NovelToon NovelToon
SUSAN

SUSAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: SabdaAhessa

Susan tak pernah menyangka dirinya di timpa begitu banyak masalah.

Kematian, menghianatan, dan perselingkuhan. Bagaiamana kah dia menghadapi ini semua?
Dua orang pria yang menemaninya bahkan menyulitkan hidupnya dengan kesepakatan-kesepatan yang gila!

Akan kah Susan dapat melewati masalah hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Susan berubah!

Selama perjalanan pulang, Susan nampak lebih tenang. Seakan, memiliki rumah untuk pulang. Untuk melepaskan penat dan jenuh dari ramainya hiruk-piruk duniawi yang mengisi setiap rongga di otak.

Edward. Dia tak pernah menyangka akan berbaikan seperti ini dengan Edward setelah apa yang mereka lewati selama ini.

Setitik rasa percaya di lubuk hatinya. Menggerakkan Susan untuk melapangkan dada dan beramai dengan keadaan. Karena menurutnya, Peter adalah serigala berbulu domba.

Dia manis, tapi beracun. Membunuhnya secara perlahan.

Saat tau Peter sudah sadar, sebenarnya dia enggan untuk menemui pria itu karena masih marah padanya. Namun, dia ingat perkataan Edward.

"Peter harus melihat mu bersemi dan bermekaran!"

Cara balas dendam yang paling elegan adalah dengan membuatnya melihat dirinya sukses dan tak setara dalam hal apapun lagi dengannya.

Tapi, bagaimana cara menutupi gejolak emosi ini dari Peter?

Susan berkali-kali menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Mencoba menenangkan diri. Dia harus bisa berakting seolah tak mengetahui apapun soal perselingkuhan Peter dengan Anna.

Seperti Peter yang berakting menjadi suami idaman dan setia selama ini. Seperti tidak mempunyai simpanan saja!

Susan memandang ke arah Alice yang sedang mengemudi mobil. PIkirannya juga kacau soal Alice, kadang dia membenci perempuan ini, kadang juga merasa aman dengan adanya dia.

"Alice.."

"Ya, Nyonya."

"Di laporan keuangan kemarin, aku tidak menemukan laporan soal hutang yang begitu besar di perusahaan kita. Tapi mengapa Martin ingin mengakuisisi Alpha Group, ya? Menurut mu, kenapa itu bisa terjadi?" Tanya Susan.

Alice terlihat berpikir sejenak, lalu dia menjawab, "Mungkin, ini strategi off balance sheet, Nyonya."

"Aku juga sempat curiga begitu. Apa mungkin, perusahaan kita yang di Tabalo itu menjadi special purpose vehicle? Peter sengaja membangun cabang disana khusus untuk menampung hutang? Jadi di laporan induk perusahaan itu terlihat baik-baik saja dan itu sebabnya Martin mau berinvestasi di perusahaan kita, bahkan mau memberi hutang yang besar?" Susan menyelidik.

"Bisa jadi, Nyonya. Itu sebabnya laporan keuangan kita stabil dan rating kredit kita bagus." Kata Alice.

Susan menarik nafas lagi. Mencoba berpikir jernih. "Alice, tolong kau mintakan laporan keuangan perusahaan kita di Tabalo!"

"Baik, Nyonya."

"Tapi, apakah Edward mengetahui hal ini?"

"Saya yakin Tuan Edward sudah mengetahuinya, nyonya. Karena James pernah meretas perusahaan kita di Tabalo, kan? Dari situ juga dia merencanakan ini semua pada Nyonya Susan."

"Ya, kau benar. Aku harus banyak belajar darinya."

Setelah sekitar tiga puluh menit. Akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Susan dan Alice segera menuju ruangan Peter.

Di dalam hati dan pikirannya. Susan menekankan bahwa dia harus bersikap tenang agar Peter tidak mencurigai dirinya.

Di depan ruang rawat Peter, Susan berhenti sejenak melihat Traver sedang berada di dalam menemani Peter.

"Alice, aku perlu bukti lebih soal perselingkuhan Peter, apa kau punya ide?"

"Saya ada alat penyadap, Nyonya. Jika nyonya mengijinkan, saya akan menaruhnya di bawah ranjang Tuan Peter, agar kita dapat mendengar percakapan mereka."

"Hmm boleh, tapi bagaimana caranya?" Tanya Susan.

"Biar saya yang pikirkan itu, Nyonya." Jawab Alice.

Mereka berdua masuk ke dalam kamar rawat Peter. Peter nampak senang dengan kedatangan Susan yang sudah dia tunggu sedari tadi.

Peter menjulurkan tangannya, meminta agar Susan lebih dekat. Andai saja sebelum ini dia tidak bertemu dengan Edward dan merencanakan balas dendam, sudah pasti Susan akan menepis tangan Peter. Atau mungkin dia akan menarik infus yang terpasang itu.

Susan mengalahkan egonya. Dia mendekat dan memeluk Peter sebentar. Membuat pria yang baru sadar dari komanya itu tersenyum manis. Manis dan tak berdosa.

"Rasanya aku ingin mencekik mu, Peter!" Batin Susan.

"Sayang.. Ayah?" Kata Peter. Matanya mulai berkaca-kaca menahan air mata.

Ya, Susan masih punya satu tugas lagi. Dia harus menjelaskan soal kematian Tuan Sanders pada Peter. Karena saat Tuan Sanders meninggal Peter masih dalam keadaan koma.

Susan menjelaskan secara perlahan pada Peter. Dia kembali menangis saat mengingat mendiang ayah mertuanya yang baru saja meninggal.

