NovelToon NovelToon
DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

Status: tamat
Genre:Identitas Tersembunyi / One Night Stand / Dark Romance / Cintapertama / Beda Usia / Misteri / Tamat
Popularitas:121.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Kevia tak pernah membayangkan hidupnya berubah jadi neraka setelah ayahnya menikah lagi demi biaya pengobatan ibunya yang sakit. Diperlakukan bak pembantu, diinjak bak debu oleh ibu dan saudara tiri, ia terjebak dalam pusaran gelap yang kian menyesakkan. Saat hampir dijual, seseorang muncul dan menyelamatkannya. Namun, Kevia bahkan tak sempat mengenal siapa penolong itu.

Ketika keputusasaan membuatnya rela menjual diri, malam kelam kembali menghadirkan sosok asing yang membeli sekaligus mengambil sesuatu yang tak pernah ia rela berikan. Wajah pria itu tak pernah ia lihat, hanya bayangan samar yang tertinggal dalam ingatan. Anehnya, sejak malam itu, ia selalu merasa ada sosok yang diam-diam melindungi, mengusir bahaya yang datang tanpa jejak.

Siapa pria misterius yang terus mengikuti langkahnya? Apakah ia pelindung dalam senyap… atau takdir baru yang akan membelenggu selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Hati yang Goyah

Kevia membelalak, sisa tenaga langsung terkumpul hanya untuk membentak. “Dasar gila! Siapa yang mau lanjut besok?! Jangan mimpi!”

Pria itu terkekeh rendah, nada tawanya dalam dan bergetar di dada. “Jangan menyangkal. Aku tahu kau menikmatinya. Eranganmu, desahanmu. Sentuhanmu barusan… kau begitu pandai.”

Wajah Kevia langsung merah padam. Ia mengepalkan tangan dan menghantam pelan dada bidang itu. “Diam! Dasar mesum! Kau pikir aku senang? Itu cuma… itu cuma…” Lidahnya kelu, mencari alasan, tapi justru semakin salah tingkah.

Pria itu menunduk, suaranya seperti membelai telinga. “Kau bahkan sempat mengelusku lama, seolah tak ingin melepas. Dan aku rasa.. mungkin ada jejak yang kau tinggalkan di tubuhku.”

Kevia menutup wajah dengan kedua tangan. “Diam! Jangan bicara lagi!"

Pria itu makin menekan tubuhnya lembut, tidak memberinya ruang untuk kabur. “Kau benar-benar membuatku gila. Malam ini...aku benar-benar puas, sekaligus kecanduan.”

“Diam!” Kevia kembali menjerit kecil, tangannya memukul bahu pria itu dengan sisa tenaga. “Kau melakukannya seenakmu. Tanpa izinku. Ini… ini pemerkosaan. Aku korbannya!”

Pria itu terkekeh rendah, suaranya bergetar di dada bidangnya. “Orang yang diperkosa biasanya berteriak dan menangis. Tapi kamu…” ia mendekatkan bibir ke telinganya, “…korban yang justru mengerang dan mendesah manja?” godanya cepat, suara rendah penuh tawa tertahan.

Wajah Kevia memanas. Kata-kata itu menusuk, membuatnya tak bisa menyangkal. Benarkah dirinya tadi begitu? Tidak mungkin! Ia menggigit bibir, merasa seluruh tubuhnya ditelanjangi oleh ucapan itu.

Refleks, Kevia menutup mulut pria itu dengan telapak tangannya. “Kau… benar-benar menjengkelkan!”

Pria itu dengan tenang menarik tangannya. Matanya berkilat dalam remang, lalu suara beratnya turun menjadi bisikan lembut, nyaris bergetar menyusup ke tulang.

“Kau menggairahkan, Sayang. Aku sangat menyukai sentuhanmu… kecupanmu.” Nada tawanya lenyap, berganti ketulusan aneh yang membuat dada Kevia berdegup kencang tak terkendali.

Deg! Deg!

Jantung Kevia berdegup tak karuan. "Kenapa… kenapa suaranya terdengar begitu jujur? Kenapa hatiku seperti bergetar saat mendengarnya?" Ia menunduk, berusaha mengusir rasa itu.

