"Mulai sekarang kamu harus jadi Istriku dan juga Ibu sambung dari Ratu!"
"Siapa kamu? apa hak kamu memaksa aku menikah?"
"Aku Ayahnya Ratu! anakku menyukaimu dan aku harus memenuhi keinginan putriku yang ingin kamu menjadi ibunya!"
"Tapi ingat jangan berharap lebih pada ku! karena statusmu hanya Istri Rahasia dan juga Ibu Sambung Ratu!"
Deg!
"Aku belum bilang setuju!"
"Kamu tidak punya pilihan selain setuju!"
****
Nayyara terpaksa menjadi istri rahasia dari CEO Kejam bernama Ravindra dan juga Ibu sambung anak kecil lucu bernama Ratu.
Nayyara tidak bisa menolak karena pernikahan ini terjadi atas permintaan Ayahnya untuk terakhir kali.
Apakah Cinta akan hadir diantara Ravindra dan Nayyara? Atau justru Nayyara pergi setelah memberikan kasih sayang yang tulus pada Ratu?
Simak cerita nya hanya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAYYARA-25.
Ravin dan Ratu kini sudah sampai di depan ruangan rawat inap Nanda, ruangan ini begitu luas karena Ravin ingin Ayah Nayya mendapat tempat yang nyaman dan juga mendapat tim dokter terbaik.
"Ratu sudah sembuh sekarang? coba Papa liat?" Ravin menggendong putrinya, kondisi Ratu semakin ceria bahkan matanya berbinar bahagia tidak seperti sebelumnya yang kebanyakan murung.
"Cudah dong Papa, nanti kalo Latu cakit Kakak Nayya cedih, Kakek Nanda macih cakit Latu ndak mau Kakak Nayya cedih." celoteh Ratu sedih, gadis kecil itu merasa iba pada kondisi Nanda yang membutuhkan waktu lama untuk pemulihan.
"Anak Papa memang pintar, maafin Papa ya Nak sekarang Papa akan berusaha untuk selalu ada buat Ratu." perasaan bersalah Ravin muncul lagi, dia mulai sadar setelah Nayya menamparnya dengan kata-kata menohok ditambah Raka dan Dea juga melakukan hal yang sama.
"Latu ndak malah cama Papa, tapi Latu cedih coalnya Papa celalu cibuk ndak ada waktu buat Ratu." bibir Ratu cemberut, matanya sedih mengingat Ravin yang selalu sibuk bekerja pergi saat Ratu belum bangun dan pulang setelah Ratu tidur.
Jadi bisa dibilang Ratu hampir jarang melihat Ravin kecuali hari libur, padahal mereka serumah tapi memang dasar Ravin saja yang selalu sibuk.
"Mulai sekarang Papa gak akan lembur lagi, jadi bisa nemenin Ratu nanti juga Papa bisa anter jemput Ratu ke sekolah." Ravin mencium pipi putrinya itu berkali-kali, pria itu sangat menyayangi Ratu sayang memang ego Ravin masih tinggi saat itu sehingga Ratu harus terluka.
"Latu ndak mau pelcaya dulu ah, kata Oma Papa bica aja bohong." celetuk Ratu mengingat ucapan Dea, Ravin meringis pelan kini Ratu sulit percaya karena salah nya sendiri.
"Oke deh nanti Papa pasti buktiin sama Ratu." ucap Ravin gemas, Ratu mengangguk saja.
Ayah dan anak itu asik mengobrol sampai tidak sadar tujuan mereka datang kesini itu apa.
"Papa ayo macuk, Latu ndak cabal mau jenguk Kakek." rengek Ratu manja, Ravin menepuk keningnya.
"Maaf sayang, Papa lupa." di belakang Ravin ada 2 bodyguard yang bertugas membawa buah tangan yang tidak sedikit tentunya, bahkan ada beberapa makanan juga untuk Nayya.
Pintu diketuk lebih dulu, terdengar sahutan dari dalam yang mempersilahkan Ravin masuk, tentu saja itu suara Nayya.
"Assalamualaikum." Ravin dan Ratu kompak mengucap salam.
"Waalaikumsalam." jawab Nanda dan Nayya.
Nanda tersenyum melihat kedatangan Ratu, sementara Nayya terkejut bukan main apalagi ada Ravin juga disana, rasanya masih canggung saja terlebih kemarin Ravin sempat membicarakan masalah pernikahan.
'Kenapa dia dateng kesini sih?' batin Nayya masih terbengong, Nanda mengelus lembut tangan putrinya itu.
"Nay..." mendengar suara lembut Ayahnya, barulah Nayya tersadar.