Dengan hati-hati dia menceritakan semuanya agar kondisi Peter tak kembali melemah. Susan juga seakan sejenak melupakan kesalahan Peter. Dia tak tega melihat suaminya itu menangis tak berdaya karena tak bisa menemani detik-detik terakhir ayahnya.

Bahkan dia juga tak ada saat pemakaman ayahnya. Hati Susan yang begitu lembut seolah terhipnotis dengan air mata Peter. Dia terlihat sangat tak berdaya. Lemah. Putus asa.

Sedangkan Susan berusaha menenangkannya berkali-kali seakan dirinya lebih kuat dari Peter. Padahal hatinya sudah hancur tak berbentuk. Dirinya sangat rapuh. Bahkan tak ada kata yang dapat menggambarkan kepingan hati Susan sekarang.

Peter menampakkan ketidakberdayaan itu di depan Susan. Air mata yang tulus. Membuat Susan juga berpikir mungkin Peter akan berubah setelah ini.Mungkin, ini adalah ujian rumah tangganya. Mungkin, ini masih bisa di perbaiki? Ahh, Susan dibuat dilema sekarang.

Dia tak tega melihat Peter seperti ini. Bagaimana mungkin dia memikirkan balas dendam pada Peter sedangkan lawannya itu sudah tak berdaya.

Traver keluar dari dalam kamar rawat karena ada yang menelponnya. Sedangkan Susan dan Peter masih berpelukan saling menguatkan satu sama lain.

Kesempatan itu di gunakan oleh Alice untuk meletakkan alat penyadap di bawah ranjang Peter. Susan yang melihat itu semakin memeluk Peter dengan erat agar pria itu tak sadar dengan apa yang di lakukan oleh Alice.

"Maafkan aku tidak bisa menemani mu saat pemakaman." Kata Peter.

"Tidak papa, Peter."

Setelah merasa alat penyadap itu sudah pas di posisinya. Alice kembali ke tempatnya seolah tidak melakukan apapun. Dia memberi kode kedipan mata pada Susan. Tanda sudah beres!

"Sebenarnya ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan pada mu. Tapi, itu bisa nanti. Kau istirahatlah dulu." Kata Susan melepaskan pelukan mereka.

"Soal apa? Martin?" Tanya Peter.

"Ya."

"Itu hanya soal bisnis biasa, sayang. Hanya saja dia bertindak keterlaluan karena merasa perusahaannya di saingi oleh Alpha Group yang mulai berkembang lagi." Peter berbohong.

"Aku dengar kau meminta bantuan pada Edward, benar?" Sambung Peter.

"Siapa lagi yang bisa membantu kita dengan cuma-cuma selain dia?"

"Kau yakin dia tidak menyentuh mu?" Peter mulai mengintrogasi Susan.

Susan mulai terlihat muak dengan hal ini. Ingin sekali rasanya berteriak dan memaki Peter sekarang juga. Bisa-bisanya dia bertanya seperti itu sedangkan dirinya sendiri telah berselingkuh selama ini.

Bertanya seakan dirinya tidak berdosa. Maling teriak maling ini namanya.

"Memangnya kau tidak menyentuh Anna selama ini? Memangnya Vannes itu lahir dari batu? Tidak perlu sp*rma mu, huh?" Batin Susan.

"Kau tau aku, Peter." Jawab Susan singkat.

"Aku juga tau Edward sangat menginginkan mu!"

Susan beranjak dari kursinya. Wajahnya terlihat kesal. Tak mau berdebat.

"Istirahatlah! Aku mau ke ruangan rawat ayah, ada beberapa barang ku yang ketinggalan disana."

Susan segera menuju ke pintu dengan di ikuti oleh Alice. Setelah mereka berdua keluar, Peter nampak kesal dengan sikap Susan yang pergi begitu saja.

Wanita itu seakan mulai berubah. Mulai berani mengambil keputusan sendiri. Tidak seperti dulu lagi.

Dulu, untuk bertemu dengan Abell saja dia meminta ijin dulu pada Peter. Tapi sekarang, dia pergi dari mansion ke Malaraja sudah berani. Mengendari mobil sendiri ke Malaraja yang begitu jauh.

Sekarang juga belum selesai bicara dia sudah main pergi-pergi saja. Dulu, Susan yang selalu mengejar Peter untuk mengajaknya bicara lebih dulu saat Peter sedang marah. Membujuknya agar mau bicara dengannya lagi.

Tapi sekarang? Pikiran Peter mulai kalut memikirkan sikap Susan yang berubah.

Dia juga ingat soal Anna. Traver masih mencari keberadaan wanita itu. Wanita simpanan Peter selama ini. Traver bilang, dia sudah menyisir semua wilayah di Malaraja dan sekitarnya. Namun, nihil.

"Kemana kau Anna? Jangan sampai kau membuat masalah baru!" Kata Peter dengan memukul jidatnya.

Bersambung...

1
Riska Rosiana
skakmat🔥
mahessa
lahhhh🤣
mahessa
over all ini keren sih, wajib baca sih, terutama yg suka dirty novel, aku rekomendasi yg ini
mahessa
setuju sm si edward
Andreee
bakal jd masalah baru
mahessa
mampuss lu
mahessa
pikiran lu aja njingg
mahessa
betolll
mahessa
cekik aja
mahessa
kebiasaan
mahessa
fix ceraiii
mahessa
ya Allah Ed🤣
mahessa
waduhhh
mahessa
hmm si Edward
mahessa
iyalah, masa A🤣
mahessa
di kasih paham ya🤣
mahessa
flirting murahan🤣
mahessa
😶😶😶😶😶😶😶😶😶
mahessa
nah kan, udah ku duga dr awal kemunculannya
mahessa
ada karakter baru, pasti jg punya peran baru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!