Suami Kedua Pilihan Mertua (Setelah Ditalak)

Tuan Wiranto mengajak Zahira pulang, dia ingin menjelaskan semuanya pada mantan cucu menantunya itu.

“Nak, kita bicara di rumah. Kakek sudah tahu segalanya, Kakek juga tahu tentang perceraian kamu dan Hanif yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dari kami.“

“Kek, tolong berikan Zahira waktu. Nanti Zahira akan pulang...“ wanita dengan wajah campuran Belanda itu berdiri dengan tubuhnya yang lunglai, langkahnya terseok-seok saat keluar dari restoran.

Tuan Wiranto merasa kasihan namun permasalahan memang harus segera diselesaikan sebab jika dibiarkan terus menerus maka akan semakin runyam nantinya.

Para pengawal yang selalu melindungi Zahira tidak jauh dari wanita itu saat Zahira mengemudikan mobilnya ke suatu tempat. Tak lama Zahira menghentikan mobilnya di suatu taman yang sepi dari orang-orang.

Demi menjaga sang majikan, para pengawal berpencar tanpa menganggu Zahira yang duduk di kursi dengan hati yang terluka tengah menangisi kisah cintanya.

“Hikssss...." wanita itu terus menangis, ia mencoba setia pada sang kekasih namun nyatanya selama dua tahun ini ia malah dibohongi.

Srekkk...

Srekkk...

Suara daun-daun tanaman bergesekan, tatapan Zahira menajam saat ia melihat seseorang keluar dari space yang ditutupi tanaman menjalar yang rimbun dari arah kirinya.

“Siapa kamu?!“ Zahira bersikap waspada karena orang itu berpenampilan menyeramkan. Dagu yang dipenuhi janggut, kumis yang tebal dan juga rambut gondrong.

“Woi! Siapa kamu!“ para pengawal langsung sigap berlarian mengelilingi Zahira, separuhnya lagi menghampiri orang berpenampilan gelandangan itu dengan wajah garang mereka.

“Aku hanya sedang tidur siang, tapi terganggu oleh tangisan seseorang. Aku bermaksud pergi dan tak akan menggangu.“ Jawab Gio cuek, dia kembali melanjutkan langkahnya yang memang akan pergi untuk memberikan ruang pada Zahira agar wanita itu bisa menangis sepuasnya.

“Tunggu, kamu bisa tetap disini. Maaf, aku yang mengganggu kamu. Ini ada uang sedikit...“ Zahira sudah mengeluarkan uang tiga lembaran merah dari dompetnya.

Gio menatap jengkel pada Zahira, “Aku bukan pengemis, simpan saja uang mu Nona kaya! Tidak semua orang berpenampilan seperti ku ini adalah peminta-minta!“

“Eh, saya salah lagi. Maaf yahhh...“ Zahira yang tadinya bersedih tiba-tiba tersipu malu, ia bukan tipe seorang wanita kaya sombong dan menyepelekan orang lain jadi ia merasa malu karena sempat ingin memberikan sedikit rezekinya.

Gio berdecak pelan. “Kamu nggak sepenuhnya salah, karena bukan kamu saja yang berpikir aku ini seorang pengemis. Aku hanya nyaman dengan penampilan ku saat ini, jadi jika membuat orang lain salah paham... itu juga salahku. Sebenarnya, aku sedang menghukum diriku sendiri yang dulu mengkhianati istriku. Aku tak ingin hidup dengan nyaman lagi.“

Zahira yang tadinya menangis, malah melupakan kesedihannya. Ia tiba-tiba saja tertarik dengan cerita Gio, karena situasi Reynaldi saat ini sepertinya sama dengan Gio.

“Maukah Mas bicara dengan saya sebentar, saya hanya tertarik dengan cara Mas nya menghukum diri sendiri setelah semua yang terjadi.“

“Boleh saja, tapi.. apa para pengawal Nona mengijinkan kita bicara?“

“Kalian menjauh lah sekitar 5 meter, biarkan saya bicara dengan Mas ini.“

Para pengawal pun menuruti perintah Zahira, mereka melangkah sekitar lima meter jauhnya dan berdiri membelakangi Zahira untuk memberikan privasi.

“Duduk Mas.“ Tawar Zahira, kursi yang ia duduki memang panjang.

Wanita itu duduk di ujung kursi, sementara Gio duduk di ujung kursi lainnya.

“Jadi?“ Zahira sudah tak sabar ingin mendengar cerita Gio.

“Nama saya Gio...“

“Oh iya, maaf Mas. Nama saya Zahira..."

Keduanya saling berjabat tangan sebentar, lalu Gio duduk dengan santai. Pria itu mulai menceritakan tentang hubungan perselingkuhan nya dengan Elsa, lalu menceraikan Embun yang sedang hamil anaknya. Lantas tentang kecurangan di perusahaan milik ayahnya, membuat Papa Hendra stroke sampai kini. Gio menceritakan tanpa menyebutkan nama, jadi Zahira tidak mengetahui jika orang-orang yang diceritakan Gio adalah orang-orang yang ia kenal.

“Mas nya pernah cinta sama mantan istri?“

Gio menggeleng, “Saya tidak munafik dan tak ingin berbohong, sejak awal Saya memang tidak pernah mencintai wanita yang dijodohkan dengan saya.“

“Menurut Mas, seandainya dulu Mas bertahan dengan mantan istri... apa Mas tidak akan menyesal seperti sekarang dan hidup bahagia?“

“Entahlah, tapi satu yang pasti... menikah tanpa cinta pun dan terpaksa hanya menyiksa diri.“

Zahira langsung teringat sang kekasih, Reynaldi bilang laki-laki itu tak mencintai istrinya dan mereka menikah hanya karena anak. Namun, apa jadinya jika Reynaldi akhirnya bercerai seperti Gio?

Apa pria itu akan lebih bahagia jika masih bersama dengan Jihan dan anak mereka... atau akan sengsara karena tak ada cinta dalam pernikahan mereka?

Sepertinya aku harus menyelesaikan masalah ini secepatnya, aku harus merelakan Bang Rey untuk istrinya karena aku tak ingin Bang Rey seperti Mas Gio yang menyesalinya setelah semuanya terlambat.