"Kakak Nayya..." Ratu turun dari gendongan Ravin kemudian berlari kearah Nayya, dengan senang hati Nayya menyambut Ratu dan memeluknya dengan erat.
"Halo cantik, kenapa kesini gak bilang?" tanya Nayya menggendong Ratu, nampak Ravin menghampiri Nanda kemudian mencium tangannya.
"Latu mau jenguk Kakek Nanda, Latu juga mau kacih cemangat bial Kakek Nanda cepat cembuh cepelti Latu." cerocos anak itu polos, Nayya terkekeh kecil begitupun Nanda yang mendengarnya.
"Gemes banget sih." Nayya mencium pipi gembul Ratu, gadis kecil itu tertawa karena merasa geli.
Melihat putrinya tersenyum, Nanda ikut tersenyum Ratu seperti kebahagiaan baru untuk Nayya, makanya itu Nanda berharap jika Ravin dan Nayya menikah hatinya lebih tenang jika melihat Nayya sudah ada yang mendampingi.
"Maaf Pak saya datang mendadak, saya ingin melihat kondisi perkembangan Bapak." ucap Ravin sedikit berbohong, padahal niatnya ingin melihat Nayya.
"Tidak usah minta maaf Nak Ravin, terimakasih." Nanda tersenyum hangat, Ravin meminta anak buahnya masuk.
Nayya sampai melongo melihat banyaknya buah hingga beberapa makanan sehat lainnya, Nanda juga kaget karena buah tangan dari Ravin itu banyak seperti orang jualan saja.
"Ini ada sedikit buah tangan untuk Bapak, ada juga makanan untuk Nayya." Ravin kelihatan santai, dia merasa barang yang dia bawa itu cukup malah menurutnya masih kurang.
"Apa bapak mau jualan disini?" tanya Nayya syok, Ravin mengerutkan keningnya sementara Ratu tertawa.
"Jualan? kenapa saya mau jualan? ini kan buat kamu sama Pak Nanda, apa masih kurang?" Ravin merasa tidak ada yang salah, Nayya menepuk keningnya.
"Nak, ini terlalu banyak mungkin baru bisa habis seminggu kedepan, Bapak sama Nayya tidak sebanyak itu makannya." Nanda menjelaskan dengan penuh kehati-hatian, dia tidak ingin Ravin tersinggung tapi memang benar ini terlalu banyak.
"Jadi ini kebanyakan ya? saya pikir ini masih kurang." Ravin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, malu sekali rasanya maklum saja dia tidak pernah mengurus hal seperti ini.
"Tidak masalah, terimakasih Nak Bapak jadi merepotkan." Nanda menepuk pelan pundak Ravin.
"Sama-sama Pak, kalo Bapak ada kesulitan bisa kasih tau Ravin ya." ucap Ravin tulus, Nanda mengangguk.
Nayya memperhatikan interaksi itu, dia bisa melihat sisi lain dari Ravin yang biasanya dingin, emosian dan suka menuduh orang, tapi kali ini Ravin begitu menghargai Nanda bahkan nada bicaranya pun tidak angkuh.
'Aneh, dia kenapa sih sebenernya?' batin Nayya merasa heran dengan perubahan Ravindra.
****
Ratu kini sudah tertidur di pelukan Nayya, begitupun Nanda yang sudah beristirahat setelah minum obat dan diperiksa oleh dokter.
Kini tersisa Nayya dan Ravin, mereka duduk berjauhan di sofa mungkin dari ujung ke ujung, suasana masih hening karena tidak ada satupun yang membuka suara diantara keduanya.
"Nayya..." Ravin akhirnya bersuara lebih dulu, Nayya menoleh sekilas kemudian fokus kembali ke depan sambil menepuk lembut punggung Ratu.
"Ada apa Pak?" tanya Nayya pelan, dia tidak ingin suaranya mengganggu Nanda apalagi Ratu.
Ravin menarik nafas pelan, dia ingin mengatakan sesuatu tapi terasa berat sekali.
"Maafin saya..."
DEG
Nayya terdiam membeku, apa dia tidak salah dengar? apa katanya tadi? seorang Ravin pengusaha arogan dan galak itu meminta maaf padanya, Nayya sampai tercengang dan kehilangan kata-katanya.
"Maafin saya atas tindakan kemarin Nayya, saya sadar harusnya saya tidak memikirkan ego saya sendiri, Ratu memang membutuhkan kasih sayang seorang Ibu tapi saya juga tidak bisa mengorbankan masa depan orang lain..."
"Nayyara, kamu berhak bahagia dan saya tidak berhak merampas semua kebahagiaan di masa depan kamu, kecuali saya siap membuka hati dan mencintai kamu sama seperti saya mencintai Ratu!"
DEG!
Bersambung.......