Dengan napas terengah, Kevia memeluk dirinya sendiri, seolah ingin melindungi dari perasaan asing yang datang tanpa izin. Ia menggigit bibir, wajahnya memanas.

“Diam! Dasar mesum! Kau benar-benar pandai membuatku marah sekaligus… gila!”

Pria itu tersenyum samar, matanya teduh namun menusuk. “Bagus. Biarkan aku membuatmu gila… tapi hanya padaku.”

“Kau menyebalkan!” Kevia melotot, meski nadanya terdengar lebih gemetar daripada galak.

“Kau menggemaskan,” balasnya cepat, senyum melebar.

“A-aku benci kamu!”

“Aku cinta kamu.”

“Aku nggak mau dicintai kamu!”

“Tapi aku sudah terlanjur jatuh terlalu dalam.”

Kevia tercekat, lidahnya kelu. Ia kehabisan kata, hanya bisa terdiam dengan dada sesak.

Kata-kata itu menusuk Kevia lebih tajam dari pisau. "Cinta? Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa seseorang sepertinya berkata cinta dengan suara setenang itu… sementara aku sendiri bahkan tak bisa memahami perasaanku?"

Hening jatuh seketika, hanya ada napas keduanya yang masih cepat, berpadu di udara sempit. Kevia hendak merutuk lagi, tapi pria itu dengan tenang menarik tangannya, lalu menunduk. Sebelum Kevia sempat melawan, sebuah kecupan singkat, hangat, dan mengejutkan mendarat di keningnya.

Kevia terdiam, tubuhnya membeku. "Kenapa keningku terasa terbakar hanya karena kecupan singkat itu? Kenapa dadaku terasa sesak… tapi juga hangat?"

“Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu… selamanya. Hanya denganmu,” bisik pria itu pelan. Tak ada lagi nada godaan, hanya ketulusan murni yang menusuk langsung ke hati.

Kevia tertegun. Kata-kata itu menghantam benteng pertahanannya yang rapuh. Ia bisa merasakan betul, itu bukan sekadar rayuan, melainkan janji yang lahir dari lubuk terdalam. Janji berbahaya, karena diam-diam hatinya mulai goyah.

Pria itu menarik lembut tangan Kevia, membawanya menyentuh wajah yang selalu tersembunyi dalam remang malam dan masker. Jantung Kevia berdetak tak terkendali.

Pria itu mengecup telapak tangannya, lalu menuntun jemari Kevia menyusuri garis wajahnya dengan penuh kelembutan.

“Sekali saja… sekali saja kau berkata bersedia hidup bersamaku selamanya. Maka akan kutunjukkan wajahku. Dan semua milikku akan jadi milikmu,” bisiknya lirih, seperti permohonan yang nyaris putus asa.

Kevia memejamkan mata, mencoba mengukir setiap lekuk wajah itu hanya lewat sentuhan. Jemarinya turun perlahan, berusaha mengenali, mengingat, menyimpan dalam hatinya.

-----

Kevia terbangun karena cahaya matahari menelusup dari celah gorden, menusuk matanya hingga ia mengerjap. Kesepian menyergap saat ia mendapati dirinya terbaring seorang diri. Kasur di sampingnya telah dingin, pertanda pria itu entah sejak kapan pergi.

Kilasan malam yang bergelora bersama pria misterius itu kembali menyerbu ingatannya. Perdebatan mereka, sentuhan hangat, hingga kalimat tulus yang mengguncang pertahanannya.

Ia mendesah kasar, buru-buru bangkit sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Saat matanya menangkap secarik kertas di atas nakas, tepat ditindih ponsel yang sejak kemarin ia cari, hatinya langsung berdesir kesal.

“Selalu saja begini…” gerutunya, wajahnya masam.

Dengan malas, ia meraih kertas itu dan mulai membaca.

Jika ingin pulang ke rumah ayah dan ibu, ada sopir yang siap mengantarmu. Uang bulananmu sudah kutransfer, bisa kau cek di ponselmu. Kalau kurang, bilang saja.

Kevia mendengus keras. “Dasar seenaknya! Datang, bikin onar… lalu pergi setelah—” kata-katanya terhenti, pipinya memanas. “Setelah itu… terus ninggalin duit? Apa dia itu tuyul kontrak pesugihan apa gimana, sih?!”

