Ketika membuka mata, Dani menemukan dirinya berada di sebuah kamar. Ia tak mengingat apapun tentang dirinya. Di sana dia bertemu dengan pria yang mengaku sebagai bosnya. Pria itu mengatakan kalau Dani merupakan personal trainer di gymnya yang diketahui juga melakukan pekerjaan p|us-p|us.
Namun semua itu tak berlangsung lama, karena ingatan Dani perlahan pulih setelah bertemu wanita yang mengetahui masa lalunya. Saat itulah Dani menggunakan keahlian hipnotisnya dan mengambil alih bisnis gym. Siapa yang menduga? Bisnis itu menjadi sukses besar saat dikelola oleh Dani.
"Layanan trainer-trainer di gym 24 luar biasa. Pokoknya bikin lemas dan banjir lendir. Eh, maksudnya lendir keringat. Hehe..." ucap salah satu tante langganan gym 24.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15 - Semakin Dekat
Usai beranjak dari hotel, Dani mengingat sesuatu hal penting tentang masa lalunya. Yaitu keahlian hipnotis yang dirinya miliki.
"Kenapa aku baru mengingatnya sekarang?" gumam Dani. Dia bahkan memutuskan untuk datang ke apartemennya dulu.
Sayangnya tempat itu sudah ditinggali orang lain. Di perjalanan atensi Dani tertuju ke arah banner yang memperlihatkan gambar Eddy Alamsyah.
"Keluarga Alamsyah..." Dani sekali lagi mencoba mengulik ingatannya. Sampai akhirnya dia teringat cerita bagaimana bisa dirinya berada di gym Wandi. Ia mengingat ada tiga orang lelaki asing yang menculiknya.
Selain itu, Dani juga ingat dengan gadis muda bernama Laluna. Gadis yang tak lain adalah putri dari Eddy Alamsyah.
"Aku butuh penjelasan!" Dani menghubungi Arin. Ia mengajak perempuan itu untuk bertemu.
Untungnya Arin setuju untuk bertemu. Dia dan Dani bertemu di sebuah cafe terdekat.
Dani memberitahukan semua ingatannya yang telah kembali. Sedangkan Arin mendengarkan dengan seksama cerita Dani.
"Oke. Kau sekarang sudah ingat tentang keluarga Alamsyah. Apa kau juga ingat kalau aku istrinya Damar Alamsyah?" tukas Arin.
"Aku rasa begitu. Apa kau baik-baik saja? Kau masih menjadi istrinya?" tanya Dani.
Arin mengangguk. "Sedikit lebih baik. Karena Tuan Damar sedang sakit keras,"
"Benarkah?" pupil mata Dani membesar.
Arin mengangguk. "Tapi bukan berarti aku bisa melakukan segalanya. Karena aku dan yang lain selalu dalam pengawasan Eddy," ujarnya.
...***...
Sementara Dani sibuk menggali masa lalunya, Deva justru tengah larut dalam dinamika barunya bersama Lexy—gadis penuh misteri yang belakangan ini sering muncul di sekitarnya.
Awalnya Deva menganggap Lexy hanya gadis biasa yang suka ikut campur. Namun setelah beberapa kali berbicara, Deva mulai menyadari sesuatu yang berbeda dari cara gadis itu memandang dunia. Ada semacam kedewasaan dan luka yang tersembunyi di balik senyumnya yang ceria.
Hari ini, mereka duduk berdua di pinggir taman belakang kampus, tempat yang cukup sepi dan jauh dari keramaian mahasiswa. Lexy membawa dua gelas kopi kaleng dan menyerahkan satu ke Deva.
“Kamu selalu kelihatan marah sama dunia,” ucap Lexy tiba-tiba sambil menyesap kopinya.
Deva menoleh cepat. “Apa maksudmu?”
Lexy mengangkat bahu. “Entahlah. Mungkin karena kamu selalu kaku dan serius. Tapi aku juga bisa lihat, kamu bukan orang yang jahat. Kamu cuma terlalu waspada.”
Deva terdiam. Kata-kata Lexy menyentuh sisi dalam dirinya yang jarang disentuh siapa pun.
“Kamu juga terlalu banyak tahu tentang orang lain,” balas Deva, separuh menggoda.
Lexy tersenyum, matanya menyipit. “Mungkin karena aku pernah menjadi orang yang terlalu tertutup. Sekarang aku belajar untuk terbuka… walaupun nggak semua orang bisa aku percaya.”
Deva menatap wajah Lexy lebih lama dari biasanya. Ada rasa nyaman yang mulai tumbuh. Gadis itu punya cara berbicara yang tidak memaksa, namun selalu berhasil menyentuh benaknya.
“Kamu percaya sama aku?” tanya Deva akhirnya.
Lexy terdiam sesaat. Lalu menoleh dan menatap Deva lurus-lurus.
“Belum sepenuhnya. Tapi aku sedang mencoba.”
Jawaban itu membuat Deva sedikit tersenyum, untuk pertama kalinya hari itu. Entah kenapa, kehadiran Lexy mampu melonggarkan tembok keras yang selama ini membungkus hatinya.
Ketika angin sore bertiup pelan dan menggoyangkan rambut Lexy, Deva merasa waktu melambat. Ia ingin menyimpan momen itu.
Tanpa sadar, tangannya menyentuh tangan Lexy yang berada di atas bangku kayu.
Lexy terkejut, tapi tak menarik tangannya.
“Lexy…” gumam Deva pelan.
“Ya?”
“Kalau aku punya masa lalu yang rumit, kamu masih mau dekat denganku?”
Lexy tertawa pelan. “Aku juga punya masa lalu yang rumit, Deva. Mungkin kita bisa belajar saling menerima kekacauan masing-masing.”
walaupun dia anak dari musuh besarnya tapi Laluna sudah punya anak dari Dani.
semoga nanti bisa bersatu dengan Dani .
bahagia bersama anak mereka
jangan-jangan nanti Lexy juga hamil...