NovelToon NovelToon
AMBISI SANG SELIR

AMBISI SANG SELIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Harem / Fantasi Wanita / Konflik etika / Cinta Istana/Kuno / Romantis / Balas Dendam
Popularitas:32.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Jika aku berhasil menaiki takhta ... kau adalah orang pertama yang akan ku buat binasa!”

Dijual sebagai budak. Diangkat menjadi selir. Hidup Esma berubah seketika tatkala pesonanya menjerat hati Padishah Bey Murad, penguasa yang ditakuti sekaligus dipuja.

Namun, di balik kemewahan harem, Esma justru terjerat dalam pergulatan kuasa yang kejam. Iri hati dan dendam siap mengancam nyawanya. Intrik, fitnah, hingga ilmu hitam dikerahkan untuk menjatuhkannya.

Budak asal Ruthenia itu pun berambisi menguasai takhta demi keselamatannya, serta demi menuntaskan tujuannya. Akankah Esma mampu bertahan di tengah perebutan kekuasaan yang mengancam hidupnya, ataukah ia akan menjadi korban selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASS4

Malam itu, Mansur Ağa dipanggil ke Has Oda, ruangan pribadi Sultan. Lampu-lampu minyak berlapis kaca berkilau temaram, memantulkan cahaya keemasan pada dinding berornamen kaligrafi. Bey Murad duduk bersandar di kursi rendah berlapis beludru merah, sorot matanya tajam menatap sang kasim yang baru tiba.

“Mansur Ağa,” panggilnya tegas, “kau ingat gadis itu bukan?”

Mansur menunduk dalam, matanya terpejam. “Tentu hamba tau siapa yang dimaksud Tuanku ... adakah kiranya budak Ruthenia itu melakukan kesalahan, Baginda?”

Bey Murad menggeleng singkat. “Besok, persiapkan gadis itu untukku,” ucapnya tanpa basa-basi.

Kedua mata Mansur seketika membelalak. Namun, secepat kilat kembali terpejam. “Hamba selalu siap menjalankan perintah Baginda. Apakah Baginda menghendaki musik, tari, atau jamuan?”

Bey Murad kembali menggeleng. “Aku hanya ingin ... dia.”

“Sebagaimana titah Baginda, besok malam hamba pastikan segalanya dilaksanakan,” sahut Mansur.

Namun sejenak ia terdiam, lalu dengan suara pelan ia pun lanjut berkata, “ampun beribu ampun, Baginda ... tetapi, bagaimana dengan Yasmin Hatun? Hamba khawatir—”

“Di istana ini ... siapa yang engkau layani, Mansur Ağa?” Sultan Bey Murad memotong cepat kalimat sang kasim.

Mansur Ağa sontak tersentak. Ia segera berlutut, kedua tangannya bergetar, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Dengan suara parau ia berkata, “demi bumi dan langit yang menjadi saksi, tiada yang lain kecuali hanya Baginda seorang lah yang hamba layani. Hamba selalu siap menjalankan titah Baginda.”

Setelahnya, kepala kasim harem itu segera undur diri dari ruangan. Meninggalkan Sultan Bey Murad yang kini termenung di meja kerjanya. Raja tampan rupawan itu menghela napas panjang, pikirannya melayang pada sosok Esma.

“Cantiknya ...,” gumamnya pelan.

Pertemuan pertama mereka masih terpatri jelas, seakan baru terjadi kemarin sore. Saat tatapan mereka bertemu di antara busur panah, Sultan Bey Murad tak bisa menyangkal—ia merasakan getaran aneh.

Jantung Bey Murad berdebar tak karuan, sebuah perasaan asing yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dan sejak saat itu, bayangan Esma tak pernah lepas dari benaknya. Senyumnya, tatapannya, semuanya terukir dalam hatinya. Terkadang, ia bahkan sengaja melintas di area harem, hanya demi mencuri-curi pandang pada budak Ruthenia itu.

