Ivana Joevanca, seorang wanita ceria dan penuh ide-ide licik, terpaksa menikah dengan Calix Theodore, seorang CEO tampan kaya raya namun sangat dingin dan kaku, karena tuntutan keluarga. Pernikahan ini awalnya penuh dengan ketidakcocokan dan pertengkaran lucu. Namun, di balik kekacauan dan kesalahpahaman, muncul percikan-percikan cinta yang tak terduga. Mereka harus belajar untuk saling memahami dan menghargai, sambil menghadapi berbagai tantangan dan komedi situasi yang menggelitik. Rahasia kecil dan intrik yang menguras emosi akan menambah bumbu cerita.
“Ayo bercerai. Aku … sudah terlalu lama menjadi bebanmu.”
Nada suara Ivy bergetar, namun matanya menatap penuh keteguhan. Tidak ada tangis, hanya kelelahan yang dalam.
Apa jadinya jika rumah tangga yang tak dibangun dengan cinta … perlahan jadi tempat pulang? Bagaimana jika pernikahan ini hanyalah panggung, dan mereka akhirnya lupa berpura-pura?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Kedatangan Larissa
Suasana mansion sore itu lenggang. Kakinya baru saja memasuki ruang tamu saat matanya bertemu pandang dengan sosok wanita anggun berwajah tegas duduk menunggu.
“Mom?” Suaranya datar, lebih mirip kaget bercampur enggan.
“Mrs. Joevanca sudah menunggu Anda sejak tadi, Nyonya.” Julie mendekat padanya untuk memberi laporan. “Saya sudah menyampaikan Anda terlambat datang,” lanjutnya lagi sambil menunduk sopan.
“Kepala pelayanmu tidak mau memberitahu. Kau dari mana saja? Kau bertengkar dengan Calix beberapa waktu lalu. Jangan menambah kekesalannya dengan sikapmu. Kau harusnya tahu betapa pentingnya pernikahan ini, Ivy.” Larissa menatap lurus putrinya. Ucapan itu menggantung di udara, menusuk lebih tajam daripada teguran siapa pun.
Ivy melepas tas kerjanya, menaruhnya di meja tanpa semangat. Bukan bertanya keadaan atau kabarnya, ibunya datang hanya untuk ini? Jantung Ivy mencelos hingga dadanya terasa sesak, namun Ivy tetap menatapnya dengan berani.
“Kami hanya berbeda pendapat. Itu hal yang biasa dalam rumah tangga.”
“Biasa? Larissa menekankan kata itu. “Tidak ada yang biasa jika menyangkut suamimu, Ivy. Dengan hal, “biasa” yang kau sebutkan itu, dia bisa memutuskan kapan pun. Apa yang tersisa untukmu kalau dia benar – benar menceraikanmu?”
Benar, kalau itu terjadi – semua orang akan membuangnya karena sejatinya ia hanya sendirian meski banyak orang berdiri di sekelilingnya. Namun, apa perlu menegaskannya begitu? Menunjukkan betapa tidak bergunanya dirinya tanpa status Calix di sisinya?
Ivy terdiam saja, menatap kosong ke sembarang arah. Sebenarnya apa yang benar – benar ia miliki di dunia ini? Sesuatu yang tidak pernah pergi, menghakimi, dan mendukungnya dengan bahagia? Tidak ada yang seperti itu, kan? Ivy tersenyum getir.
“Jangan membuatnya marah. Belajarlah menahan diri, jangan keras kepala, dan buat dia nyaman. Dia pria yang baik untukmu, Ivy. Itu sebabnya aku sangat memperjuangkan pernikahanmu.”
Ivy beralih menatap ibunya dengan sorot matanya yang kosong. “Jadi itu saja? Agar aku tidak membuatnya marah?”
Udara sejenak menegang. Larissa terdiam beberapa detik, lalu suaranya mulai merendah, lebih lembut. “Mom hanya tidak mau kau gegabah. Jangan sampai – ”
“Jangan khawatir,” potong Ivy cepat, nadanya dingin. “Aku tahu bagaimana caranya bersikap. Aku tidak butuh diingatkan berkali – kali,” tegasnya.
