Raffaele Matthew, seorang Mafia yang memiliki dendam pada Dario Alexander, pria yang ia lihat telah membunuh sang ayah. Dengan bantuan ayah angkatnya, ia akhirnya bisa membalas dendamnya. Menghancurkan keluarga Alexander, dengan cara membunuh pria tersebut dan istrinya. Ia juga membawa pergi putri mereka untuk dijadikan pelampiasan balas dendamnya.
Valeria Irene Alexander, harus merasakan kekejaman seorang Raffaele. Dia selalu mendapatkan kekerasan dari pria tersebut. Dan harus melayani pria itu setiap dia menginginkannya. Sampai pada akhirnya ia bisa kabur, dan tanpa sadar telah membawa benih pria kejam itu.
Lalu apakah yang akan dilakukan Valeria ketika mengetahui dirinya tengah berbadan dua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lovleyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Penyusup
Kedua tangan Valeria menutup daun telinganya, saat sebuah suara tembakan terdengar memekakkan telinga.
Dari tempatnya berdiri, Raffaele mengeluarkan kalimat umpatan. Pandangan pria itu memindai sekitar. Waspada dan langsung meminta agar para anak buahnya berangkat segera. Dari pemikirannya, ia sudah bisa menebak jika ada musuh di sekitar sini. Mereka tidak bisa berlama-lama lagi di tempat ini.
"Cepat kalian berangkat! Jangan panik dan terus awasi sekitar!" Perintah Raffaele.
Ketika kapal yang membawa barang-barang terlarang itu sudah pergi, Raffaele menghampiri Valeria. Menggenggam tangannya sedikit menyeretnya.
"Ayo! Jangan lelet jalannya, kita harus segera pergi dari sini." Ujar Raffaele.
Valeria mengikuti dari belakang langkah lebar pria di depannya. Langkah mereka bukan hanya sekedar berjalan biasa, melainkan berlari kecil.
Saat Valeria menoleh kebelakang, ia dapat melihat seseorang berdiri di tempat mereka tadi. Sosok pria, dan tak lama di susul beberapa orang. Kening Valeria mengernyit saat pria itu mengarahkan sebuah senjata ke arah mereka.
Tidak!
Beberapa kali Valeria memindahkan pandangannya. Dari melihat apa yang terjadi di belakang sana dan melihat ke arah depannya. Valeria panik. Mereka dalam bahaya sekarang ini.
"Gilbert siapkan mobilnya. Aku akan menunggu di sana agar tak menimbulkan kecurigaan." Ujar Raffaele berbicara pada anak buahnya.
Lantas pria yang disuruh tadi segera melaksanakan tugasnya. Kini hanya tinggal Raffaele dan Valeria saja. Dengan tarikan kasar, Raffaele membawa Valeria berbelok.
"Ada yang aneh di belakang." Ucapan Valeria menghentikan langkah pria di depannya.
"Apa maksudmu?'' Balas Raffaele.
Napas Valeria naik turun. Selain lelah dibawa Raffaele berlari, ia juga dirundung kepanikan saat pria di ujung sana tadi mengangkat senjata ke arah mereka yang sedang berlari. Bahkan pandangan Valeria masih was-was melihat ke belakang. Tetapi beberapa orang tadi menghilang.
"Apa yang kamu lihat?" Raffaele ikut menengok ke mana arah pandang Valeria.
"Tidak ada siapapun di sana. Kamu mau menipuku?" Valeria menggeleng mendengar perkataan Raffaele ini.
"Tidak. Aku tidak berbohong, tadi ada beberapa orang di tempat kita tadi. Dan..." Ada raut ketakutan di wajah Valeria.
"Dan ada satu orang pria yang mengarahkan senjata ke arah kita tadi." Lanjutnya.
Si pria bermata tajam itu meneliti sekitar. Di dalam benaknya, ia bertanya-tanya siapa orang-orang yang dimaksud oleh Valeria? Raffaele segera menghubungi anak buahnya yang ia tugaskan berjaga di sekitar markas.
"Jaga sekitar markas! Dan selidiki apakah ada penyusup yang masuk ke wilayah kita, lakukan dengan benar tanpa kesalahan. Atau kalian akan tau akibatnya jika ada kesalahan sekecil apapun itu!" Suara Raffaele terdengar tegas dan mengancam.
Lalu tatapannya menemukan Valeria yang sedang melihat ke arahnya. Pria itu tersenyum miring.
"Kenapa melihatku seperti itu?" Ucap Raffaele dingin dan penuh intimidasi dari sorot matanya.
"Kamu tau, matamu ini indah." Perkataan pria tadi kembali mengambang.
Lantas, wajahnya mendekat ke arah Valeria. Membuat wanita tersebut memundurkan wajahnya juga.
"Bukankah sayang sekali jika mata ini tak berfungsi lagi?" Lanjut Raffaele ada niat mengancam di sini.
Dalam ketakutan itu, Valeria menggeleng. Matanya berkaca-kaca. Berada di dekat pria ini, ia selalu dihadapkan dengan rasa takut dan tidak tenang.
"Jangan! Ku mohon jangan." Lirih Valeria.
Melihat ketakutannya Valeria, sangat memberikan kepuasan tersendiri dalam diri Raffaele.
Mobilnya sudah datang. Pria itu akan membuka pintu, namun ia mendengar sesuatu. Pergerakannya terhenti. Matanya lantas menajam memperhatikan sekitar.
Valeria ikut terdiam. Ada yang aneh dari sikap Raffaele yang begitu. Wanita tersebut jadi takut. Dan dari dalam mobil, Gilbert yang tak kunjung menemukan tuannya itu masuk, segera keluar dari mobil juga.
"Ada apa tuan?" Tanya Gilbert.
Raffaele menaruh jari telunjuknya di depan mulutnya. Meminta agar tidak ada yang berbicara. Namun, yang terjadi selanjutnya membuat pria tersebut terkejut. Valeria tiba-tiba memeluk lengannya erat.
Gilbert memilih menundukkan kepalanya saat ia tak sengaja melihat pemandangan tersebut, dan matanya bersinggungan dengan Raffaele.
"Gilbert, masuk kembali ke dalam mobil. Kita harus berangkat sekarang, sepertinya tempat ini ada yang mengikuti kita." Ujar Raffaele masih memperhatikan sekitar.
"Baik tuan." Gilbert berjalan ke bagian depan mobil.
Namun, belum sempat pria itu sampai. Suara tembakan dan pekikan membuatnya menoleh.
"Tuan!" Teriak Gilbert.