Andre baru saja membeli rumah yang letaknya bisa di bilang antara kota dan juga kampung, dan di sinilah dia merasa nyaman dengan harga rumah yang tidak seberapa mahal.
sedikit terpencil namun di bagian depan begitu asri karena ada pohon rambutan yang menaungi rumah tersebut, tapi ketenangan menunggu rumah ini tidak bertahan lama karena sebulan setelah tinggal di sana. Andre kerap kali menemukan jejak kaki berlumpur.
semula di abaikan saja karena dia tidak berpikiran macam-macam, namun itu terus terjadi sehingga rasa curiga pun mulai muncul.
Ada apakah dengan rumah ini?
Apakah ada sesuatu sehingga rumah di jual dengan harga murah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Meninggal dunia
Okta di pagi hari sudah menjerit keras memanggil Arman untuk memeriksa keadaan Pak Min, sebab ketika tadi di bangunkan untuk di beri sarapan sama sekali tidak ada respon apapun dari orang tua ini, tadi malam memang dia menjerit terus tiada henti sehingga Okta tidak bisa tidur bersama dengan Arman juga.
Mulai maghrib sampai dengan jam tiga pagi dia terus saja berteriak seolah ada yang membuat tubuh ini terasa sangat sakit, mereka berdua juga tidak bisa tidur karena terus menunggu apa bila nanti Pak Min membutuhkan sesuatu dan mereka juga sigap untuk membawa ke rumah sakit orang tua mereka berdua.
Sekarang sudah pagi dan Okta ingin memberikan sarapan namun ternyata tubuh Pak Min telah terbujur kaku tidak bernyawa lagi, karuan saja wanita ini berteriak keras dan memanggil suami nya untuk melihat keadaan Pak Min di dalam kamar paling belakang, padahal Arman baru saja tertidur kembali karena mata memang terasa sangat berat setelah semalam full begadang.
Arman yang mendengar Okta berteriak pun segera bangkit untuk melihat keadaan Pak Min, betapa kagetnya dia setelah melihat sang ayah telah tidak bernyawa lagi di dalam kamar ini, mungkin saja tadi malam adalah penderitaan terakhir dari Pak Min setelah lama terbaring di atas ranjang. ada rasa sedih dan juga ada rasa lega di hati Arman, sebab Dia memang telah berdoa kepada Tuhan agar mencabut saja nyawa Pak Min dari pada terusan menderita.
Tapi sekarang setelah mengetahui Pak Min telah tidak bernyawa maka ada juga rasa nelangsa di dalam hati pria ini, mau bagaimanapun tetap saja ada rasa sedih setelah di tinggalkan oleh orang tua mereka sendiri.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun!" Arman mengusap wajah Pak Min.
"Tidak bisa kah mata nya tertutup, Mas?" Okta panik pula sambil menangis.
"Insya Allah nanti bisa lah kalau sudah datang ustad." Arman berkata pelan walau dia tidak tahu juga.
"Ya sudah, kamu segera kabari Pak RT dan juga yang lain agar ada yang membantu!" suruh Okta cepat.
"Andre tetap tidak bisa di hubungi, apa aku minta tolong sama Mas Arya saja ya biar di bantu mencari dia?" Arman meminta pendapat sang istri.
"Kalau emang itu yang terbaik ya silakan minta tolong saja, ini juga soal orang tua yang meninggal sehingga Andre harus tahu." jawab Okta.
Arman pun mengganggu dan dia segera menuju rumah Arya terlebih dahulu agar di tolong untuk mencari adik nya yang saat ini dia sendiri tidak tahu ada di mana, mungkin saja kalau Arya tahu gimana saat ini Andre berada karena mereka memang pengetahuan nya sangat luas sehingga bisa untuk di mintai tolong.
"Aku minta tolong Bu Sarti juga lah." Okta terpikir untuk minta tolong pada tetangga nya.
Okta sejarah keluar dari rumah dan meminta tolong pada tetangganya agar membantu dia membereskan rumah dan juga mengurus segala sesuatu untuk keperluan mandi mayat, rumah memang kosong dan di tinggal begitu saja karena dia pikir tidak akan jadi masalah.
"Bu, minta tolong bantuin saya." Okta menghampiri Bu Sarti yang sedang menyapu.
"Loh ada apa?" Bu Sarti agak panik melihat Okta yang juga panik.
"Mertua saya meninggal, Bu! tolong bantu saya untuk mengurus keperluannya." pinta Okta.
