NovelToon NovelToon
Om Duda Genit

Om Duda Genit

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Lune

Punya tetangga duda mapan itu biasa.
Tapi kalau tetangganya hobi gombal norak ala bapak-bapak, bikin satu kontrakan heboh, dan malah jadi bahan gosip se-RT… itu baru masalah.

Naya cuma ingin hidup tenang, tapi Arga si om genit jelas nggak kasih dia kesempatan.
Pertanyaannya: sampai kapan Naya bisa bertahan menghadapi gangguan tetangga absurd itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Lune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kalo Benci, Malah Suka? Amit-Amit!

Nayla dan Mita keluar dari kelas sambil menghela napas panjang. Wajah keduanya terlihat lelah setelah perkuliahan yang cukup padat sejak pagi. Mereka berjalan beriringan menuju kantin, suara langkah kaki mereka bercampur dengan riuh rendah mahasiswa lain yang juga bergerak ke arah yang sama.

"Duh, sumpah ya, otak gue udah panas banget," keluh Nayla sambil mengibaskan tangan ke depan wajahnya, seolah-olah kepalanya benar-benar mengeluarkan asap.

Mita langsung tertawa kecil, ikut merasakan kelelahan yang sama. "Iya, gue juga. Untung dosennya tadi nggak killer. Syukur banget dia mood-nya bagus."

"Iya, bener banget. Kalau dosennya killer..." Nayla berhenti sebentar, lalu meletakkan tangannya di dada dengan dramatis. "Dah lah, ampun. Bisa-bisa gue langsung drop out mendadak."

Mita terkikik geli melihat tingkah sahabatnya yang lebay. "Lo lebay banget, sumpah."

Mereka akhirnya sampai di kantin, yang sudah ramai dengan mahasiswa yang sedang antre dan makan. Aroma makanan tercium menggoda, membuat perut Nayla langsung berbunyi.

"Ya ampun, gue lapar banget," ucap Nayla sambil memegang perutnya. Ia lalu langsung duduk di salah satu kursi kosong dekat jendela.

Mita ikut tertawa melihat tingkah Nayla. "Lo mau pesen apa, Nay?" tanyanya sambil bersiap untuk menuju kasir.

"Yang paling murah aja deh, duit gue udah menipis banget," jawab Nayla sambil tertawa kecut. Ia merogoh kantong celananya, hanya menemukan beberapa lembar uang yang tidak terlalu banyak.

Mita ikut terkekeh. "Yaudah, tunggu sini ya. Gue yang pesenin."

"Thanks, Mit. Love you!" Nayla melambai-lambaikan tangan dengan gaya manja.

"Ya ya, lebay banget," balas Mita, lalu berjalan menuju kasir.

Sementara Mita memesan makanan, Nayla membuka ponselnya dan mulai scroll Instagram. Ia tersenyum sendiri melihat berbagai reels lucu yang muncul di berandanya. Sesekali ia tertawa kecil, sampai-sampai orang yang lewat melirik karena penasaran.

Setelah memesan makanan, Mita kembali ke meja sambil membawa nomor antrian. Ia duduk di hadapan Nayla yang sejak tadi masih asik scroll HP.

"Nay," ucap Mita dengan nada penuh semangat. "Cerita dong, gimana perkembangan cerita tentang tetangga lo itu?"

Mendengar itu, Nayla langsung menghela napas panjang dan menjatuhkan kepalanya di atas meja, membuat rambutnya terurai berantakan.

"Loh, lo kenapa sih, Nay?" tanya Mita sambil tersenyum penuh rasa penasaran. Ia bahkan sudah memiringkan kepalanya seperti wartawan yang siap menggali gosip.

Nayla mendengus frustrasi, suaranya teredam karena wajahnya masih menempel di meja. "Lo tau nggak, Mit... tadi malam ternyata dia yang ketok pintu rumah gue."

Mita langsung bersorak pelan, senyumnya semakin lebar. "Hah! Kan udah gue duga! Pasti ada sesuatu. Terus-terus, dia ngapain? Jangan bilang dia tiba-tiba nyatain cinta, ya."

Nayla mendongak pelan sambil menatap Mita dengan ekspresi please deh. "Nyatain cinta dari mana, Mit. Orang dia ke rumah gue cuma mau... minta garam."

Hening sejenak. Mita berkedip sekali, lalu meledak tertawa. "HAHAHAHA! Minta garam? Seriusan, Nay? Sumpah, ini plot twist banget."

"Bukan cuma garam, Mit. Dia tuh cuma minta... secubit garam." Nayla memegang jari telunjuk dan ibu jarinya yang hampir menempel, memperlihatkan betapa kecilnya 'secubit' itu. "SECUBIT, Mit! Kayak... apa coba? Garam tuh murah banget di warung depan, tinggal beli seribu udah dapet segenggam. Masa rumah segede itu nggak punya garam? Nggak make sense banget, kan?"

Mita ngakak sampai matanya berair. "HAHAHAHA! Ya ampun, Nay! Itu tuh... alasan paling absurd yang pernah gue denger. Jangan-jangan dia sebenernya cuma cari alasan buat ketemu lo."