Larissa menarik nafas panjang, terlihat tersinggung dengan ketegasan putrinya. Ia berdiri dan merapikan tasnya, lalu berjalan menuju pintu keluar. “Baiklah, Mom hanya mengingatkanmu, demi kebaikanmu sendiri.”
Setelah ibunya pergi, Ivy menjatuhkan tubuhnya di sandaran sofa. Kedua tangannya mengepal erat. Selalu begitu — harmoni hanya sebatas tampilan luar.
Kapan ada yang bertanya tentang kebahagiaanku sendiri? Lucunya, ibuku sendiri tidak bisa menjadi tempat bersandar.
Julie yang berdiri cukup jauh setelah sebelumnya meninggalkan dua orang itu kembali mendekati Ivy. “Nyonya — ”
“Apa ibuku tahu aku bekerja dengan Calix?” potong Ivy tenang.
“Keluarga Anda tidak mengetahui apa pun, Nyonya.”
“Baguslah. Tidak bisa kubayangkan jika mereka tahu, lalu berteriak mengatakan harga diri dan semacamnya.” Ivy berdiri, berjalan menuju tangga, namun ia berhenti sejenak. “Tidak perlu beritahu Calix kedatangan ibuku, Julie,” perintahnya, menunjukkan ekspresi yang tidak ingin dibantah.
“Baik, Nyonya.”
...***...
Tidak cukup lama sejak kepergian Larissa dari mansion hingga suara mobil terdengar di halaman. Pintu rumah terbuka, dan Calix masuk dengan langkah tenang, jas masih rapi di tubuhnya. Aura dingin seperti biasa, tapi matanya langsung menyapu ruang tamu yang tampak berbeda.
Julie yang menyadari kehadirannya, langsung menunduk memberi salam pada tuannya.
"Ada yang datang?" Gelas jus yang masih penuh belum sempat tersentuh oleh pelayan yang sedang membereskan meja.
"Itu ..." Julie sedikit ragu mengatakannya.
Calix melonggarkan dasinya setelah memberikan jas nya pada Trevor di sebelahnya sambil menatap Julie. "Ivy tidak suka apel. Jangan berbohong dengan mengatakan jus apel itu milik Ivy."
"Saya tidak berani, Tuan!" Julie menunduk lagi. "Tolong jangan marah. Nyonya mengatakan tidak perlu memberitahu Tuan." Julie menjawab dengan hati-hati.
"Siapa?" tanya Calix pada intinya.
"Mrs. Joevanca, ibunya nyonya, Tuan."
Calix menghentikan gerakannya. Tatapannya menusuk, membuat Julie sedikit gugup. “Dan?” suaranya datar, dingin.
Julie menunduk lebih dalam. "Saya selalu mengawasi nyonya seperti perintah Anda. Saya juga mengawasi pembicaraan mereka."
"Bagus, jelaskan semua." Calix menunggu.
"Mrs. Larissa terlihat menekan nyonya Ivy. Beliau memperingatkan agar nyonya tidak membuat Tuan marah dan …” ia berhenti sejenak, memilih kata. “Ibu nyonya sempat mengatakan bahwa pernikahan ini bisa berakhir kapan saja.”
Tatapan Calix menggelap, meski wajahnya tetap datar. “Begitu?”
Julie buru-buru mengangguk. “Saya hanya merasa Tuan perlu tahu.”
Calix tidak langsung merespons. Tangannya mengepal halus di sisi tubuh, lalu ia berbalik naik ke lantai dua. “Ivy di kamar?”
“Iya, Tuan. Nyonya bilang ingin tidur lebih awal.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
mungkin si ivy klo melek jg bakal meleyot ya /Applaud/emhh manisnya abang cal/Kiss/
semangat kaka sehat selalu
pliss thor jangan sampai hiatus lagi yaa and jaga kesehatan selalu
smangat 💪💪💪