Zhiyuan, menantu keluarga Liu yang dulu dicap tak berguna dan hanya membawa aib, pernah dipenjara tiga tahun atas tuduhan yang tidak pernah ia lakukan. Selama itu, dunia menganggapnya sampah yang layak dilupakan. Namun, ketika ia kembali, yang pulang bukanlah pria lemah yang dulu diinjak-injak. Di balik langkahnya yang tenang tersembunyi kekuatan, rahasia, dan tekad yang mampu mengguncang keluarga Liu—dan seluruh kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4 Makan malam
Liu Yuxin terkejut. “Liu Dong benar-benar mengembalikan uang itu? Dia sendiri yang datang?”
“Bukan,” Zhou Ziyi menggeleng. “Suami Anda, Tuan Zhiyuan datang dan minta data tentang Liu Dong dariku. Jujur saja, awalnya kupikir dia hanya bicara besar. Tapi ternyata, semalam dia berhasil membawa kembali uang itu. Sesuai aturan yang kau tetapkan, kalau ada yang bisa menagih utang itu, dia dapat komisi sepuluh persen. Artinya… Tuan Zhiyuan akan menerima 300 ribu yuan.”
Liu Yuxin terbelalak. “Zhiyuan… yang melakukannya?”
Sekejap, semua potongan peristiwa menyatu dalam kepalanya. Saat ia dan ibunya memarahinya semalaman, ternyata Zhiyuan justru sibuk menagih utang untuk perusahaannya.
Ia sendiri sudah hampir sepuluh kali mencoba menekan Liu Dong tanpa hasil sedikitpun. Tapi Zhiyuan, yang selalu diremehkan, bisa menyelesaikannya hanya dalam satu malam.
“Dia membantu perusahaan… tapi aku malah memarahinya,” gumamnya, menyesal. Namun segera, hatinya merasa jengkel juga.
“Kenapa dia tak bilang saat di rumah? Kenapa harus diam saja? Hmph, dia pasti sengaja membuatku terlihat bodoh!”
Liu Yuxin mengepalkan tangannya, marah sekaligus malu. Meski begitu, tak bisa dipungkiri untuk pertama kalinya ia merasakan ketulusan seorang suami.
Hatinya hangat, bibirnya bahkan melengkungkan senyum tipis.
Ia ingin menelpon Zhiyuan untuk berterima kasih. Namun membayangkan suaminya pasti sedang tertidur lelap, ia memutuskan menunggu hingga pulang nanti.
Sementara itu disisi lain, Liu Dong pulang setelah semalaman keluyuran. Wajahnya muram penuh keluhan saat mencari kakeknya, Liu Tiehshan.
Begitu mendengar cerita cucunya tentang pembuatan Zhiyuan semalam, wajah Liu Tiehshan langsung merah padam.
“Apa? Kau dipukuli oleh Zhiyuan? Pecundang itu?”
Bentakan kakeknya membuat Liu Dong menunduk. Hatinya panas, merasa dipermalukan—menantunya yang dianggap sampah malah bisa mengalahkan cucu kebanggaannya.
“Kakek, kapan kita balas dendam?” tanya Liu Dong tak terima, tidak paham kenapa kakeknya malah memarahinya.
“Hmph. Untuk saat ini kita belum punya alasan menyerang Liu Yuxin dan keluarganya. Tapi jangan khawatir, sebentar lagi perusahaan Liu Yuxin akan tutup. Saat itulah mereka akan kita siksa habis-habisan.”
Tatapan Liu Tiehshan tajam menusuk. Dalam hati ia kecewa, membandingkan cucunya yang cuma bisa bikin masalah dengan anak-anak keluarga lain yang sukses jadi murid teladan atau jenius bisnis.
....
Di rumah, Zhiyuan baru bangun pukul tiga sore. Tubuhnya sudah agak pulih setelah tidur panjang.
Liu Hong sedang keluar belanja, membuat rumah terasa tenang. Kesempatan itu dipakai Zhiyuan untuk memasak semangkuk besar mi, lalu dengan perut kenyang ia menghubungi Zhou Ziyi lewat telepon rumah, menanyakan soal komisi tiga ratus ribu.
Di luar dugaan, Zhou Ziyi menjelaskan kalau uang itu akan dibayarkan lewat gaji bulanan, baru cair tanggal 10 bulan depan. Alasannya: supaya pencatatan keuangan perusahaan lebih rapi.
Zhiyuan terdiam. Ia tidak bisa protes pada Liu Yuxin—kalau itu aturan perusahaan, mungkin istrinya-lah yang menetapkan ini. Ia tidak ingin menyalahkan Liu Yuxin atas hal ini.
Tapi kenyataannya, ia sangat butuh uang sekarang juga. Maka, dengan terpaksa ia mencari jalan lain.
Zhiyuan pergi ke rumah sakit untuk menjual darahnya dalam program donor darah. Satu rumah sakit hanya menerima 400 mililiter, jadi ia keliling ke beberapa tempat.