“Apa yang harus aku lakukan?” Bey Murad mengusap wajahnya. “Aku seorang sultan, pemilik istana serta penguasa wilayah luas. Seharusnya, aku memikirkan urusan kerajaan, strategi perang, juga intrik politik. Namun, mengapa pikiran ini justru terpaut pada seorang budak biasa?”

Ia menggelengkan kepala, berusaha mengenyahkan bayangan Esma. Namun, semakin ia mencoba, semakin pula perasaan itu menggila.

Dan ketika ia semakin merasa bimbang dan tak berdaya, ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Terdengar suara dari luar, suara Panglima Orhan.

“Baginda, hamba datang membawa berita penting.”

.

.

Mansur berjalan menuju harem, namun saat ia melintas di lorong istana, ia mendengar keributan. Instingnya sebagai seorang kepala kasim membuatnya penasaran. Ia pun menguping di balik dinding istana. Telinganya menangkap suara yang sudah sangat ia hafal, yakni Fatma, salah satu pelayan senior di istana.

“Sejak budak rendahan ini tiba di istana, dia memang selalu melirik cincin mahal ini!” Fatma menatap para budak lainnya, berusaha memprovokasi mereka. “Dia lah pencurinya, Zeynep Hatun! Bayangkan apa yang bisa dia lakukan pada kita semua jika dibiarkan bebas! Dia hanya berpura-pura baik, padahal sebenarnya sangat licik dan berbahaya!”

Mendengar itu, Mansur diam-diam mengintip ke dalam kamar budak. Di sana, ia melihat Esma tengah terpojok, dikelilingi oleh Fatma, Zeynep Hatun serta beberapa pelayan yang menatap sinis. Mansur membekap mulutnya sendiri, terkejut dengan pemandangan itu.

‘Oh Tuhaaaan ... ini bencana!’ pekiknya di dalam hati.

Ia pun buru-buru pergi dari sana, hendak menuju ke ruangan Panglima Orhan. Namun, takdir berkata lain, ia bertemu Orhan yang baru saja keluar dari ruangan Baginda.

“Ini bencana, Tuankuuuuuuu,” dengan nada cemas, Mansur berteriak pelan sambil berlari ke arah Orhan. Wajahnya terlihat frustasi.

Orhan mengernyit, menatapnya tajam. “Apa maksudmu, Mansur Ağa? Katakan dengan jelas.”

Mansur menarik napas dalam-dalam, berusaha merangkai kata. “Baginda barusan memerintahkan hamba untuk menyiapkan gadis itu esok malam.”

Orhan melipat tangannya di dada, sorot matanya menelisik. “Esma?”

Mansur mengangguk cepat.

‘Padahal, baru tadi sore Baginda berkata tidak akan terlena. Tapi, lihatlah sekarang? Sungguh cepat sekali dirinya berubah pikiran.’ Batin Orhan menggerutu.

Orhan menarik napas, tampak berpikir sejenak. “Lalu ... apa yang menjadi masalah?”

Mansur menunduk lebih dalam lagi, suaranya lebih rendah. “Dan masalahnya, Tuanku ... budak itu tengah terlibat masalah. Ia dituding mencuri cincin salah satu pelayan harem. Jika kabar ini sampai ke telinga Baginda sebelum hamba menemukan jalan keluarnya ... niscaya bencana besar akan menimpa harem, bahkan mungkin seluruh istana.”

Mendengar itu, ekspresi Orhan berubah drastis. Kepalanya mendongak ke langit-langit istana sambil memejamkan mata, kedua tangannya mengepal erat. Ia tampak berpikir keras, menimbang-nimbang situasi yang ada. Setelah beberapa saat, ia membuka matanya, dan terlihat jelas ia menahan kesal.

Tanpa sepatah kata pun, ia menyibak kasar jubah panjangnya, lalu berjalan cepat menuju harem. Mansur Ağa, dengan langkah yang tak kalah cepat, berusaha mengimbangi langkah sang panglima, membuntuti di belakangnya. Kecemasan tergambar jelas di wajahnya, menyadari betapa gentingnya situasi yang sedang mereka hadapi.

.

.