"Yah, cari alasan pakai garam?" Nayla memutar bola matanya, lalu menyenderkan punggungnya ke kursi. "Kalau mau ketemu, ya ketemu aja gitu, nggak usah drama garam secubit."

Mita menutup mulutnya sambil masih cekikikan. "Tapi jujur ya, Nay. Kalo dipikir-pikir, itu agak... gemesin sih. Kayak drama-drama gitu, cowok misterius datang tengah malam cuma buat minta sesuatu yang sepele."

"Sumpah, gue bener-bener ilfil parah sama dia, Mit," ucap Nayla sambil memegang dadanya, wajahnya penuh rasa kesal.

Mita hanya tertawa kecil. "Jangan gitu, Nay. Biasanya tuh ya, kalo lo terlalu benci sama seseorang, ujung-ujungnya malah suka." Ia mengangkat alis dengan ekspresi penuh godaan.

"Dih, amit-amit!" Nayla langsung mendengus, matanya membesar. "Gue suka sama dia? No way! Gue nggak mau, Mit. Lagian ya, gue tuh nggak mau jadi pelakor, oke?" Ia menekankan kata terakhir sambil menunjuk Mita dengan sendok.

Mita terkekeh, menahan tawa yang hampir pecah. "Pelakor? Emangnya dia udah punya cewek?"

"Dia itu udah punya istri dan anak. Gue mending sama Kak Revan aja," ucap Nayla sambil tersenyum lebar, pipinya memerah sedikit saat menyebut nama Revan.

"Hmm, Kak Revan, yaaa?" goda Mita dengan nada menggoda, membuat Nayla langsung menunduk malu-malu.

Tiba-tiba, pelayan kantin datang sambil membawa nampan berisi makanan mereka. "Ini pesanannya, dua bakso, dua jus jeruk, sama beberapa risol," ucap pelayan itu sambil meletakkan makanan di atas meja.

"Makasih, Kak," ucap Mita dengan senyum ramah. Pelayan itu hanya mengangguk sebelum beranjak pergi.

Begitu pelayan itu pergi, Nayla langsung menatap Mita dengan mata terbelalak. "Eh, buset, Mit! Ini kok pesenan kita fancy banget sih? Dua bakso, dua jus jeruk, risol segala. Gue kan udah bilang tadi, pesen yang paling murah aja! Duit gue lagi seret parah."

Ia menghela napas panjang lalu melanjutkan dengan nada panik, "Kenapa nggak nasi goreng aja terus minumnya air putih biasa yang gratisan itu? Itu kan aman di kantong gue."

Mita hanya terkekeh sambil mulai membuka sendok. "Tenang aja, Nay. Lo nggak usah khawatir. Hari ini gue yang traktir."

Nayla langsung menatap Mita dengan mata berbinar seperti anak kecil yang baru dikasih permen. "Hah? Serius lo, Mit? Lo nggak bohong, kan? Jangan PHP-in gue soal makanan, sumpah nanti gue nangis."

Mita mendengus geli, lalu menjawab tegas, "Sejak kapan gue bohong soal makanan, Nay? Hobi gue makan, jadi traktir orang soal makanan itu ibadah gue."

Nayla langsung meraih tangan Mita dan mengguncangnya dramatis. "Hehe, makasiiiih, Mitttttaaa! Gue cinta banget sama lo! Sahabat terbaik sepanjang masa!"

Mita pura-pura meringis. "Ya ya ya, jangan lebay, Nay. Nih, makan sebelum baksonya keburu dingin."

"Siap, bos!" Nayla duduk tegak dengan wajah sumringah, lalu mengambil sendok dan mulai menikmati baksonya. Aroma kuah gurih langsung memenuhi inderanya. "Ya ampun, enak banget! Beneran, Mit. Ini kayak bakso terenak yang pernah gue makan tahun ini."

Mita ikut menyuap baksonya sambil tersenyum puas. "Tuh kan, gue nggak salah pilih. Kadang-kadang lo harus nyobain sesuatu yang lebih dari sekadar nasi goreng, Nay. Hidup ini penuh pilihan."

"Ya, pilihan yang bikin dompet gue nangis," sahut Nayla sambil tertawa.

Mereka pun mulai menikmati makanan mereka dengan penuh semangat. Sesekali Nayla mengunyah risol sambil memejamkan mata, lalu mengangkat jempol ke arah Mita.

"Enak banget, Mit. Gue nggak nyesel punya sahabat kayak lo," ucap Nayla dengan mulut masih penuh makanan.

Mita langsung tergelak, lalu memberikan tisu ke Nayla. "Aduh, Nay, tolong ya... kunyah dulu baru ngomong. Ntar lo keselek terus gue yang panik."

Mereka berdua tertawa bersama, menikmati momen sederhana itu sambil ngobrol ngalor-ngidul. Untuk sesaat, rasa penat karena kuliah dan drama tetangga yang bikin Nayla stres benar-benar terlupakan.

1
Lembayung Senja
ceritanya mulai seru... semangat buat novelnya.....😍
Jen Nina
Jangan berhenti menulis!
Yusuf Muman
Ini salah satu cerita terbaik yang pernah aku baca, mantap! 👌
Yuri/Yuriko
Bikin baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!