Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Setelah pulang kerja, Mario mengemudikan mobilnya kerumah Haikal. Entah apa yang akan Mario lakukan jika bertemu Haikal nanti.
Sampainya di depan pagar hitam yang menjulang tinggi, mobilnya tak bisa masuk karena satpam tak membukakan pintu.
Mario terpaksa turun dari mobil dengan wajah kesalnya.
"Pak, saya mau masuk! Buka pintu gerbangnya!" Perintahnya didepan gerbang yang terdapat lubang selebar wajah.
"Maaf Tuan, anda tidak bisa masuk itu pesan tuan besar." Ucap satpam dengan sopan.
Mario berdecak sebal, wajahnya tampak marah.
"Saya ini anaknya, bukan orang lain!" Katanya lagi dengan nada naik satu oktaf.
"Maaf, tapi itu pesan bapak sebelum pergi."
Mario memicingkan matanya, "Pergi? Memangnya Papa pergi kemana!"
"Tuan pergi dengan nyonya, Saya tidak tahu."
"Nyonya? Siapa nyonya yang kamu maksud!" Mario menatap tajam satpam yang sejak tadi berdiri didalam gerbang.
Pikiranya melayang membayangkan apakah nyonya yang dimaksud Aura?
Tidak, rasanya tidak mungkin mereka sudah menikah.
"Nyonya Aura, Tuan sudah menikah."
Jederr
Seperti petir yang menyambar di siang bolong, tubuh Mario membeku dengan wajah syok.
"K-kapan mereka menikah." Gumam Mario yang masih didengar satpam.
"Tadi pagi."
Deg
Mario terkekeh miris, jadi mantannya benar-benar menikah dengan papanya. Mario berkata apapun lagi pria itu pergi dengan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Arrghh
Berulang kali Mario memukuli setir kemudi meluapkan emosinya, ada sesuatu yang terasa sesak disudut dadanya ia tak mengerti itu, tapi rasanya sangat nyata.
Tiba-tiba bayangan Aura dan dirinya saat masih bersama muncul didalam otaknya. Kebersamaan yang menurutnya sangat indah dan mengesankan. Mario tidak pernah merasakan menjadi dirinya sendiri kecuali saat bersama Aura.
"Kamu tahu aku suka tempat seperti ini." Ucap Mario saat keduanya sedang menikmati wisata kuliner di sepanjang jalan pada waktu pekan.
"Aku juga menyukainya, bahkan aku lebih suka makan ditempat seperti ini dari pada restoran mewah dan mahal," Aura memang tampak berbinar senang melihat kuliner makanan yang sangat banyak dan menggugah selera, rasanya ia ingin mencicipi semua.
Mario hanya tersenyum mendengar ucapan Aura, sejujurnya dia juga lebih menyukai makanan seperti ini justru memiliki cita rasa sendiri.
Namun semua berubah seiring berjalanya waktu, apalagi saat dirinya bergabung di perusahaan Haikal yang mana membuat Mario justru seperti lupa diri dari mana dia berasal.
Aura memang bukan wanita gampangan, Mario mengakui itu. Karena selama bersama dua tahun ia tak pernah mendapatkan apapun dari Aura, kecuali kesetiaan, kasih sayang dan cinta wanita itu. Tapi ternyata Mario tak cukup dengan tiga hal itu, dia menginginkan lebih dari itu sehingga memilih untuk bermain dibelakang Aura.
Kembali ke Mario...
Mobilnya memasuki kawasan apartemen, pria itu memarkirkan mobilnya lalu keluar menuju lobby.
Mario berjalan dengan tergesa-gesa, wajahnya tegang dan tatapannya begitu tajam.
Memasuki lift, Mario segera menekan angka Lima, dimana kamar Lisa dan Aura satu lantai, tapi itu dulu.
Ting
Mengusap wajahnya kasar, Mario segera keluar saat pintu lift terbuka dan berjalan menuju pintu yang sudah ia tuju, memasukkan password Mario tak perlu lama menunggu untuk membukanya.
"Loh Sa-emmph.."
Lisa yang belum siap kini harus menjadi sasaran Mario. Pria itu langsung menyerang bibir Lisa dengan kasar dan ganas. Lisa sampai memukul dada Mario berulang kali, namun pria yang sepertinya kerasukan setan itu tak bergeming.
"Emphh..."
Lisa sampai kesulitan mengimbangi ciuman ganas Mario. Rasanya begitu sakit saat bibirnya digigit dengan kuat.
"Ah.." Lisa tak bisa menghalau keinginan Mario yang sepetinya begitu menggebu-gebu dan kasar.
Pada akhirnya Lisa pasrah di bawah kendali Mario yang kasar dan brutal.
"Hentikan Mario, sakit.." Rintih Lisa saat tubuhnya diguncang begitu kuat berulang kali tanpa melakukan pemanasan.
Lisa yang sudah kesakitan tak membuat Mario mereda, pria itu justru semakin bersemangat menyalurkan emosinya dengan Lisa.
"Hentikan.. Mario..hiks..iniiihh sakiiitt akh!" Lisa tak bisa merasakan nikmat bercinta saat ini, yang ada miliknya terasa perih dan sakit Mario seperti hewan buas yang menikam mangsanya sampai tak berdaya.
"Kau pantas mendapatkan ini ah, kau pantas mendapatkan lebih dari inii!" Ucap Mario disela-sela hentakan pinggulnya maju mundur.
Mario menarik kedua tangan Lisa kebelakang, posisi doggy style yang Mario lakukan benar-benar menyiksa Lisa yang sudah bercucuran air mata.
"Hiks..hiks...sakit Mario akhh!"
Hentakan kuat tanpa henti seolah kekuatan penuh dalam dirinya berpacu dengan gelombang emosi yang menguasai jiwanya.
Mario sudah seperti kerasukan setan, tak bisa memperlakukan Lisa dengan baik seperti sebelumnya. Hari ini seperti hari sial yang dialami Lisa.
"Rasakan ini..erggh.."
Tepukan dua kulit yang terus menggema kuat, hingga tubuh Mario mulai menegang seirama dengan gerakan yang membuat emosi dan gairah itu melebur menjadi satu dengan kepuasan tersendiri.
Arrghh