“Lepas! Aku tidak bersalah!” Esma berteriak kencang tatkala dua pelayan menariknya secara kasar.

Zeynep Hatun memerintahkan mereka untuk membawa Esma ke dalam penjara, besok pagi—gadis itu akan diberikan hukuman sesuai ketentuan yang berlaku.

Suasana harem yang tadinya sunyi, kini penuh dengan bisik-bisik. Alena, budak asal Podolia yang kini menjadi sahabat Esma, memberanikan diri menghampiri Zeynep Hatun.

Ia bersimpuh, wajahnya memelas. “Zeynep Hatun ... Esma tidak mungkin melakukan perbuatan hina seperti itu. Ini semua pasti fitnah dari orang-orang yang hatinya dipenuhi iri dan dengki.”

“Apa maksudmu, Bundak Rendahan?!” Fatma yang berdiri di sisi Zeynep, lekas maju dan mendorong kasar bahu Alena. “Kau menuduh aku memfitnah? Iri dan dengki? Pada budak serendah dia?! Hahaha!”

“Bukankah itu sangat jelas?” Meskipun takut, Alena memberanikan diri untuk memberikan perlawanan kecil. “Siapapun yang menyaksikan langsung bagaimana engkau memperlakukan Esma sejauh ini—pasti langsung akan mengetahui, betapa dirimu sangat tidak menyukai Esma.”

Suasana seketika berubah riuh, para budak lainnya turut membenarkan perkataan Alena. Namun, ketika Panglima Orhan tiba di depan pintu harem, semuanya tiba-tiba terdiam dan tegang.

Selain dikenal sebagai sosok yang cerdik, mereka tahu betul, bahwa Panglima Orhan juga terkenal kejam—ditambah dengan temperamennya yang sering meledak-ledak.

Zeynep Hatun dengan raut gugup lekas menghampiri Orhan. “Tuanku Panglima, apa gerangan yang menghadirkan Anda ke harem pada waktu selarut ini?”

“Aku mendengar kabar telah terjadi kegaduhan yang memalukan dari harem ini, Zeynep Hatun. Dan aku datang untuk memastikan kebenarannya.” Sorot mata Orhan menajam, lalu melirik sinis ke arah Fatma.

Dengan ujung telunjuknya, Orhan memanggil Fatma. “Kemari kau.”

Jantung Fatma seketika berdetak kencang. Dengan kakinya yang lemas dan bergetar, Fatma menghampiri Orhan. “Y-ya, Tuanku?”

“Katakan padaku,” ucap Orhan dingin, “kapan terakhir kali kau melihat cincin itu?”

Fatma menunduk cepat, degup jantungnya semakin tak menentu. “Ba ... Ba'da Maghrib, Tuanku. Saat ... saat itulah hamba menyadari cincin itu telah raib.”

Orhan mengalihkan pandangannya pada Esma. “Dan kau, Esma. Kapan kau selesai bertugas dan kembali ke Harem?”

Esma menatap Orhan dengan berani. “Ba'da Isya, Tuanku.”

Orhan menoleh cepat ke arah Mansur, seorang kasim yang terpercaya. “Mansur, benarkah pengakuan budak Ruthenia ini?”

Mansur mengangguk membenarkan. “Hamba menyaksikan sendiri, Tuan. Esma tiba di Harem tak lama setelah waktu Isya.”

Mata Orhan kembali menajam, menatap Fatma dengan tatapan ingin membunuh. Tubuh Fatma seketika bergetar hebat.

“Fatma Hatun, apa benar cincinmu dicuri?” tanya Orhan.

“B-benar, T-tuanku,” suara Fatma tersendat-sendat.

Orhan menghela pelan napasnya, ia mengitari tubuh Fatma yang semakin menegang.

“Katakan sekali lagi, Fatma,” ucap Orhan dengan suara rendah namun sarat mengancam, “benarkah cincin itu dicuri?”

Fatma memejamkan mata, ia terperosok ke dalam permainannya sendiri. Dengan bibir bergetar, ia pun memberi jawaban yang sama. “Benar, Tuanku. Hamba tidak berbohong, hamba bersumpah, hamba—”

PLAK! PLAK! PLAK!

