Sosok Wanita yang Misterius, tak terlacak dan penuh dengan kejutan, memasuki kehidupan seorang CEO Tampan dan Sukses, entah di sengaja atau hanya kebetulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WAY 17
Masih menunggu, itu lagi sedang dilakukan oleh Kia dan Galang, namun terlihat di sana ia tidak menyia-nyiakan waktunya, berjalan menghampiri petugas dan menanyakan beberapa hal untuk memastikan perjalanan malam ini lancar.
"Ada masalah?" tanya Galang saat Kia kembali mendekat.
"Alhamdulillah tidak ada Pak, mudah-mudahan semuanya lancar sampai tujuan"
"Hem" Jawa Galang lalu matanya tertuju pada sebuah jam tangan yang melingkar di lengan kirinya, "Masih kurang 15 menit lagi" gumamnya lirih.
Kia hanya terdiam, sesekali mengecek laptop yang kini ada di pangkuannya, tentu saja hal itu menarik perhatian Galang, dia wanita yang tak pernah menyia-nyiakan waktu sedikit saja, pantas semua pekerjaannya selesai tepat waktu, bahkan bisa dibilang sebelum saatnya, batin Galang dalam diam.
"Kenapa memilih jam keberangkatan malam hari, bukankah kita bisa terbang sore tadi?" Tanya Galang penasaran.
"Karena malam hari sangat efektif Pak, nanti disana kita bisa langsung beristirahat, tidak membuang waktu percuma, tapi juga masih ada waktu untuk saya mengecek jadwal kegiatan untuk besok, dan yang paling penting perjalanannya tidak menganggu ibadah kita"
Maksud mu?
"Ya kita kan habis melakukan lima waktu untuk beribadah pak, jadi lebih lega, jika ada apa-apa diperjalanan nanti, kita mati dalam _"
"Hus, apa maksud mu?!"
"Maaf pak, kan hanya berjaga-jaga saja" sahut Kia dengan santainya.
"Iya tapi gak usah menceritakan kematian saat kita akan terbang, ada-ada saja" sahut Galang dengan wajah yang sedikit tegang.
"Bapak takut?"
"Memangnya kamu tidak?"
"Ya sama" Kia nyengir saja, sedangkan Galang hanya menggelengkan kepala, semakin dirasa kelakuan wanita yang beberapa hari ini bersamanya tambah aneh-aneh saja.
Akhirnya penerbangan dilakukan, keduanya kini sudah berada didalam pesawat, jika Kia dengan wajah cerianya menikmati perjalanan, berbeda dengan Galang.
Dengan wajah jengkel dan hati yang masih dongkol dirinya duduk ditempat, sebuah kursi eksekutif yang di pesan oleh Kia.
"Dasar wanita aneh, malah menyuruhku duduk sendirian disini, dia malah berada di kursi ekonomi, apa pikirannya sudah tidak waras, dasar!" Batin Galang.menahan emosi, dan tunggu saja, setelah turun nanti pasti akan membuat perhitungan tentang hal ini.
Satu setengah jam perjalanan, terpaksa Galang menunggu keberadaan Kia, karena dirinya turun lebih dulu.
"Kita sudah sampai pak" senyum Kia tanpa dosa.
"Lain kali jika kamu membedakan kursi pesawat yang kita naiki, lebih baik kita naik pesawat yang berbeda saja!"
Kia terdiam, dan Galang begitu saja melanjutkan langkah kakinya, tidak menunggu Kia yang masih terkejut akan semprotan atasannya.
"Apa salahku?, bukankah harusnya ia senang , perusahaan tidak boros pengeluaran, dasar aneh" batin Kia, lalu mempercepat langkahnya menyusul Galang yang sudah jauh di depannya.
Sampai di hotel, tanpa banyak bicara, Galang memasuki kamarnya, tidak bertanya atau perduli Kia berada di kamar mana dan seperti apa, intinya masa bodoh lah, terserah, karena masih ada rasa jengkel dihatinya.
Sementara Kia yang baru saja membersihkan dirinya, tiba-tiba mendapati ponselnya berbunyi.
"Hai Ambar, bagaimana perjalanannya, lancar?" Rupanya Lea memastikan keadaannya.
"Iya Bu, kami tiba kurang lebih empat puluh lima menit yang lalu" jawab Kia
"Bagaimana dengan Pak Galang, Aman?"
