Gadis SMA bernama Monday , 16 tahun seorang yatim piatu. Sebatang kara dan harus mengais rejeki sendiri.
Dia tak ingin mengemis, namun dia harus berusaha mendapatkan uang lewat tarian kecilnya dibawah rambu lalu lintas.
Bisakah Monday bertahan? Bangkit dimasa sulit untuk mencapai impiannya. Akankah ia mampu meraihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By Amnesia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pamer
Senin, 06:15
Pagi itu, Friday telah berada di depan rumah Monday yang saat ini berstatus pacar. Ia menjemputnya untuk berangkat sekolah. Tak berapa lama Monday membuka pintu dan menyapa Friday dengan senyuman.
Setelah itu Monday mendekat sambil tersenyum-senyum. Betapa aneh perasaannya mengingat kejadian semalam yang sempat beradu ego.
Dan sekarang mereka telah menyatu dalam sebuah ikatan yaitu kekasih. Sama halnya Friday, biasanya dia tak pernah merasa canggung dan semalu ini. Namun kali ini beda, rasa canggung serta bahagia menyelimuti dunia mereka.
"My day," panggilan sayang Friday ke Monday.
"My night," panggilan baru untuk Friday.
Monday lantas tertawa kecil karena geli sendirinya.
"Cantik banget sih hari ini hehe," puji Friday seraya memakaikan helm ke Monday.
"Hahah hari ini cantik, besok jelek," ucap Monday sambil merapikan Helm agar pas dengannya.
"Itu kan kamu yang bilang, kalau menurutku, kamu cantik setiap waktu sayang," gombal Friday.
"Haha gombal aja terus, nanti kalau aku udah tua, apa mungkin kamu akan mengatakan hal yang sama seperti ini?" tanya Monday.
"Cantik itu ada di hati bukan di wajah," ucap Friday.
Monday tersenyum membenarkan apa yang dikatakan Friday.
Setelah memakai helm Friday mulai melajukan motornya. Sepanjang perjalanan ke sekolah Monday menceritakan kisahnya yang menangkap pencopet pagi tadi.
"Wah, keren juga nih pacar ku, tapi lain kali ga usah ya, bahaya." cegah Friday.
"Ok My night , gak lagi deh, tadi kan yang nangkap bukan aku juga," jawab Monday menjelaskan.
Dia pun mendekap Friday, memeluknya dari belakang dengan erat. Friday menjadi tidak tenang saat mengendarai motor, tubuhnya bereaksi ketika dipeluk Monday. Ada getaran yang ambigu, yang tak bisa dijelaskan secara rinci.
Mereka bercengkrama dengan sangat mesra, bercanda tawa hingga lupa keadaan. Lampu merah pun di terobosnya, peluit Pak Polisi datang dari arah belakang. Namun mereka tak mendengarnya. Terpaksa Polisi yang bertugas saat itu mengejarnya.
Sang Polisi berusaha menjajarkan posisi motornya dengan Friday dan memberi isyarat bahwa mereka harus menepi.
Friday pun mentaati ya. Ia tak merasa melanggar, motornya lengkap dan menggunakan helm. Lalu juga tidak ngebut, namun apalagi yang salah.
"Maaf, apakah Anda tahu kesalahan apa yang Anda perbuat hingga Saya harus menghentikan perjalanan kalian?" tanya Polisi itu.
Friday menjawab dengan menggelengkan kepala. Sang Polisi lalu memberitahu kesalahan Friday.
"Di lampu lalu lintas jalan S tadi Anda telah melanggar lampu merah. Tapi Anda menerobos begitu saja. Apa Anda tidak tahu peraturan lalu lintas?" ucap sang Polisi
"Oh itu karena warnanya merah pak. Saya kan tidak suka warna merah hehe, gak Pak becanda. Maaf tadi saya benar-benar tidak tahu karena kita tadi lagi asyik mengobrol tentang pelajaran debat diskusi pak, nah pagi ini ujian. Jadi kita berlatih di sepanjang jalan agar hemat waktu . saya siap ditilang pak. Ini KTP, SIM dan STNK. " ucap Friday sedikit berbohong , padahal sedari tadi yang mereka bicarakan adalah obrolan anak muda yang sedang jatuh cinta.
Pak Polisi menyita SIM dan memberi surat lembar penilangan. Setelah itu Friday dipersilahkan melanjutkan perjalanannya
Tak henti-hentinya Monday menertawakannya. Saking asyiknya, tak terasa sudah mereka hampir dekat sekolahan. Monday menyuruh Friday untuk menghentikan motornya jauh dari sekolahan dan Friday menurut, segera dia berhenti dan bertanya, "Kenapa my day? kalau jalan dari sini masih lumayan jauh loh," ucap Friday
"Aku gak mau, nanti fans kamu, mereka semua nantinya sakit hati," ucap Monday
"Justru mereka harus tahu status kita, dengan gitu mereka akan tahu dimana menempatkan posisi untuk mereka. Ayo naik , ntar telat loh. Aku janji akan ngelindungi kamu," ucap Friday meyakinkan.
Dengan memikirkan sebab akibatnya akhirnya Monday menuruti Friday, meskipun dengan hati yang teramat berat.
Mereka melanjutkan perjalanan lagi. Sesampai di parkiran sekolah, semua mata tertuju pada Friday yang sedang membonceng Monday saat itu.
Setelah memarkirkan kendaraannya, Friday menggandeng tangan Monday dan beberapa langkah kemudian Friday merangkul pinggangnya, seolah-olah berkata pada semua orang, 'Monday pacarku' semua mata tak henti-hentinya memandanginya.
Ada yang diam terkejut, ada yang bersorak menggoda mereka dan ada yang menatap sinis, terutama Siti dan Mia.
Monday tak nyaman dengan perlakuan Friday. Ini bukan aksi pertunjukan drama percintaan. Ini sekolahan dan Monday hanya ingin belajar dengan tenang dan bersikap seperti biasanya.
"Friday tolong lepasin, ini sekolahan!" ucap Monday sambil berbisik ke telinga Friday.
"Kan belum sampe kelas, sabar ya My day," pinta Friday.
"Lepasin gak, aku ga suka! " Bentak Monday dengan intonasi tinggi tapi masih dengan suara berbisik pelan.
Friday terkejut dengan suara bentakan yang diterimanya. Monday sedikit marah karena tidak mau menuruti perkataanya.
Ia pun pergi dengan kesal menuju kelasnya kemudian meninggalkan Friday begitu saja.
Sedangkan Friday terkejut dan sedikit malu karena Monday meninggalkannya. Ada perasaan menyesal tiba-tiba karena sudah membentak Friday tadi.
"Kenapa Monday tidak suka kita bersikap mesra seperti itu. Apa dia tidak mau mengakui hubungan kita, Aku benar-benar malu sama teman-teman tadi," gerutu Friday dalam hati.
Friday ikut sebal dan cemberut. Belum ada sehari mereka berpacaran tetapi hubungan mereka udah termakan emosi. Dia pun masuk kekelas dengan lemas.
"Cie-cie yang kena marah ma pacar barunya hahaha," ledek Robi.
"Woh pacar barunya galak ya Frid?" Kenzo menimpali.
"Hemm puas-puasin aja ketawa kalian. Aku gak mau traktir kalian lagi!" Ancam Friday
"Eh eh yaudah kita diam, hihi maaf Frid bercanda," ucap Kenzo
Mereka berdua langsung terdiam.
Semangat kak Wen, lanjut baca karyamu yg lain...
salam,