Tanpa aba-aba, Orhan melayangkan tamparan keras bertubi-tubi ke pipi Fatma. Suara tamparan itu menggema di seluruh Harem, membuat semua orang terkejut dan semakin membisu.

Fatma terhuyung ke belakang, tubuhnya menghantam dinding dengan keras. Orhan, dengan amarah yang membara, mencengkeram leher Fatma dengan kuat, mengangkat tubuh pelayan itu hingga kakinya tak lagi menyentuh lantai.

Fatma meronta-ronta, napasnya tersengal-sengal. “T-tuan ... Hamba t-tidak ber—”

“BERANINYA PELAYAN RENDAHAN SEPERTIMU, MERUSAK KEDAMAIAN HAREM DENGAN SEBUAH FITNAH KEJI!” bentak Orhan, suaranya menggelegar.

BRUGH!

Tubuh ringkih Fatma dilempar ke lantai yang dingin. Sontak semuanya menjerit.

Dengan kilat membara di matanya, Orhan menatap Zeynep. “Besok pagi ... cambuk pelayan ini di hadapan semua orang! Beri sundal ini pelajaran, agar suatu hari nanti—otaknya lebih dulu digunakan sebelum melakukan tindakan bodoh!”

Orhan berlalu dari harem sambil menyibak kasar jubahnya. Meninggalkan para penghuni ruangan yang serentak menahan napas.

Zeynep Hatun menatap Esma datar, lalu tatapannya beralih ke arah pelayan.

“Lepaskan dia,” ucapnya dingin. Manik hitamnya beralih menatap Fatma yang masih terjerembab di atas lantai. “Bawa pelayan itu ke penjara!”

*

*

*

1
🔴SENJA
hadeeh ga nyadar diri lu anak pemberontak 😡😡😡
🔴SENJA
lu urus semua sendirilah! 😤 anak pemberontak kok mau di ratu in aja 😤 mandi sendiri, nyuci sendiri semua lu urus sendiri lah 😁🌝
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
makasih Esma ( Author tentunya🤭 ) sdh mmbrkn kebijakan yg akhrnya bnr2 judule menghukum yasmin wlpn ringan banget...watek angkuh g sdr diri dirinya siapa g d gantung udh untung
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
lah brti awakmu sing tengik tho yas kan kui klmbi kotor mu🤭
Patrish
anda keren sekali thor..tidak sekedar menulis tapi mendasari cerita dengan sejarah dan aturan kuno...bukti referensi anda cukup luas...proud of you👍🏻❤
Ayani Lombokutara
bagus kyknya thor
aku suka peran wanita yg gk menye menye 🤭🤭
gk suka yg drama indosiar dkit dikit meewekk
Sayur 💎
besok ku otw tor
Sayur 💎
tempeleng aja nep
Sayur 💎
inget gelar hormat mu dh di copot
sadr diri
Dae_Hwa💎: Mana sanggup dia mengingat.
total 1 replies
Sayur 💎
yasmin di rendahkan serendah2nya
Sayur 💎
tmn2 yuk kita jambak yasmin. bnci bgt aku tu
Sayur 💎
sifat aslinya mulai keluar laginwkwk
💕Bunda Iin💕
ayo🥰
💕Bunda Iin💕
pasti mampu dong🥰
💕Bunda Iin💕
siap thor💖
Dae_Hwa💎: /Heart/
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
malam thor...Alhamdulillah sehat
💕Bunda Iin💕
masih dibilang penghinaan ckckckck yasmin yasmin...ga bisa berkata² lgi buat kau wanita laknatullah😡
💕Bunda Iin💕
ya lupa dia...wong isi otak nya emosi aja sama keangkuhan tingkat akut
Dae_Hwa💎: Parah, ya.
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
mantap sekali hukuman nya...walaupun itu masih termasuk ringan...
💕Bunda Iin💕
yasmin ini enak nya di apain ya🤔ko ga sadar² jdi org malah mangkin menjdi²😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!