Dengan kesal ia meraih ponselnya, buru-buru membuka mobile banking. Tapi begitu angka saldo terpampang jelas di layar, matanya langsung membulat.

“Se… seratus JUTA?!” serunya refleks.

Detik itu juga ia menutup mulut dengan tangan, takut teriakannya terdengar sampai luar kamar. Wajahnya sudah merah padam, entah karena malu, marah, atau… perasaan aneh yang terus bergemuruh di dadanya.

Namun beberapa detik kemudian, matanya kembali melebar. “Tunggu dulu… uang bulanan? Maksudnya… aku bakal dapat seratus juta per bulan? Terus kalau kurang bisa minta lagi?!”

Kepalanya terasa berasap. Bayangan pria itu menyeruak, mengusik setiap sudut pikirannya.

“Sekali saja… sekali saja kau berkata bersedia hidup bersamaku selamanya. Maka akan kutunjukkan wajahku. Dan semua milikku akan jadi milikmu,” bisiknya lirih, seperti permohonan yang hampir putus asa.

Kevia tergelak kasar, suaranya pecah. Tawa itu terdengar garing, nyaring, lebih mirip orang yang kebingungan antara marah dan tidak percaya.

“Ini mimpi apa nyata, sih?!”

Ironinya menyambar. Selama ini keluarganya hidup susah, bahkan ia dan ayahnya rela diinjak-injak, dijadikan budak oleh Rima hanya demi biaya pengobatan ibunya. Dan sekarang? Rekeningnya tiba-tiba gendut tanpa ia harus bekerja setengah mati.

Ia menjambak rambutnya sendiri, wajahnya kusut penuh frustrasi. “Aduh, aku benar-benar jatuh makin dalam di cengkeramannya. Aku harus gimana, sih?!”

Yang lebih menyebalkan, ada perasaan nyaman dan terlindungi setiap kali bersamanya. Tapi di saat yang sama, ia juga selalu kesal, marah, sebal, campur aduk jadi satu. Seakan hatinya diaduk-aduk tanpa ampun oleh pria yang bahkan tak pernah ia lihat wajahnya… dan namanya pun ia tak tahu.

-----

Usai membersihkan diri dan sarapan, Kevia akhirnya memutuskan pulang. Mobil hitam yang ditumpanginya melaju mulus di jalanan desa yang mulai ramai oleh warga. Namun, beberapa meter sebelum memasuki perkampungan, Kevia tiba-tiba mencondongkan tubuh ke depan.

“Berhenti di sini,” ucapnya pelan namun tegas.

Sopir itu menoleh lewat kaca spion, wajahnya tetap datar. "Mohon maaf, Nona. Ini masih jauh dari rumah. Saya diperintahkan mengantar sampai depan."

Kevia menghela napas, menatap jalan kecil yang menghubungkan ke kampung. “Aku jalan kaki saja. Kamu berhenti di sini.”

Sopir itu terdiam, tangannya menggenggam erat setir. “Nona, saya tidak mau menyalahi perintah Tuan.” Suaranya terdengar tetap tenang, meski jelas ada tekanan.

Kevia merapatkan alisnya. “Turunkan aku di sini. Kalau tidak… aku bakal benturin kepala di jendela, lalu bilang ke bosmu kalau kamu nyetir sembarangan.” Nada suaranya dibuat setajam mungkin.

Sopir itu tetap berusaha menjaga kesopanan. “Non, izinkan saya jelaskan. Ini perintah langsung, saya—”

“Aku hitung sampai tiga. Kalau kamu masih jalan, aku benar-benar lakukan.” Kevia menatapnya tajam, wajahnya jelas-jelas serius. “Satu… dua…”

Sopir itu menarik napas dalam, tampak menimbang cepat antara risiko satu dan risiko lain. Diturunkan sebelum sampai rumah pasti akan dimarahi, tapi kalau Kevia terluka dalam pengawasannya, hukumannya bisa lebih besar.

Akhirnya ia memutar setir, menepikan mobil perlahan. “Baik, Nona. Saya turunkan di sini. Tapi tolong jangan katakan pada Tuan kalau saya mengalah.”