"Innalillahi, Ya sudah ayo saya bantu." Bu Sarti cepat melemparkan sapu dari tangan.
"Saya tidak tahu apa yang mau di persiapkan, Mas Arman sudah minta tolong pada Pak RT juga." ujar Okta dengan tubuh yang agak gemetar.
"Kapan meninggalnya, apa baru saja?" tanya Bu Sarti.
"Sekitar subuh tadi, Bu." jawab Okta pelan.
Bu Sarti dan Okta pun membersihkan bagian depan karena nanti jelas mayat akan di taruh di bagian sini, perlu juga menggeser sofa dan juga beberapa barang lain agar menjadi sedikit lebih luas sehingga nanti ketika para pelayat datang mereka bisa duduk dengan tenang di sini.
...****************...
"Assalamualaikum." Arman mengetuk pintu rumah Arya.
"Waalaikumsalam, cari siapa ya?" Kiara muncul dari dalam rumah dan menjawab salam.
"Maaf, Nak! apa Ayah mu ada?" teman tahu kalau ini putri nya Arya.
"Ayah lagi pergi tadi, sebab ada urusan kata dia." lewat Kiara.
"Ya Allah, kok malah pergi pula ternyata!" keluh Arman pelan.
"Kalau ada perlu maka bisa bicara sama Mama saja, Om." ujar Kiara pula.
"Mama nya ada, Nak?" tanya Arman lagi.
"Ada, dia di rumah belakang sana." Kiara menunjuk rumah belakang.
Arman pun segera menuju rumah Purnama karena walau Arya tidak ada dia bisa minta tolong pada Purnama, yang penting bisa tahu di mana saat ini Andri berada dan dimintai tolong agar ada pula ke rumah untuk melihat Pak Min yang telah meninggal dunia.
"Ma, itu ada orang mencari Ayah tadi." Kiara mendatangi Purnama.
"Ayah mu lagi pergi kan?" Purnama menatap Kiara.
"Mbak Pur, Ayah saya meninggal dan saya butuh bantuan agar bisa menghubungi Andre." Arman langsung membuka suara.
Purnama langsung bangkit berdiri setelah mendengar kabar bahwa Pak Min telah meninggal dunia, di wajahnya terlihat ada raut yang sedang kaget dan itu tidak main-main sehingga Arman saja tidak menyangka kalau respon Purnama akan seperti ini.
"Siapa yang menunggu dia di rumah sekarang?" Purnama bertanya cepat.
"Ada istri saya di rumah." Arman sedikit bingung melihat gelagat dari Purnama.
"Aku akan mencari tahu di mana Andre sekarang, kau sebaik nya segera pulang dan jangan pernah tinggalkan mayat Pak Min sendirian." Purnama membuat Arman sedikit takut.
"Terima kasih sebelum nya, Mbak." Arman bergegas pulang dan memberitahu Pak RT terlebih dahulu.
Pak RT nantinya bisa memberitahu para warga lain lewat penyiaran dari masjid, Zidan juga sudah mendengar apa yang terjadi dan dia segera bersiap untuk mendatangi rumah duka Pak Min beserta Arman sekarang. sebagai Ustad mungkin dia yang akan mengurus semuanya, Purnama yang segera berkelebat pergi untuk mendatangi rumah di perbatasan antara kota dan kampung.
"Kenapa Purnama tadi bilang kalau mayat nya tidak boleh di tinggal?" Andini menatap Sukma.
"Mana lah aku tau soal itu." jawab Sukma pula.
"Kok Iya tadi terlihat takut dan juga cemas kalau sampai di tinggal sendirian mayat Pak Min." Andini memang sempat melihat raut wajah Purnama.
Arman juga tadi agak kaget melihat respon Purnama yang takut kalau Pak Min ditinggal sendirian di rumah, mungkinkah ada sesuatu apa bila dia sampai di tinggal di rumah. oleh sebab itu Arman bergegas pulang setelah memberitahu Pak RT, dia tidak ingin terjadi sesuatu lagi yang tidak di inginkan.
Selamat pagi besti, jangan lupa like dan komen nya ya.
terkbul Sudh ke ingin pak min gentayangan dan menuntut balas pak min dirasuki oleh asu baung kah?
Masih hidup pak Min tiada kata insyaf dan berserah diri pd Gusti Allah.Eh sudah mokat malah gabung kolab dengan iblis lagi.
ksih lh mkan kinan😄😄 kan pak min belum makan
sate sate siapa yg mau beli sate😁🤭🤭