Saat menggenggam uang hasil jerih payahnya, ia tersenyum getir. “Ini benar-benar keringat dan darahku.”
Uang itu langsung ia gunakan untuk membeli ramuan obat dan sebuah bak besar di pasar. Ia juga menyewa sebuah kamar kecil di luar rumah—tempat khusus baginya untuk mandi ramuan penguat otot dan tulang.
Proses itu jelas tak bisa dilakukan di rumah keluarga Liu.
Ketika semuanya beres, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ia pun pulang.
Sesampainya di rumah, wajah istrinya yang tadi pagi penuh kemarahan dan kekesalan sudah menghilang, digantikan oleh senyum manisnya yang jarang terlihat.
“Zhiyuan, kenapa kau tidak menceritakannya lebih awal kalau kau membantu perusahaan menagih hutang? Bukankah hari ini kau dapat komisi 300 ribu? Harusnya kau mentraktir kita makan malam!” Liu Yuxin menyambutnya dengan nada bercanda.
“Humph! Yuxin itu cuma istrimu di atas kertas. Aku belum pernah melihat orang setidak tahu malu sepertimu. Hanya bisa mengandalkan uang keluarga sendiri.”
Liu Hong langsung menyambar dengan nada ketus. Bagi Liu Hong, Zhiyuan sama sekali tak pantas mendapat komisi itu.
Zhiyuan hanya menarik napas panjang. Kemarin disuruh cepat-cepat cerai, sekarang dipermalukan lagi.
“Bu, 300 ribu itu memang hak Zhiyuan. Dia sudah membantuku di perusahaan kemarin."
Liu Yuxin mencoba membela. Namun Liu Hong malah mendengus kasar. “Haha, sampah lulusan SMA yang tak punya uang atau kemampuan, bisa apa dia? Itu murni keberuntungan. Liu Dong pasti sengaja mengembalikan uangnya karena berterimakasih kepada Zhiyuan sebagai kambing hitamnya."
“Sudahlah, Bu. Jangan terus berdebat. Malam ini kita makan di luar. Jarang-jarang Zhiyuan mentraktir kita.”
Liu Yuxin mencoba mencairkan suasana. Dalam hati, ia sebenarnya ingin membuat ibunya sedikit melunak terhadap Zhiyuan.
Tapi Liu Hong sudah terlalu sinis untuk bisa melihat sisi baik menantunya.
Akhirnya mereka bertiga naik mobil menuju ke sebuah restoran kelas atas yang terkenal mahal.
Zhiyuan agak khawatir. Uang di sakunya hanya tersisa 5 ribu yuan setelah dia belanjakan untuk membeli obat dan keperluan lain, sementara komisi 300 ribu belum cair.
Ia berharap pesanan tidak terlalu banyak, toh hanya makan bertiga.
Namun begitu sampai, Liu Hong langsung meraih menu dan memesan sepuluh hidangan sekaligus, termasuk babi guling panggang seharga 1000 yuan dan 9 porsi hidangan mewah lainnya.
“Hanya bertiga, buat apa pesan sebanyak ini? Bukankah itu terlalu boros?” Zhiyuan menahan perih di hatinya. Ia bisa membayangkan uang terakhirnya akan lenyap dalam sekejap.
“Dasar pelit! Kau sudah dapat komisi 300 ribu, masa traktir makan saja perhitungan? Bertahun-tahun kau hidup dari keluarga Liu, apa salahnya sekali-sekali sedikit berkorban?” Liu Hong melotot tajam.
Liu Yuxin ikut menambahkan, “Ibu memang suka makan, biarkan saja. Lagi pula aku sudah mengundangnya ke sini, jadi tidak akan sia-sia.”
Ucapan istrinya membuat Zhiyuan hanya bisa tersenyum pahit. Ia ingin menjelaskan bahwa uang komisi itu belum ia terima, tapi menahan diri.
Kalau ia ungkapkan di sini, yang ada dirinya hanya akan mempermalukan Liu Yuxin di depan semua orang.
Saat pesanan mulai dihidangkan, Liu Zhiya akhirnya tiba dan duduk bersama mereka.
Tatapannya dan tatapan Zhiyuan sempat bersinggungan, namun keduanya memilih untuk bungkam
Liu Yuxin memuji Zhiyuan karena sudah membantu perusahaan. Namun, saat nama Zhiyuan disebut, wajah Liu Zhiya langsung berubah masam.
Di dalam hati, ia yakin Zhiyuan semalam ingin berbuat sesuatu padanya. Hanya saja, entah kenapa bisa gagal. Ia tak berencana menanyai Zhiyuan secara langsung.
Diam-diam, siang tadi ia sudah melapor ke polisi. Begitu penyelidikan selesai, barulah Zhiyuan akan menerima hukuman yang pantas.
'Hmph! Bukankah kau baru saja keluar dari penjara? Tak lama lagi kau juga akan kembali masuk kesana!' pikir Liu Zhiya, hatinya dipenuhi amarah.
