriya lalu menyodorkan sesuatu.
"Ice cream? Aku membeli banyak rasa, coklat, strawberry and vanilla. And more thing, tulip ... segenggam tulip merah. Your favorite color."
"Tidak boleh membawa makanan ke dalam perpustakaan dan berhentilah memberiku bunga tulip merah setiap hari. Darimana kau tahu my favorite color? Kau menakutkan."
"Makanlah, aku sudah memberikan uang pada mereka agar kau bisa memakan ice cream ini. Kau harus menghabiskannya, ini semua adalah cintaku," Ergi kemudian melanjutkan, "Baiklah aku akan memberimu bunga seminggu sekali saja," lontarnya.
Seriya tak habis pikir dengan setiap tindakan mengejutkan dari Ergi. Ia kemudian mulai menyisihkan buku-bukunya yang ada di atas meja untuk memakan cintanya Ergi. Sedangkan Ergi? Ia dengan sabarnya menunggu Seriya untuk menghabiskan semua cintanya. Seriya pun tidak memperdulikan Ergi yang terus memperhatikannya.
Setelah selesai makan ice cream, Seriya berniat untuk melanjutkan bacaannya. Tapi, Ergi punya hal lain yang ingin dilakukannya dengan Seriya. Hari ini Seriya adalah miliknya.
"No, no, no. Kau harus ikut denganku sekarang. Lanjutkan bacaanmu lain kali. Kau harus memperhatikanku dulu hari ini!"
Tanpa basa-basi Ergi langsung Seriya dan menyeretnya untuk pergi meninggalkan perpustakaan. Setelah keluar dari sana, Ergi hanya mengajak Seriya berjalan kaki sambil memaksa Seriya untuk menggandeng tangannya.
"Jalan kaki? Kemana semua mobilmu? Jangan-jangan kau sudah bangkrut yah?" terka Seriya.
Ergi memutar bola matanya malas dengan tebakan Seriya terhadap dirinya.
"Kau pikir uangku akan habis semudah itu? Uangku bahkan tidak akan habis bahkan setelah 100 tahun kemarianku."
"Sombong sekali, kau memang cocok dengan karakter itu. Ini memang dirimu sekali."
Mendengar itu Ergi justru semakin berbangga diri. Bagaimana dengan Seriya? Ia sudah tidak pernah menanggapinya. Dengan berjalan kaki, Ergi membawa Seriya ke sebuah restoran mewah untuk makan siang.
"Kau seorang cenayang? Kenapa kau bisa tahu harus membawaku kemana. Aku belum makan dari semalam," sumringah Seriya.
"Aku tahu kau belum makan dari semalam."
"What?"
"What 'what'? You just said that."
"Oh I'm."
"Pesanlah apapun yang kau mau makan setelah itu akan kumakan kau," cetusnya diakhiri dengan kekehan.
"Kau benar-benar lain ternyata," Seriya sedikit memundurkan kursinya ke belakang untuk menjauhkan lagi dirinya dari Ergi yang duduk di hadapannya.
Ergi hanya tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari gadis di hadapannya ini. Seriya juga tampaknya tidak menyadari itu karena saking sibuknya memilih makanan yang tersedia di menu.
Mereka makan dengan tenang tanpa adanya obrolan, karena memang begitu lah adabnya. Setelah selesai makan barulah mereka kembali mengobrol seperti sebelumnya.
"Kenyang? Apakah tidak tersisa untuk dessert?" tanya Ergi.
Seriya diam sejenak untuk berpikir haruskah ia memakan dessert atau tidak. Ergi yang menyaksikan itu pun tak dapat menahan senyumnya. Akhirnya Seriya mengangguk-anggukkan kepanya ke atas ke bawah dengan cepat tanda mau.
Mereka pun beranjak dari restoran untuk mencari dessert. Masih sambil berjalan kaki dengan Seriya yang menggandeng lengannya Ergi di sepanjang perjalanan. Sampai mereka menemukan sebuah toko kue yang sederhana.
"Kau ingin kue dari sana Seriya? Kau yakin, di tempat itu? Aku mampu membawamu ke tempat yang jauh lebih baik."
Seriya menggeleng pelan kemudian disusul oleh langkahnya yang mulai meninggalkan Ergi untuk masuk ke dalam toko kue itu. Ergi memperhatikan sebentar toko itu sebelum ia masuki. Jika diperhatikan, semua kue di tempat ini bertema strawberry saja. Ergi pun mengerti, "Seriya sangat menyukai warna merah."
Setelah lama memilih, Seriya dan Ergi pergi mengunjungi sebuah taman dulu untuk menikmati kue sebelum pulang.
"Strawberry enak sekali kan? Kau menyukainya Ergi?"
"Iya aku juga menyukaimu!" spontan Ergi.
Ergi tersenyum setelah melihat Seriya yang berusaha untuk menahan senyumnya setelah mendengar apa yang diucapkan Ergi. Banyak sudah usaha yang dilakukan Ergi untuk Seriya, tapi belum ada yang benar-benar meluluhkan hatinya. Setelah melihat Seriya yang tersipu malu, menyadarkan Ergi bahwa sepertinya ia akan segera mendapatkan Seriya, hanya untuknya.
Setelah tersipu malu, Seriya tidak berani untuk bertautan mata dengan Ergi. Ia bahkan sedikit menjaga jaraknya dengan Ergi. Melihat gerak-gerik Seriya yang seperti itu membuat Ergi refleks memeluk pinggangnya Seriya yang berada di sebelah kirinya. Lalu ditariknya Seriya untuk duduk berdempetan dengannya.
Diperlakukan seperti itu justru semakin membuat Seriya tersipu malu lagi. Ergi yang masih memeluk pinggangnya Seriya membuatnya menutupi wajahnya dengan jari-jarinya yang lentik.
Belum cukup puas menggoda Seriya, Ergi pun semakin mengeratkan pelukannya. Bahkan ia mulai menelusupkan wajahnya ke pipi hingga ia membenamkan wajahnya ke ceruk leher Seriya. Perlahan Seriya pun menurunkan jari-jarinya dari wajahnya.
"Tidak boleh, jangan seperti ini."
"Tidak apa-apa, aku tidak akan melakukan hal yang lebih dari ini."
Selama beberapa saat Ergi dan Seriya saling berdekapan di taman. Terasa aneh, karena taman yang begitu sepinya, "Kau membayar orang untuk mengosongkan tempat ini?" gumamnya Seriya yang masih berada dipelukannya Ergi.
"Tidak!"
"Ah pantas saja tempat ini sepi."
"Kubilang tidak."
"Iya, iya tidak."
Seriya kemudian sedikit memberontak untuk bisa keluar dari dekapannya Ergi. Ergi yang tadinya memejamkan matanya langsung terusik.
"Kenapa, tidak nyaman? Mau ganti posisi lain?" tanya Ergi.
"Aku mulai mengantuk, antarkan aku pulang saja. Tapi jangan berjalan kaki," gumamnya itu membuat Ergi terkekeh.
"Tentu saja, kita tidak akan berjalan kaki. Walaupun iya harus berjalan kaki, aku tidak akan membiarkanmu berjalan. Aku akan menggendongmu sampai ke rumahmu."
"Can you? Really?"
"Of course baby, I can!"