"Sepertinya begitu Bu, sudah berada di kamar hotel juga"
"Ok, terimakasih Ambar, selamat beristirahat"
"Baik Bu"
Sambungan di tutup oleh Lea, lalu Kia melihat jam di ponselnya, rupanya sudah jam 11 malam, saatnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang cukup lelah.
Dikamar lain, nampak Galang sedang berbicara dengan seseorang di ponselnya.
"Jadi dia membuatmu jengkel?"
"Ck, sudahlah, aku tidak mengerti jalan pikirannya, bisa-bisa nya dia malah memesan tiket ekonomi untuk dirinya" ucap Galang masih teringat akan kekesalannya.
"Dia memang wanita yang sederhana Lang, mungkin baginya tempat seperti itu lebih nyaman, iya kan?"
Galang terdiam sejenak, "Hem, sudahlah, aku mau istirahat, sudah malam"
"Okey, semoga semuanya lancar"
"Hem" dan Galang pun akhirnya memutuskan percakapan dengan Zaki yang lebih dulu menghubungi untuk menanyakan keadaannya.
*
*
Pagi hari yang cukup cerah, Galang sudah mendapatkan pesan dari Kia, mengingatkan akan makan paginya, dan saat Galang memasuki sebuah ruangan, rupanya sudah ada Kia yang menunggunya.
"Pagi pak, silahkan pilih menunya?" Kia menyodorkan buku menu yang sudah disiapkan diatas meja, Galang lalu memilih salah satunya.
Makan pagi yang tidak banyak drama, lebih tepatnya Galang banyak diam dan hanya mendengarkan beberapa informasi yang di berikan oleh asisten pribadinya.
"Kita berangkat sekarang pak?"
"Hem, tunggu aku di lobby saja"
"Baik pak" Kia melakukan apa yang diperintahkan.
Perjalanan yang tak jauh, menuju sebuah perusahaan raksasa yang ada di kota Kalimantan, dan semua kegiatan menjalin kerjasama seharian mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dua perusahaan, akhirnya mau bergabung dan antusias untuk menjalin kerjasama bersama dengan Ambarawa Company, cukup mengesankan bagi Galang, karena semua bisa dilakukan dengan cukup mulus.
"Sudah saya kirim jadwal selanjutnya Pak"
"Jadwal apa?" Tanya Galang.
"Perjalanan pulang kita pak?"
"Malam ini?"
"Loh, bukankah pak Galang yang meminta untuk segera mungkin kembali?"
"Ck, aku masih capek, beri waktu satu hari, besok kita ke teman lamaku, dia punya perkebunan buah, setidaknya kita bisa rileks di sana"
"Waduh, kalau begitu kapan kita akan pulang pak?"
"Besok malam" Galang lalu melihat lift yang terbuka, dan melihat ke Ambar.
"Tidak keluar?, bukankah ini lantai kamar mu?" Tanya Galang yang melihat Kia masih terdiam.
"Oh, iya lupa, terimakasih pak" jawab Kia, lau segera melangkah meninggalkan tempatnya.
"Hem" Galang melihat kepergian Kia.
Hanya bisa berkata dalam pikirannya, seperti yang Galang duga, kamar yang di pesan untuk Asistennya sendiri bisa di bilang tipe sederhana.
"Apa dia memang wanita sesederhana itu?, tapi aku lihat dia sangat nyaman dengan apa yang dilakukan, wanita yang sangat berbeda sekali" batin Galang, lalu keluar setelah pintu lift terbuka kembali.
Tepat pukul enam petang, Galang memasuki kamarnya, seharian melakukan aktivitas penuh ketegangan membuatnya begitu lelah, dan bathub bersi air hangat adalah pilihannya.
Matanya terpejam, dan terlintas bayangan, empat kaki berlari, menyusuri taman yang indah penuh bunga dan buah, harum segar bisa Galang rasakan, bibirnya tersenyum saat menggenggam tangan mungil itu, begitu bahagia dan sangat dirindukannya, namun tiba-tiba _
"Tidak!"
Galang tersentak, terngiang bagaimana suara jeritan meluluh lantakkan jiwanya, matanya langsung terbuka, dengan nafas yang memburu Galang seketika keluar dari bathub, meraih handuk dan membelit kan di pinggangnya.
Kini Galang berusaha menata nafasnya di depan kaca besar sambil menatap dirinya, bayangan masa lalu yang mengerikan masih saja menghantui nya.
"Maaf" gumamnya lirih, sambil menunduk dalam, seolah ada penyesalan yang begitu dalam.
Yang makin penasaran, yuk mana komennya.
Bersambung.
ciye...