Senyum tipis muncul di bibir Kevia. “Gitu dong.”

Sopir itu hanya bisa menggeleng pelan, lalu menghentikan mobil. Kevia turun, merapikan tasnya, kemudian melangkah ringan di jalan setapak menuju kampung.

Namun baru beberapa langkah ia menjauh, ponselnya bergetar. Layar menyala dengan nama kontak yang membuatnya otomatis berdecak.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Kyky ANi
semoga pernikahan,, berjalan lancar,,, dan tidak ada lagi rahasia,, diantara Yoga dan Kevia,,,
Kyky ANi
gimana ya,, reaksi Kevia nanti, saat dia tahu Yoga,, adalah pria misterius itu,,,
Kyky ANi
kalau Kevia tahu dia sedang hamil,, pasti dian akan menghindari Yoga,,, karna dia mengandung anak pria misterius,, ayo,, pa Ardi,,, yakin kan Kevia,, supaya mau menikah dengan Yoga,,,
Kyky ANi
pa Ardi, sebenarnya ingin marah pada Yoga,, tapi,, melihat Yoga yg selama ini membanru hidup mereka, terpaksa diam dan menerima ini semua,,,
Kyky ANi
ayo Yoga,, jelaskan semuanya pada pa Ardi,,
Kyky ANi
untung,, Yoga, datang tepat waktu,, jadi ibu Kemala,, bisa diselamatkan,,,
Kyky ANi
tuh kan, Kevia hamil,, jadi siapa,, yang akan berterus terang,, ngomong jujur,,, apakah Yoga,, akan jujur sama Kevia,,,
Kyky ANi
Kevia semakin curiga pada sosok pria misterius yang mirip Yoga,,
Kyky ANi
ayo Yoga,, kapan kamu jujur pada Kevia,, kalau kamu adalah pria misterius itu,,,
Kyky ANi
pasti,, itu kak Yoga yang jemput,,,
Kyky ANi
ya,, ampun,,loe berdua,, masih ngak jera ya,, masih mau,, jahatin Kevia,,,,
Fadillah Ahmad
Kalau Novel DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahaaia) ini sudah pasti masuk Series Keluarga Nugroho kak Nana... Yang jadi pertanyaan sekarang itu cuma satu kak, apakah Novel DEBU (Demi Ibu) ini berdiri sendiri, atau masuk ke Series Keluarga Nugroho kak Nana? 🙏🙏🙏😁
Fadillah Ahmad
Kak Nana, Novel "DEBU (Demi Ibu) itu, apa masuk Series Keluarga Nugroho, atau berdiri sendiri kak Nana? 🙏🙏🙏😁
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama 🤗
total 3 replies
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
terimakasih tor.. sehat n sukses selalu love sekebon
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama Kak 🤗🙏🙏
total 1 replies
septiana
makasih kak udah menghadirkan cerita yg menarik dan begitu menginspirasi.. siap otw ke cerita selanjutnya see you kak n tetap semangat 💪🥰
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama Kak🤗🙏🙏
total 1 replies
Siti Jumiati
Terima kasih atas karya nya kak nana, tetap semangat berkarya,aku selalu menunggu dan siap membaca karya-karya kak nana.
🌠Naπa Kiarra🍁: Makasih Kak 🤗🙏
total 1 replies
Kyky ANi
Rasain lo,, Riri sama Popy,, hukumannya mau nambah lagi ,,,
Lusiana_Oct13
Makasih banyak author Nana semangat menciptakan karya² bagus yg lain nya 💪💪🤩🤩❤️❤️
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama Kak 🤗🙏
total 1 replies
anonim
Cerita yang bagus - banyak pelajaran di dapat.
Nova dan Kevin berjodohkah ?
Terima kasih Author, semangat dakam berkarya, sehat selalu, lancar rejekinya 🙏🏻💖
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin. Makasih Kak 🤗🙏🙏
total 1 replies
anonim
Konsekuensi yang harus di terima Riri dan Popy - memutus masa depannya sendiri tanpa ampun.
Terutama Riri sudah sangat keterlaluan perlakuannya terhadap Kevia.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!