Takdir Cinta Sang Penari

"Happy MONDAAY," teriak Monday pada dini hari  setelah terbangun  dari mimpi indahnya.

Bahagianya sedang memuncak. Hingga terlalu bersemangat melakukan aktifitas. Kembali dia harus giat bekerja. Menjadi kuli panggul lagi di sebuah pasar tradisional. Dia telah dirindukan oleh pelanggan setianya.

Ditelusurinya jalan setapak , melewati toko yang berjejer rapat. Jalanannya tak rata, sebagian sudah rapi beraspal, dan beberapa sudah terpaving. 

Namun tak sedikit pula jalanannya sudah rusak dan masih bertanah. Jika musim penghujan tiba, bukan main beceknya seperti lumpur yang berserakan karena terinjak sandal orang yang berlalu lalang belum lagi jika pasar sedang ramai, tak hanya badan dan pantat yang bersenggolan namun kaki juga ikut terinjak-injak dan terkena kotornya tanah berlumpur.

Aksi ramai ini lah yang banyak disalah gunakan oleh kaum pencopet. Ada preman yang berlabel abal-abal, yang menagih uang setoran keamanan namun masih saja ada kejadian copet dan jambret  di pasar itu. Banyak pula penguntit yang berkeliaran memanfaatkan keramaian.

Senin pukul 03:25

Setelah melayani satu pelanggan, dia beristirahat sejenak. Duduk dengan meminum air mineral yang dia bawa dari rumah.

Monday berada di sudut lorong sambil mengamati orang-orang  yang membutuhkan bantuannya. Ramai dan sesak hingga berjalan pun susah.

Ada seorang pencopet yang menjalankan aksinya. Monday melihatnya dengan sangat jelas. segera diambilnya handphone dari tas pinggangnya dan merekam kejadian tersebut.

Pencopet itu nampak melihat-lihat kiri, kanan dan sekitarnya. Setelah dapat yang diinginkan, pencopet itu kabur bersama dompet yang disembunyikan di balik jaketnya.

Monday mematikan rekamannya dan mengejar pencopet itu sambil berteriak "copet-copet". Pengunjung pasar panik. Mereka lalu merogoh saku baju dan celana, mengecek dompet dan perhiasan mereka masing-masing.

Seorang ibu-ibu mengaku dia kehilangan dompetnya. Pencopet makin kalang kabut dibuatnya, lalu pencopet itu berusaha tenang dan berjalan pelan di kerumunan agar tak ketahuan.

Beberapa orang menanyakan pada Monday "Mana Copetnya".

Monday berkata sambil menunjuk pencopetnya 

"Di sana, di tengah, memakai topi hitam berlogo DG, dan berjaket kulit hitam kaos putih dan celana merah."

Mendengar penjelasan Monday, beberapa pemuda dan tua beraksi menyelamatkan bak pahlawan super.

Pencopet tertangkap namun dia memainkan dramanya dan berlagak tidak tahu dan malah bersikap galak.

"Woy jangan sembarangan nuduh ya!" ucap si pencopet.

"Udah balikin dompetnya, ada saksi yang melihat. Kalau gak gue gebukin Lu," ucap salah seorang pemuda sambil memegang tangan si pencopet dari belakang.

"Eh lepasin gak tangan Lu. Bocah ingusan gini lu percaya. Mana buktinya? disini ramai bego! jangan sembarangan nangkap orang! Hah," dengan berlagak sombong dan menenteng kan tangan di pinggang.

Monday masih jauh tertinggal karena keramaian. para pemuda yang menangkap pun, menjadi ragu karena ucapan si pencopet itu.

Tak berapa lama Monday muncul bersama Ibu-ibu yang kehilangan dompet. Sambil menunjukkan videonya. Ini buktinya saya rekam saat saya istirahat.

"Woy mau berlagak sok alim ya, pakai ngaku bukan yang ambill. Dasar lu copet.. Ayo tangkap lekas bawa ke polisi," ucap seorang tua dan di ikuti pemuda lalu pergi membawa pencopet itu ke kantor polisi.

Dompet si ibu-ibu tak jadi hilang dan kembali dalam keadaan utuh. Monday mendapat banyak pujian atas aksinya yang tidak gegabah dalam menangkap pencopet.

"Terimakasih nak, ini ada sedikit uang untuk ucapan terimakasih saya," ucap Ibu cantik yang merasa tertolong.

"Ah jangan Bu, Trimakasih saya melakukannya sebagai kewajiban sesama manusia, saya pergi dulu ya bu, mau kembali bekerja," ucap Monday menolak lalu berlalu pergi setelah pamit.

Ibu itu melihat cincin yang tersemat dijari manis Monday dan sontak kaget. Dia lalu mengamati penampilan Monday dari atas ke bawah lalu dari bawah ke atas. Padahal Monday telah berlalu pergi.

"Dia kah gadis yang sering di ceritakan Friday?" Batin Ibu itu.

Setelah tersadar dari lamunannya, dia mencari-cari gadis penolongnya yang telah berlalu pergi

Tukang sayur sekitar mengenal Monday, salah satunya bahkan memberikan alamat Monday kepada Ibu yang pingsan tadi. Ibu itu pun mulai tersungging kemudian tertawa bahagia.

Saat ini mobil kecilnya telah berhenti di sebuah rumah yang alamatnya ia dapat dari salah satu penjual sayur. Wanita paruh baya itu mengamati rumah Monday dengan angkuh. Betapa kecilnya rumah gadis itu seperti rumah sarang tikus. Merasa jijik dan tak sepadan dengan nya.

Di keluarkannya handphone dari dalam tas bermerek yang harganya fantastis. Kemudian dia menekan beberapa nomer telepon yang tidak tersimpan di sim card ataupun memory handphonenya. Dia sudah hafal betul angka demi angka.

"Hallo, Kali ini tangkapan besar. Kamu harus menuntaskan apa yang belum terselesaikan . Akan saya kirimkan lokasi saya sekarang!" Kata Si wanita yang sangat misterius.

Entah apa yang direncanakan, sebuah rencana jahat ataukah baik. Sebuah masalah baru atau kah dendam lama yang belum terbalaskan. Siapa dia?